74. Hampir Tertangkap

1035 Words
Keadaan pun semakin memburuk ketika Klan Iblis menyerang salah satu lumbung padi milik seorang warga. Membuat api menjalar begitu cepat hingga melalap semua yang ada di sana. Tentu saja kebakaran itu menjadikan situasi sedikit tidak terkendali. Sebab, prajurit militer terlihat sibuk mengamankan semua barang yang masih bisa diselamatkan. Sedangkan barang lainnya hanya bisa menunggu jadi abu. Sang pemilik lumbung pun terlihat lemah tidak berdaya melihat timbunan makanannya selama ini dalam sekejap hilang dilalap api. Padahal beliau berniat untuk memakainya ketika hari peperangan tiba. Agar seluruh keluarganya tidak ada yang kelapangan. Namun, hal itu sepertinya hanya sia-sia saja. Nyatanya tidak ada satu orang pun yang bisa menyelamatkan lumbung miliknya. “Tuan Muda, tolong kami!” seru seorang lelaki paruh baya pada Jenderal Gu. Tentu saja lelaki tampan nan gagah itu langsung menghentikan laju kudanya. Sedangkan komandan kurus yang mengikuti Jenderal Gu melirik bingung. “Bagaimana, Jenderal Gu?” tanya Komandan Utara tersebut. “Sebentar, aku akan melihat situasi terlebih dahulu,” jawab Jenderal Gu melenggang pergi menghampiri lelaki paruh baya tersebut. Sontak hal tersebut membuat saudagar kaya yang sedang tertimpa musibah itu merasa lega melihat Jenderal Gu benar-benar mendatanginya. “Jenderal Gu, tolong lumbung makanan kami dibakar oleh Klan Iblis,” ungkap lelaki paruh baya berpakaian sedikit kotor itu dengan peluh keringat membanjiri dahinya. “Apa ada korban di dalam sana?” tanya Jenderal Gu berusaha tetap tenang. Lelaki paruh baya itu menggeleng. “Kebetulan sekali para pekerja milikku sedang melakukan pembersihan di ruang tamu sehingga tidak ada korban di sana.” “Baiklah. Tolong antarkan aku ke sana,” pinta Jenderal Gu mengangguk singkat. Tanpa pikir panjang lelaki itu langsung tergopoh-gopoh mengantar Jenderal Gu menuju lumbung pagi yang terbakar hampir tak bersisa. Padahal segala persiapan makanan keluarga itu ada di dalam sana, tetapi dengan teganya malah dibakar oleh Klan Iblis yang tidak tahu-menahu. Sepanjang perjalanan menuju lumbung, Jenderal Gu melihat kekacauan yang terjadi di sekitar cukup mengenaskan. Beberapa pelayan dan dayang terlihat sibuk membereskan bahan yang masih bisa terselamatkan. Sementara itu, di dekat lumbung terlihat api masih membara cukup besar dengan berusaha dipadamkan oleh pelayan yang sibuk membawa air menggunakan ember. Sebab, di sana tidak ada yang bisa menggunakan kultivasi. “Ini lumbung kami, Jenderal Gu,” ucap lelaki paruh baya itu tidak bisa menyembunyikan kesedihannya yang tertera jelas. “Baiklah. Aku akan membantu memadamkannya,” balas Jenderal Gu membuat beberapa pelayan yang masih berada di sana langsung menyingkir sejenak. Karena Gu Sheng Jun akan mengeluarkan kekuatannya yang membentuk air. Sehingga mampu memadamkan api, tidak seperti Xuan Yi yang memiliki kekuatan kultivasi seperti Keluarga Gu pada umumnya. Dalam sekejap api yang membumbung itu langsung padam menyisakan asap hitam mengepul, tetapi tidak sampai membakar sisa-sisa makanan di sana. Tentu saja lelaki paruh baya yang berada di samping Jenderal Gu langsung menghampiri lumbung miliknya. Kemudian, ia melihat sudah banyak bahan makanannya yang terbakar. Membuat lelaki itu terduduk lemas, sedangkan Komandan Utara yang baru saja datang langsung menatap Jenderal Gu. “Bagaimana keadaan saat ini, Jenderal Gu?” tanya Komandan Utara penasaran. “Sudah berhasil aku padamkan, kalian lihat keadaan di sana. Tapi, jangan sampai melukai diri sendiri. Jadi, tolong berhati-hatilah. Aku ingin berkeliling di sekitar untuk melihat keadaan sekitar memastikan tidak ada lagi Klan Iblis yang tersisa di sini,” jawab Jenderal Gu menghela napas pelan. “Memangnya kenapa, Jenderal Gu?” “Aku hanya tidak ingin mengira kalau ini siasat mereka yang mencari makanan, karena p*********n mendadak ini jelas membuat mereka tidak memiliki bekal yang cukup.” Setelah itu, Gu Sheng Jun melenggang pergi menuju belakang lumbung yang langsung berhubungan dengan danau besar dan beberapa hutan lebat. Dengan di tengah-tengahnya terdapat sebuah gubuk kecil tempat biasa di mana beberapa pelayan melakukan pekerjaan. Di tengah pengamatannya pada sekitar, tiba-tiba Gu Sheng Jun tampak tertarik pada bagian bawah gubuk yang terlihat sedikit berbeda dari kebanyakan. Tentu saja ia merasa sedikit janggal bagian bawah berhubungan langsung dengan tanah. Kemudian, dengan menggerakkan gubuk tersebut pandangan Gu Sheng Jun langsung menatap penuh pada sebuah lubang yang menembus bagian bawah tanah. Tentu saja hal tersebut membuat lelaki gagah nan berkharisma itu langsung mendekat dengan penuh hati-hati. Akan tetapi, ia langsung melihat ada sepasang mata yang mengawasi dirinya dari bawah membuat Gu Sheng Jun mengernyitkan keningnya bingung, lalu terus memperhatikan sang objek dengan penuh. Seketika ia sadar bahwa di bawah sana ada keluarga lain yang berbeda dengan dirinya tengah menunggu kedatangan seseorang. Entah kenapa hal tersebut membuat Gu Sheng Jun sedikit iba. Namun, pada saat lelaki itu hendak mengeluarkan sesuatu tiba-tiba dari arah belakang tubuhnya terkena pukulan. Membuat Gu Sheng Jun terpelanting cukup jauh. Tentu saja serangan itu membuat ia langsung menatap sang pelaku. Ternyata tepat di hadapannya terlihat sepasang suami istri dari kalangan lain menatap dirinya berapi-api sekaligus penuh waspada. “Siapa kau!” bentak lelaki bertelinga panjang dengan bagian ujung melancip, lalu terlihat seorang wanita cantik masuk ke dalam tanah yang baru saja Gu Sheng Jun buka. “Aku Jenderal Gu, yang bertugas untuk membasmi Klan Iblis telah membuat masalah di sini. Apalagi membakar lumbung milik orang lain dengan tanpa rasa bersalah sama sekali,” jawab Jenderal Gu mendesis sinis. “Bukan aku yang membakarnya!” elak lelaki dari Klan Iblis menggeleng kuat. Seketika Gu Sheng Jun terdiam penuh curiga menatap seorang lelaki yang ia yakini seusia dengan dirinya. Meskipun begitu, ia tidak ingin berprasangka buruk lebih dahulu. “Aku serius, Jenderal Gu. Kami berada di sini karena terpisah dari rombongan. Walaupun anak kami kelaparan, tetapi kami sama sekali tidak melakukan hal konyol hanya untuk memberi mereka makan,” ucap lelaki itu bersungguh-sungguh. Tak lama kemudian, datanglah dua anak kecil laki-laki dan perempuan, serta seorang wanita yang diyakini ibu dari mereka berdua. Sedangkan lelaki yang sempat berdebat dengan Gu Sheng Jun pun langsung membalikkan tubuh memeluk kedua anaknya dengan penuh kasih sayang.  Sejenak Gu Sheng Jun memperhatikan keluarga kecil itu dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan. Seakan ia melihat dirinya sendiri di sana bersama Xuan Yi dan Dewi Renisia. Akan tetapi, pandangan tersebut berubah kembali menjadi keluarga beda bangsa. “Jenderal Gu, tolong lepaskan kami,” ucap wanita tersebut dengan memohon, “Baiklah. Aku akan lepaskan kalian, tetapi apa kalian bisa menjamin tidak akan tertangkap oleh pasukanku?” balas Gu Sheng Jun membuat sepasang suami-istri yang ada di hadapannya terdiam membisu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD