75. Larangan Berperang

1044 Words
“Xuan Yi, apa kau sudah mendengar pengumuman pagi ini?” Suasana yang cukup indah dipandang mata melihat dua pemuda tampan tengah melakukan pembersihan diri bersama di danau buatan. Mereka berdua tampak asing berendam sembari mengusap-usap rambutnya yang basah, tetapi tetap setia tergelung atas. “Tidak. Kebetulan sekali aku belum terbangun saat kalian berkumpul mendengarkan pengumuman.” Jujur saja, memang pada saat itu Xuan Yi sedang terlelap dalam tidur. Sedangkan Chang Qi tengah kembali ke kediaman. Sehingga tidak ada yang memberi tahunya untuk bangun. Bahkan Shen Jia yang biasanya datang untuk mengajak bersama pun mendadak tidak datang. Entah apa yang sedang merasuki gadis itu hingga tidak lagi memedulikan Xuan Yi. “Pantas saja sejak tadi kucari kau tidak ada,” sinis Xiao Pingjing. Xuan Yi memutar bola matanya malas. “Apa yang dibahas tadi? Cepat, katakan!” “Kau ingat kedatangan Ayahmu kemarin? Ternyata Jenderal Gu memberi tahu jajaran guru untuk tidak mengeluarkan kita dari sini. Lebih tepatnya mengizinkan kita berjuang bersama membantu militer kekaisaran untuk melawan Klan Iblis,” tutur Xiao Pingjing menghela napas berat. Rasanya memang tidak adil untuk murid Akademi Tangyi berdiam diri di tempat tanpa membantu apa pun. Namun, hal tersebut juga untuk mereka yang baru saja mempelajari ilmu kultivasi dan bela diri selama beberapa bulan. Jelas untuk membiarkan berjuang melawan Klan Iblis tidak semudah yang dibayangkan. Jajaran guru besar pasti banyak yang merasa berat untuk mengizinkan mereka menjadi pejuang. Walaupun kebanyakan di antaranya berbakat dan siap terjun, tetapi mengingat kembali masih banyak yang belum siap membuat jajaran guru mengambil keputusan bijak. Tidak ada yang turun sama sekali. “Mengapa? Bukankah kita semua sudah banyak berlatih?” tanya Xuan Yi penasaran. “Astaga, kita memang banyak berlatih, tetapi tidak semua murid secerdas dirimu. Apalagi sampai bisa melampai kemampuanku dan Chang Qi. Mungkin guru besar mengambil keputusan berat ini demi murid Akademi Tangyi lainnya. Agar mereka tetap berada di sini tanpa merasakan keirian akan murid lainnya yang berjuang,” jawab Xiao Pingjing menghela napas panjang. Xuan Yi terdiam sesaat. Entah kenapa ia merasa perkataan Xiao Pingjing ada benarnya. Memang tidak mungkin mengeluarkan beberapa murid saja, lalu membiarkan murid lainnya tetap berada di Akademi Tangyi. Pasti salah satu dari mereka ada yang keras kepala, dan berakhir tetap berjuang bersama-sama. Tentu saja semua pikiran itu sudah terlintas lebih dulu di pikiran jajaran guru membuat mereka harus mengambil keputusan demi kepentingan bersama. “Lantas, apa yang harus kita lakukan di dalam sini? Menunggu Kekaisaran Mouyu hancur tak tersisa? Aku sama sekali tidak mencemaskan tempat ini. Karena tidak ada satu orang pun yang bisa menyusup, meskipun ia berilmu tinggi. Tapi, aku jelas mencemaskan para penduduk di luar sana yang sedang berjuang demi menyelamatkan nyawa mereka masing-masing,” celoteh Xuan Yi dengan nada sedikit tidak terima. Sedangkan Xiao Pingjing yang mendengar penuturan itu meringis pelan. Memang ia sendiri merasa sedikit kesal akan keputusan tersebut. Namun, untuk menyikapi semua keputusan ini jelas tidak boleh ada yang merasa sangat hebat. Walaupun bisa melawan, belum tentu hebat. Sebab, yang menjadi lawan kali ini adalah Klan Iblis. Kekuatan ilmu kultivasi tingkat tinggi membuat tidak ada yang bisa mengalahkan mereka. “Xuan Yi, aku paham kekesalanmu itu. Tapi, aku pikir ini memang ada baiknya untuk kita semua. Karena keras kepala pun tidak bisa menyelesaikan masalah,” ungkap Xiao Pingjing tersenyum tipis, lalu menepuk pundak sahabatnya itu singkat. Kemudian, ia melangkah ke tepian untuk mengambil pakaian keringnya. Sementara itu, Xuan Yi ikut melangkah ke tepian. Sebab, tubuhnya sudah dirasa cukup bersih dan siap kembali ke kamar kediaman. Mengingat matahari semakin merangkak naik menandakan mereka harus segera berlatih. “Sekarang kau ingin ke mana?” tanya Xuan Yi penasaran melihat pemuda yang ada di hadapannya sibuk mengenakan pakaiannya kembali. “Tentu saja kita harus berlatih, Xuan Yi,” jawab Xiao Pingjing cepat sembari menatap sahabatnya sedikit aneh. Seakan ia tidak menyangka pertanyaan itu bisa terlontar begitu saja. “Ya, kau benar. Kita memang harus berlatih tanpa mempraktekkannya langsung,” timpal Xuan Yi merasa miris akan pelatihannya selama ini seperti sia-sia. “Jangan putus asa seperti itu. Kau sangat berbakat, Xuan Yi. Tapi, kau juga tidak bisa egois dengan berjuang seorang diri tanpa murid lainnya. Jadi, jangan berkecil hati dengan beranggapan kau masih sama seperti dulu,” balas Xiao Pingjing merangkul pundak pemuda itu sembari tersenyum lebar. Sedangkan Xuan Yi hanya mengangkat bahunya acuh. Kemudian, ia melenggang pergi bersama Xiao Pingjing keluar dari danau buatan bertembok cukup tinggi untuk menyekat tempat itu agar tidak terlihat dari luar. Keduanya melenggang keluar secara bersamaan membuat asisten guru yang tanpa sengaja melintas di sana langsung terhenti menatap Xuan Yi dan Xiao Pingjing baru saja selesai membersihkan diri. “Murid Gu, Murid Xiao, cepat ke lapangan panah untuk segera berlatih bela diri!” titah Guru Xuaming membuat kedua pemuda tampan itu melebarkan matanya terkejut. “Shifu, bukankah jadwal pelatihan kita nanti?” protes Xuan Yi tidak terima. Padahal ia hendak segera kembali ke kamar kediaman untuk memakan manisan jeruk kering, sebab perutnya mendadak tidak nyaman. Guru Xuaming menggeleng keras. Yang artinya ia tidak menerima bantahan apa pun, bisa dikatakan lelaki paruh baya itu hanya ingin semua murid didikannya menurut tanpa protes atau menyanggah sedikit pun. “Baiklah, Shifu!” balas Xiao Pingjing tegas, lalu menyeret sahabatnya untuk segera pergi dari sana. Sebab, membiarkan Xuan Yi bersama Guru Xuaming tidak menyehatkan keadaan sekita. Karena mereka berdua pasti akan berdebat dengan permasalahan yang tidak ada habisnya. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa Xiao Pingjing juga mrasa tidak adil akan pelatihan yang diadakan hari ini. Karena mereka berdua pasti akan dilatih secara privat oleh Guru Xuaming. Walaupun terkadang akan ada Shen Jia yang ikut, tetapi gadis itu tidak mengatakan apa pun tentang pelatihan memanah. Tentu saja hal tersebut membuat kedua pemuda tampan itu kompak menghela napas panjang. Lalu, melenggang pergi ke arah Selatan. Lebih tepatnya sisi belakang dari kamar satu-satunya yang ada di sana dan langsung menembus sebuah lapangan cukup luar. “Aku tidak tahu kalau kita akan benar-benar berlatih di sini,” keluh Xuan Yi tersenyum miris membayangkan hanya mereka berdua yang berlatih di sana tanpa ada satu orangn pun. Mungkin hanya akan ada Shen Jia, itu pun kalau meluangkan waktunya untuk datang. “Sudahlah, jangan terlalu banyak protes. Kita di sini harus segera berlatih, Xuan Yi. Apa kau ingin nilai pembelajaranmu direbut olehku,” balas Xiao Pingjing tersenyum miring.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD