76. Hati Nurani

1031 Words
Sepanjang pelatihan, Xuan Yi benar-benar tidak bisa fokus. Bahkan beberapa kali pemuda itu melakukan kesalahan membuat Xiao Pingjing yang melihatnya hanya menggelengkan kepala. Sedangkan murid lainnya terlihat sedikit kesal. Akibatnya mereka semua memang tidak ada yang dilepaskan. Sebab, Guru Xuaming dikenal akan perfeksionis. Sehingga lelaki paruh baya itu tidak akan melepaskan semua murid Akademi Tangyi, sebelum salah satu dari mereka paham akan semua gerakan yang diajarkan. “Xuan Yi, tolong jangan kau pikirkan apa pun dulu. Pelatihan kita tidak akan selesai kalau kau terus melakukan kesalahan!” protes Shen Jia menatap seorang pemuda yang berada di hadapannya dengan kesal. Sedangkan Xuan Yi hanya menggaruk kepalanya tidak gatal. Entah kenapa ia merasa bersalah pada semua orang. Memang karena ketidakfokusannya ini membuat Guru Xuaming memperpanjang waktu pelatihan hingga terlihat banyak sekali murid yang sudah lemah tak berdaya. “Maafkan aku,” sesal Xuan Yi menatap ekspresi dari beberapa temannya yang terlihat benar-benar tidak suka. Namun, hal tersebut membuat Guru Xuaming bangkit dari tempat duduknya. Seketika murid Akademi Tangyi yang melihat hal tersebut langsung menunduk. “Baiklah. Latihan kali ini selesai. Jangan ada yang saling menyalahkan. Harap mengerti kalau situasi Xuan Yi sedikit terguncang. Karena kalian semua tahu kalau Jenderal Gu adalah ayah dari salah satu murid Akademi Tangyi yang bernama Gu Xuan Yi. Jadi, wajar saja jika dia hari ini melakukan banyak kesalahan,” tutur Guru Xuaming tersenyum tipis. Sontak perkataan itu membuat beberapa murid Akademi Tangyi mengangguk mengerti, lalu menatap Xuan Yi dengan iba. Jelas mereka tahu situasi di luar tidak terduga sehingga rasanya wajar saja jika Xuan Yi merasa cemas akan keselamatan sang ayah. Kemudian, satu per satu murid Akademi Tangyi pun membubarkan diri dengan Guru Xuaming yang sempat melemparkan senyuman tipis. Karena siapa saja pasti menyadari perlakuan asisten guru tersebut sedikit berbeda. Sedangkan Shen Jia yang sempat melakukan protes itu pun merasa bersalah. Memang tidak seharusnya ia berkata seperti tadi tanpa mengingat salah satu keluarga teman sekamarnya tengah berjuang untuk kepentingan umum. Xuan Yi dan Xiao Pingjing melenggang secara bersamaan menuju ruang makan untuk mencari minum. Sebab, mereka berdua benar-benar sangat lelah sehabis berlatih tadi membuat Shen Jia langsung memisahkan diri dengan Han Yuri yang hendak mengajak gadis itu pergi bersama. “Xuan Yi!” panggil Shen Jia berlari menghampiri dua pemuda yang melangkah secara bersamaan. Mendengar seseorang memanggil salah satu dari mereka, langkah santai berirama itu pun berhenti. Sedangkan Xuan Yi membalikkan tubuhnya menatap seorang gadis yang sangat ia kenali. “Maafkan perkataanku tadi. Aku benar-benar menyesal telah menghakimi dirimu tanpa mengetahui bahwa kau mencemaskan Jenderal Gu yang berjuang demi Kekaisaran Mouyu,” ucap Shen Jia menunduk penuh penyesalan. “Tidak apa-apa. Memang salahku tadi yang tidak fokus ketika latihan,” balas Xuan Yi tersenyum lebar membuat Xiao Pingjing diam-diam merasa bangga terhadap sahabatnya. “Sudahlah, Jia’er. Xuan Yi tidak akan mempersulitmu,” sahut Xiao Pingjing mengangguk singkat membuat gadis cantik yang berada diantara dua pemuda itu terdiam sesaat. “Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku benar-benar merasa bersalah denganmu, Xuan Yi,” pamit Shen Jia berlari melenggang pergi dari sana menuju kamar kediaman yang hanya dihuni oleh Sang Qi. Sebenarnya, Chang Qi sampai hari ini belum juga tiba di Akademi Tangyi membuat pikiran Xuan Yi dipenuhi oleh sesosok penjaga setianya. Ia memang mencemaskan sang ayah, tetapi benaknya malah selalu memikirkan Chang Qi. “Jangan mencemaskan Chang Qi lagi. Aku tahu kau bukan lagi memikirkan Ayahmu,” celetuk Xiao Pingjing merangkul bahu sahabatnya dan kembali melanjutkan langkah. “Tentu saja aku lebih mencemaskan Chang Qi. Karena sejak kemarin dia belum juga kembali. Padahal biasanya tidak akan pernah selama ini,” balas Xuan Yi cepat. “Ya sudah, berdua saja. Semoga Chang Qi tidak terjadi sesuatu selama perjalanannya,” pungkas Xiao Pingjing menepuk pundak Xuan Yi sedikit keras. Akan tetapi, tidak ada yang menyadari bahwa sebenarnya Chang Qi sudah datang lebih cepat. Namun, saat diperjalanan pemuda itu tanpa sengaja melihat kehadiran Jenderal Gu dengan sebuah kereta di belakangnya. Tentu saja hal tersebut membuat pemuda itu meluangkan waktu untuk menyapa sampai tanpa sengaja ia melihat penutup yang tersikap menampilkan keluarga kecil dari Klan Iblis. Sebab, fisik mereka sangatlah kontras diantara manusia lainnya. “Jenderal Gu, ada yang ingin aku tanyakan padamu!” seru Chang Qi saat rombongan kereta kuda itu hendak menjauhi dirinya. Sontak Jenderal Gu langsung menghentikan jalan setapak kuda yang memimpin perjalanan menuju suatu tempat. Lalu, lelaki tampan nan gagah itu mengangguk pada Komanan Utara. Memberikan kode pada lelaki itu untuk tetap melanjutkan perjalanan tanpa menundanya kembali. Sedangkan Jenderal Gu sendiri menghampiri Chang Qi yang terlihat memandang cukup serius. Seakan pemuda itu hendak meminta suatu penjelasan dari dirinya. “Apa yang ingin kau tanyakan?” Jenderal Gu baru kali ini melihat ekspresi serius Chang Qi yang sedikit berbeda. Rasanya ia melihat sesuatu gejolak aneh di dalam lubuk hatinya. “Apa kau baru saja membawa Klan Iblis di balik kereta kuda itu?” tanya Chang Qi terang-terangan sembari menatap kereta kuda yang perlahan menjauhi mereka berdua. Tidak ingin menjawab langsung, Jenderal Gu tertawa pelan. “Mengapa kau beranggapan seperti itu?” “Aku tanpa sengaja melihat keluarga aneh di dalam sana. Apa benar dugaanku tadi?” jawab Chang Qi membuat Gu Sheng Jun menghela napas panjang. Memang bisa saja lelaki itu berbohong, karena akan tetap dipercayai oleh siapa pun. Mengingat kesetiaan Gu Sheng Jun sudah tidak bisa diragukan lagi. “Baiklah. Dugaan kau memang benar, Chang Qi. Di dalam sana ada keluarga dari Klan Iblis. Tapi, mereka hanya tersesat membuatku tidak bisa melakukan apa pun, selain menolong mereka. Karena di dalam sana ada seorang anak kecil yang kelaparan,” ungkap Gu Sheng Jun dengan gentle. Ia mengakui tanpa menutup apa pun yang terjadi. Sontak perkataan itu membuat Chang Qi benar-benar dibuat tidak percaya. Bahkan lidahnya mendadak kelu ingin berkata lebih lanjut. Seakan semua kosa kata yang sejak dulu ia pelajari hilang begitu saja tak bersisa. “Mengapa kau membantunya?” tanya Chang Qi dari sekian banyak pertanyaan yang bergerumul menjadi satu. “Membasmi kejahatan memang perlu dilakukan, tetapi jangan sampai kita menutup hati nurani milik sendiri. Karena percuma saja kalau kau menyelamatkan banyak orang dan menyiksa mereka yang kesusahan,” jawab Jenderal Gu tersenyum tipis membuat Chang Qi merasa sangat tertohok. Sebab, rasanya benar-benar tersadarkan melalui perkataan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD