9. Kesombongan Pendekar

1058 Words
Menjadi seorang pemuda yang tidak melakukan apa pun membuat Xuan Yi memutuskan untuk membantu di Pavilium Penglai saja. Namun, di sana memang tidak banyak dilakukan. Ia hanya membantu beberapa pelayan yang sibuk mengantarkan makanan, sedangkan dirinya hanya berdiri di depan pintu sembari menyambut banyak pengunjung sekaligus menyediakan tempat untuk mereka duduk. Hanya saja kali ini tidak ada Chang Qi. Entah kenapa penjaganya itu mendadak menghilang tanpa jejak saat mereka berdua datang ke sini. Walaupun tidak ada yang mengetahui keberadaannya, tetapi Xuan Yi yakin bahwa Chang Qi sedang melakukan sesuatu. “Yo! Bukankah ini Tuan Muda Gu?” celetuk salah satu pengunjung menatap Xuan Yi dengan mengejek. “Selamat datang,” ucap Xuan Yi tersenyum sopan. Ia sama sekali tidak menanggapi celetukan pengunjung tersebut. “Kenapa? Kau sudah tidak menjadi Tuan Muda terhormat?” tanya seorang pemuda yang memegang pedang di tangan kirinya. Sejenak Xuan Yi menghela napas panjang melihat perilaku mereka yang selalu saja mengusik dirinya tanpa sebab. Padahal rasanya Xuan Yi tidak pernah menyinggung siapa pun. “Betul juga! Kenapa kau ada di sini?” tanya seorang pemuda lainnya penasaran. “Aku tidak mempunyai pekerjaan. Memangnya kenapa kalau ada di sini? Lagi pula aku datang hanya untuk membantu Nenekku,” jawab Xuan Yi berusaha acuh tak acuh. Seorang pemuda yang tadi nampak tidak suka langsung merangkul pundak Xuan Yi, lalu berkata, “Kau jangan terlalu sombong kalau tidak bisa melakukan apa pun. Karena kau hanya menjadi beban di Keluarga Gu. Kalau aku menjadi dirimu, mungkin aku sudah mencari tempat untuk bunuh diri agar tidak diketauhi orang lain.” “Aku tidak peduli,” sahut Xuan Yi memutar bola matanya malas. Merasa kesal akibat sahutan Xuan Yi yang terdengar seperti merendahkan dirinya. Pemuda itu langsung mendorong tibuh Xuan Yi dan hampir saja terjerembab mengenai tembok yang ada di belakangnya. Akan tetapi, pergerakan itu langsung digagalkan oleh seorang lelaki paruh baya yang terlihat tidak asing. Ia tersenyum ringan sembari menahan pundak Xuan Yi agar tidak terlepas dari cekalan tangannya. “Shifu,” panggil Xuan Yi mendelik tidak percaya. Primus yang mendengar panggilan dari seorang pemuda tampan itu pun tersenyum lebar. “Kita bertemu lagi, Xuan Yi.” Sedangkan dua pemuda yang ada di hadapan mereka langsung bergetar. Sesaat keduanya pun hendak belari dari sana, tetapi tiba-tiba kakinya mendadak tidak bisa digerakkan. “Kalian berdua jangan sombong hanya karena pandai bela diri. Karena ilmu tersebut dipelajari hanya untuk menolong diri sendiri dan orang lain. Tapi, kalian berdua sudah menyalahkan hukum tersebut membuatku harus terpaksa menghilangkan ilmu kalian,” tutur Primus menatap keduanya tajam, lalu dalam hitungan detik dua pemuda sombong tadi langsung terjerembab di bawah membuat semua orang langsung menatap terkejut. Apalagi melihat darah segar yang keluar dari mulutnya. Sedangkan Xuan Yi tampak mendelik tidak percaya melihat dua pemuda tadi benar-benar terkapar bak mereka telah menyelesaikan pertarungan. Namun, ia yakin kalau itu sangatlah sakit. Apalagi ilmu mereka dihilangkan secara paksa. Pasti untuk memulihkannya lagi membutuhkan waktu yang cukup panjang. “Shifu, apa mereka baik-baik saja?” tanya Xuan Yi meringis pelan. Namun, Primus dengan santainya menjawab, “Sampai di rumah mereka tidak sadarkan diri selama beberapa hari.” “Kenapa seperti itu?” tanya Xuan Yi penasaran. “Karena aku baru saja mengambil sebagian besar tenaga dalamnya untuk diberikan pelajaran bahwa tidak ada petarung yang diperbolehkan untuk menghina orang lain, kecuali itu musuh mereka,” jawab Primus mengusap kepala Xuan Yi tersenyum lebar. “Kau benar-benar hebat!” puji Xuan Yi merasa sangat beruntung. Sontak beberapa pelayan dan penjaga pavilium mendekat dengan raut wajah khawatir membuat Primus yang melihat mereka semua langsung melenggang pergi. Hal tersebut membuat Xuan Yi hendak menahan lelaki tersebut, tetapi terurung melihat semua para pekerja yang mendekat. “Tuan Muda Gu, apa kau baik-baik saja? Maafkan kami sudah melalaikan penjagaan terhadapmu,” sesal mereka semua menunduk dalam. “Tidak apa-apa. Memang ada sedikit masalah tadi, tapi aku tidak kekurangan sedikit pun. Kalian semua jangan cemas,” jawab Xuan Yi memberikan pengertian pada mereka agar tidak merasa bersalah. Apalagi sampai menyalahkan diri sendiri. “Kami takut terjadi sesuatu padamu,” ujar seorang lelaki paruh baya dengan celemek hitam yang melekat di pinggangnya. “Lao Ba, aku tidak apa-apa. Ayo, semuanya kembali bekerja! Aku ingin melihat stok makanan di lumbung,” ajak Xuan Yi mendorong pelan punggung beberapa pekerja yang masih berat untuk beranjak. Sebenarnya, ia hanya tidak ingin membuat semua orang merasa kerepotan. Apalagi harus menjaga dirinya dengan begitu ketat. Meskipun berat rasanya untuk bertemu dengan mereka lagi, tetapi Xuan Yi jelas tidak boleh membuat semuanya cemas. Demi menuruti permintaan Xuan Yi, mereka pun mulai melenggang satu per satu untuk kembali melakukan kegiatannya. Memang keadaan hari ini cukup ramai sehingga tidak sedikit pekerja terlihat kelelahan sekaligus kerepotan. Akan tetapi, saat dirinya hendak membantu. Bukannya selesai malah Menambah pekerjaan, dan hal tersebut membuat Xuan Yi merasa sama sekali tidak berguna di sini. Selain menjadi penjaga tungku, ia tidak bisa melakukan apa pun. Sesampainya di lumbung padi, Xuan Yi pun membuka kunci yang ada di sana. Menampilkan banyak sekali penyimpanan yang bisa digunakan untuk beberapa waktu ke depan membuat pemuda itu menelitinya satu per satu. Namun, matanya malah menangkap sebuah rumbaian pakaian yang bersembunyi di balik tembok kayu membuat Xuan Yi terdiam sesaat, sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk mendekat. “Kau siapa?” tanya Xuan Yi pelan dengan seorang lelaki berpakaian serba hitam menatap dirinya. Sontak orang tersebut langsung menotok tubuh Xuan Yi hingga pemuda itu pingsan dalam sekejap dan terjatuh di dalam pelukan orang serba hitam yang kini membawanya ke luar dari lumbung. Entah apa yang sedang direncanakan memang tidak ada yang tahu. Di sisi lain, Chang Qi baru saja menyelesaikan kegiatannya mengantarkan banyak sekali pesanan untuk salah satu kediaman yang sudah berlangganan makanan di Pavilium Penglai. Ia terlihat sangat lelah dengan keringat membanjiri sekujur tubuhnya. “Di mana Xuan Yi?” tanya Chang Qi pada salah satu pelayan yang tengah sibuk membawa nampan. “Tuan Muda sedang berada di lumbung,” jawab pelayan tersebut menunduk hormat. Tanpa pikir panjang, Chang Qi langsung melesat ke belakang. Ia mendadak merasa cemas mengetahui majikannya berada di sana tanpa ditemani siapa pun. Bisa dikatakan jarak lumbung dengan Pavilium Penglai sangatlah jauh dan memerlukan lima belas menit berjalan. Namun, sayang sekali sesampainya di sana Chang Qi tidak bisa menemukan siapa pun membuat pemuda yang tengah mencengkram tiang lumbung menatap tajam. Hatinya merasa tidak tenang saat Xuan Yi hilang secara mendadak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD