72. Jenderal Terhormat

1037 Words
“Jenderal Gu, Kota Xuanhu mengalami kerusakan yang cukup parah. Ditambah ada beberapa penduduk yang terkena serangan dari Klan Iblis membuat mereka terluka parah dan sudah dibawa ke tabib terdekat,” lapor seorang komandan bertubuh kurus. Terlihat lelaki dewasa tampan nan gagah itu mengernyit dalam membuat ia terlihat berpikir keras mengatasi serangan mendadak yang di luar dugaannya. Apalagi serangan kali ini hanyalah permulaan, bukan inti dari balas dendam dua puluh tahun lalu. Namun, memikirkan balas dendam ia menjadi teringat akan istri tercintanya yang sudah lama sekali tidak bertemu. Padahal kalau dirasa mereka baru saja dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan. “Segera dirikan tenda pengungsian untuk memberikan tempat perlindungan pada penduduk yang kehilangan tempat tinggal, dan sediakan bahan makanan pokok darurat. Sekarang kita tidak bisa melakukan apa pun sampai Yang Mulia Kaisar memberikan perintah,” balas Gu Sheng Jun menghela napas berat. Sontak hal tersebut membuat beberapa komandan yang ada di sana tampak tidak setuju. Mereka bahkan terlihat seketika bangkit dengan ekspresi tidak terima. “Jenderal Gu, bagaimana bisa kita menunggu instruksi dari Yang Mulia!? Di luar sana banyak sekali penduduk yang meminta pertolongan. Setidaknya kita memberi pengarah untuk mereka melindungi diri,” sahut seorang komandan gagah berani menentang Gu Sheng Jun secara terang-terangan. Tentu saja sebagai seorang jenderal besar yang menimang segala sesuatu tanpa sepihak membuat Gu Sheng Jun menatap tajam pada siapa pun penentangnya. “Aku tahu, bukankah kau sudah mendengarnya sendiri bahwa aku menurunkan perintah untuk memberikan perlindungan?” sinis Gu Sheng Jun membuat beberapa komandan tersebut mengangguk mengiakan. “Tapi, Jenderal, sampai kapan kita menunggu keputusan Yang Mulia Kaisar untuk melawan Klan Iblis?” tanya salah satu komandan perbatasan Utara. Gu Sheng Jun mengangguk singkat. “Aku akui bahwa keputusan Yang Mulia memang sangat lama. Tapi, kita tidak mempunyai pilihan lain. Kalau kita bergerak sekarang, sama saja militer kerajaan dianggap memberontak. Jelas itu tidak bisa ditiru oleh militer lainnya.” Perkataan dari Gu Sheng Jun membuat tiga komandan gagah itu terdiam membisu. Sebab, mereka memang tidak pernah memikirkan apa pun yang terjadi ke depannya, selain melindungi rakyat Kekaisaran Mouyu agar tetap hidup damai. Akan tetapi, siapa sangka kalau merekalah yang membuat rakyat menderita. Dengan cara memberontak seperti perkataan Gu Sheng Jun. Meskipun pemberontakkan itu dalam hal baik, tetapi tetap saja tidak ada keputusan dari Yang Mulia Kaisar untuk menggerakkan militer kekaisaran. Tak lama kemudian, seorang prajurit istana masuk ke dalam tenda Jenderal Gu sembari membawa sebuah gulungan yang mengalihkan perhatian mereka semua. “Jenderal Gu, aku membawa titahan dari Yang Mulia Kaisar!” seru prajurit tersebut dengan lantang. Jenderal Gu spontan setengah berlutut diikuti tiga komandan setia yang memberikan hormat ala militer. Semua yang ada di dalam tenda darurat militer itu tampak berlutut membuat prajurit dari istana membuka gulungan dengan penuh hati-hati. “Untuk Jenderal Gu Sheng Jun yang telah mengabdi selama puluhan tahun diberikan perintah melawan Klan Iblis turun ke bumi sekaligus memberikan tempat tinggal pada penduduk dirugikan akibat oleh mereka, termasuk makanan layak makan dan pakaian pas untuk berlindung dari keadaan dingin!” tutur prajurit dari istana tersebut menghela napas panjang, lalu memberikan gulungan tersebut pada Gu Sheng Jun. “Jenderal Gu Sheng Jun, siap menjalankan perintah, Yang Mulia Kaisar!” balas lelaki dewasa nan tampan itu tidak kalah tegas dan menerima gulungan tersebut dengan penuh rasa hormat. Kemudian, prajurit dari istana itu pun berlari keluar meninggalkan Gu Sheng Jun dan tiga komandan setianya untuk berdiskusi mengenai p*********n untuk melumpuhkan Klan Iblis. Tentu saja tidak mudah apalagi mereka sudah bangkit selama bertahun-tahun akibat p*********n. Sejenak di dalam hati Gu Sheng Jun merasa tidak nyaman menyerang orang tua dari istrinya sendiri. Akan tetapi, ia tidak memiliki pilihan lain untuk melakukan hal tersebut. Karena demi melindungi Dataran Qinyuan apa pun akan ia lakukan. “Jenderal Gu, bagaimana kalai pertahanan seperti dahulu kita lakukan kembali? Lagi pula Akademi Dangyi dan Akademi Tangyi sudah mulai mengibarkan bendera. Sehingga rasanya kita sudah cukup memiliki banyak prajurit untuk melawan mereka,” usul komandan dari perbatasan Timur membuat Gu Sheng Jun mengangguk beberapa kali. “Benar, aku pikir mereka bisa melakukan lebih baik untuk melindungi Dataran Qinyuan. Dan rasanya sudah cukup mereka berlatih,” sahut komandan dari perbatan Utara. “Baiklah. Semua usul kalian akan aku pertimbangkan. Tapi, semua kembali pada asisten guru yang berada di sana. Boleh atau tidaknya, itu tergantung mereka. Karena aku tidak yakin kalau Akademi Tangyi akan ikut pertempuran ini. Mengingat mereka baru saja berlatih selama beberapa bulan,” pungkas Jenderal Gu membuat tiga komandan yang ada di hadapannya mengangguk puas. Kemenangan kali ini memang tidak bisa diprediksi. Akan tetapi, mereka jelas memiliki banyak peluang untuk tetap melakukan yang terbaik. Sehingga berpikiran positif ketika sedang menghadapi masalah memang sikap terbaik untuk seorang pemimpin. Kini Gu Sheng Jun demi memenuhi usulan komandan-komandan tersebut melepas semua rompi perangnya dan digantikan dengan pakaian hanfu tradisional berwarna merah yang elegan khas keluaran Gu. Lelaki dewasa itu hendak mengunjungi Akademi Tangyi untuk membicarakan masalah peperangan yang harus mereka hadapi dalam beberapa waktu ke depan. Dengan menunggangi kuda andalannya, Gu Sheng Jun meninggalkan padang rumput pelatihan militer Kekaisaran Mouyu menuju Chang’an. Ia berangkat seorang diri tanpa pendamping siapa pun karena tidak ingin identitasnya terbongkar begitu saja. Sebab, Klan Iblis jelas masih mengincar dirinya atas apa yang telah dilakukan semasa muda. Sedangkan tiga komandan itu menatap kepergian Gu Sheng Jun dengan penuh harapan dan doa. Mereka menginginkan yang terbaik untuk Dataran Qinyuan, terlepas dari perang dan banyak sekali permusuhan. Walaupun sejatinya Klan Manusia memang lebih licik dibandingkan Klan Iblis. Hal tersebut diakui oleh Xuan Yi sendiri. Pada saat pemuda itu belajar tentang sejaran. Yang sangat disayangkan cara penyampaian Xuan Yi terlalu menyinggung membuat pemuda itu terpaksa dikeluarkan. Karena tidak ingin menjelek-jelekkan klan sendiri. Sementara itu, di dalam benak Gu Sheng Jun kembali mengharapkan bahwa sang istri tercintanya tidak akan dijadikan tumbal pada saat peperangan terjadi. Jelas saja itu akan menjadi pukulan yang sangat berat. Apalagi saat dirinya dan wanita itu tidak bisa bersatu dalam satu tempat. “Renisia, aku harap kau baik-baik saja. Ingatkah janji kita dulu bahwa Xuan Yi akan menjadi penyatu bagi kedua klan? Aku harap ucapanmu akan benar-benar terjadi. Karena aku merasa bersalah telah membesarkan Xuan Yi seorang diri dan tanpa kasih sayang dirimu,” gumam Gu Sheng Jun tanpa sadar menitikkan air matanya sedih. ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD