73. Ayahmu atau Ayahku?

1042 Words
Sesampainya di gerbang utama Akademi Tangyi, Gu Sheng Jun menghentikan kudanya dan melompat turun sembari melihat keadaan yang mendadak sepi. Sepertinya asisten Guru Xuaming telah menurunkan perintah untuk tidak membuka pintu gerbang sama sekali. Mengingat di luar masih dalam keadaan kacau akibat serangan mendadak dari Klan Iblis. Sejenak perasaan lelaki itu mendadak ragu untuk meminta bantuan. Sebab, di dalam sana ada sesosok pemuda yang masih menjadi tanggung jawabnya. Jelas saja jika terjadi sesuatu bukan hanya dirinya yang terkena masalah, melainkan Xuan Yi sendiri. Namun, saat Gu Sheng Jun hendak mengetuk pintu gerbang tebal berbahan kayu itu tiba-tiba terlihat seorang lelaki paruh baya datang dengan ekspresi sedikit cemas. Akan tetapi, perhatiannya langsung teralihkan ketika melihat kuda militer terikat di tiang Akademi Tangyi. “Jenderal Gu, ada urusan apa kau datang ke sini?” tanya Tetua Besar Xiao. “Tetua Besar Xiao,” sapa Gu Sheng Jun membungkuk hormat, lalu kembali menegakkan tubuh. “Mari, masuk! Kita bicarakan di dalam saja,” ajak Tetua Besar Xiao sembari mengibaskan tangannya membuat sebagian ilmu penjaga gerbang terbuka membuat pintu tersebut bisa disentuh. Untung saja Tetua Besar Xiao datang tepat waktu sehingga tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Sebab, ilmu penjaga gerbang akan menyakiti siapa pun yang menyentuhnya, tanpa terkecuali. Bahkan untuk ukuran Xiao Pingjing pun tidak bisa menghindari ancaman tersebut. Gu Sheng Jun terjelengar melihat kekuatan yang baru saja dilihat olehnya. Seakan ia hampir menghampiri gerbang kematian. Padahal lelaki itu hanya datang ingin meminta bantuan, bukan menyakiti diri sendiri. “Jenderal Gu, silakan!” ucap Tetua Besar Xiao mempersilakan Gu Sheng Jun masuk ke dalam ruang guru yang terlihat beberapa jajaran guru duduk saling berhadapan. Di sana tampak Master Kultivasi Gu. Seorang lelaki tampan, gagah dan berani itu pun mendudukkan diri tepat di hadapan Guru Xuaming dengan ekspresi datar seperti biasa. “Keadaan di luar benar-benar sangat mengkhawatirkan. Aku menjadi cemas mengingat murid Akademi Tangyi belum memiliki banyak ilmu untuk melawan Klan Iblis,” celetuk Tetua Besar Xiao menyuarakan kekhawatirannya. “Aku juga merasakan hal yang sama. Karena tidak ada murid berbakat selain Xuan Yi, Xiao Pingjing, Chang Qi, dan Shen Jia,” sahut Guru Xuaming membuat jantung Gu Sheng Jun berdetak dua kali lebih cepat. Akan tetapi, Master Kultivasi Gu yang tidak rela pun langsung menyela, “Rasanya sangat tidak adil kalau kita hanya menurunkan empat murid berbakat itu tanpa mengikutsertakan murid lainnya.” “Iya, kau benar, Master Kultivasi Gu,” balas Tetua Besar Xiao mengangguk pelan. Sedangkan Gu Shen Jun merasa kehadirannya di sini sia-sia pun hanya diam mendengarkan. Ia memang tidak seharusnya datang ke sini kalau untuk mendengar bahwa Akademi Tangyi sama sekali tidak memiliki murid yang matang untuk diajak berjuang. Namun, Guru Xuaming yang melihat keterdiaman dari Gu Sheng Jun pun menghela napas panjang. Tentu saja ia bisa menebak kehadiran lelaki itu di sini. “Jenderal Gu, apa yang membawamu kemari?” tanya Guru Xuaming membuat perhatian dua guru besar di sana langsung teralihkan menatap Gu Sheng Jun. Sontak hal tersebut membuat lelaki tampan itu sedikit terkejut mendengar namanya yang tiba-tiba disuarakan. “Aku datang ke sini untuk mengingatkan Akademi Tangyi agar tidak sembarangan membuka gerbang. Tentu saja berjaga-jaga dari Klan Iblis yang mulai menyerang Kota Xuanhu. Jadi, sekarang para militer Kekaisaran Mouyu sedang membuat siasat agar p*********n balas dendam kali ini tidak menimbulkan banyak kerugian,” tutur Gu Sheng Jun memendam segala keinginannya yang sempat ingin diutarakan. Namun, semua itu kandas ketika memikirkan nasib Xuan Yi. Sebab, pemuda tampak titisan dari dirinya pasti akan merasa tidak terima. Apalagi saat mengetahui bahwa ibunya telah ditawan oleh Klan Iblis sejak lama. Meskipun pada kenyataannya tidak ada yang tahu bahwa Dewi Renisia baru saja dijebloskan ke dalam tahanan ketika diketahui melakukan pelarian diri dengan alasan ikut balas dendam. Master Kultivasi Gu tidak percaya begitu saja. Lelaki paruh baya dengan kekuatan yang sepadan dengan Gu Sheng Jun itu pun mengernyit tidak percaya. Akan tetapi, tidak urung ia mengangguk singkat. “Apa yang baru saja kau katakan itu benar-benar terjadi?” tanya Master Kultivasi Gu. “Iya, sudah banyak warga yang mengungsi ke berbagai desa menghindari Klan Iblis dan beberapa diantaranya melakukan pelarian ke Gungzhou,” jawab Gu Sheng Jun mengangguk singkat. “Kalau begitu, Pavilium Penglai sudah menerima p*********n?” tanya Master Kultivasi Gu sedikit cemas. “Untuk tempat itu sudah diamankan terlebih dahulu oleh Yang Mulia Kaisar karena akan menjadi tempat penampungan makanan pokok agar tidak terjadi kelalaian. Sebab, Pavilium Penglai sudah dipercayakan untuk memegang peran penuh makanan pokok untuk para pengungsi,” jawab Jenderal Gu dengan lugas. Semua jawaban yang dilontarkan Gu Shen Jun benar-benar membuat tiga guru besar itu mengangguk puas. Ternyata Yang Mulia Kaisar sudah berpikiran secara matang tentang apa yang harus dilakukan tanpa melakukan kerugian seperti dulu. “Baiklah, kalau begitu kami sangat berterima kasih atas peran penuh Jenderal Gu dalam pertahanan yang sudah dilakukannya,” ucap Tetua Besar Xiao tersenyum tulus. Jujur saja menjadi jenderal besar seperti Gu Sheng Jun tidaklah mudah. Apalagi memikirkan banyak hal dalam waktu singkat. Agar tidak menimbulkan kekhawatiran yang berkepanjangan mengingat banyak sekali warga merasa cemas akan kedatangan Klan Iblis untuk kedua kalinya. “Sudah menjadi tugasku,” balas Gu Sheng Jun tersenyum tipis. Guru Xuaming tersenyum puas. “Bagaimana kalau kita meminum teh? Aku lihat Jenderal Gu sedikit kelelahan akibat perjalanan yang dilakukannya ke Chang’an.” “Tidak perlu, aku harus kembali melakukan perjalanan ke Akademi Dangyi,” tolak Gu Sheng Jun menggeleng pelan. “Iya, benar. Kau masih menjadi jajaran guru bagi mereka, ya,” timpal Tetua Besar Xiao mengangguk pelan. Setelah itu, Gu Sheng Jun pun berpamitan untuk meneruskan perjalanan yang sayang sekali harus menelan kekecewaan akibat tidak ada satu murid pun di Akademi Tangyi bisa melakukan pembelaan. Sehingga tidak menutup kemungkinan hanya ada Akademi Dangyi yang berjuang untuk p*********n kali ini. Sementara itu, tidak ada yang tahu bahwa kehadiran Gu Sheng Jun dilihat oleh sepasang mata tajam milik Xuan Yi. Pemuda tampan itu baru saja selesai membersihkan tubuh di danau buatan. “Bukankah itu Ayahmu?” celetuk Xiao Pingjing mengernyit bingung saat melihat Gu Sheng Jun yang baru saja keluar dari ruang jajaran guru. “Bukan, itu Jenderal Gu,” elak Xuan Yi menggeleng pelan. Sontak Xiao Pingjing mendengkus. “Sama saja itu Ayahmu, bukan?” “Iya, dia memang Ayahku,” jawab Xuan Yi tersenyum manis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD