71. Semakin Dekat

1059 Words
“Apa yang baru saja terjadi?” tanya Master Kultivasi Gu. Keadaan benar-benar terlihat sangat parah dengan dedaunan kering berserakan layaknya baru saja terjadi angin p****g beliung. Padahal angin yang terjadi tadi tidak terlalu dahsyat sampai seperti menghancurkan pepohonan berusia ratusan tahun. Sedangkan Xuan Yi menyusul di belakang Master Kultivasi Gu pun dibuat terkejut sekaligus tidak percaya. Sebab, keadaan yang sebelumnya tidaklah seperti ini. bahkan bisa dikatakan pintu masuk ruang rahasia hampir saja tertimbun oleh sampai kalau tidak segera dibereskan. Guru Xuaming yang mendengar pertanyaan Master Kultivasi Gu itu pun berlari mendekat, lalu memberikan hormat secara singkat. “Master Kultivasi Gu, beberapa saat yang lalu sempat terjadi angin cukup kuat membuat semua dedaunan kering ini berkumpul menjadi satu,” sesal lelaki paruh baya itu meringis pelan. Tentu saja beberapa murid yang membantunya ikut sedikit menyesal tidak menyelesaikan pekerjaan ini dengan tepat waktu. Padahal sudah berkali-kali diingatkan untuk membereskan lebih cepat agar tidak mengganggu ketertiban lainnya. “Sudah jangan dibersihkan lagi, kalian semua bisa kembali menyibukkan diri,” ucap Master Kultivasi Gu menghela napas pelan. Tentu saja beberapa ekspresi mereka tampak tidak enak sekaligus menyesal. Akan tetapi, tidak mempunyai pilihan lain. Memang ada baiknya mereka membiarkan Master Kultivas Gu melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya saja. “Apa yang ingin kau lakukan, Master?” tanya Guru Xuaming mendadak bingung melihat tangan lelaki paruh baya berkekuatan besar itu bergerak membentuk bola besar. “Tentu saja aku ingin membersihkannya, Xuaming. Memang apa yang akan aku lakukan lagi di sini?” jawab Master Kultivasi Gu menghela napas panjang. Tentu saja pemandangan cahaya merah itu tampak menguar begitu kuat membuat Xuan Yi menutup matanya saking kuat dan betapa hebatnya sang kakek ketika mengeluarkan kekuatan dalam keadaan seperti ini. Memang tidak ada yang menduga kalau Kakek Gu memiliki kekuatan jauh lebih besar daripada Tetua Besar Xiao. Hanya saja beliau sejak dulu dinilai sebagai pribadi yang jarang sekali menghakimi orang lain bukan berdasarkan pemikiran diri sendiri. Sehingga peperangan kedua klan dulu memang sama sekali tidak diikuti oleh Master Kultivasi Gu. Bahkan ia hanya membantu sedikit agar tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi warga Dataran Qinyuan yang menilai Kakek Gu sebagai pribadi egois. Dalam hitungan sedikit, sampah yang berserakan tadi pun sudah terkumpul di dalam tempat sampah membuat Guru Xuaming tersenyum senang. Padahal ia sudah berniat melakukan hal itu tadi, tetapi terurung ketika melihat banyak murid Akademi Tangyi membersihkan halaman. “Xuan Yi, kalau kau sudah tidak mempunyai urusan lagi, kau bisa pergi. Kakek ingin berbicara sebentar bersama Guru Xuaming,” ucap Kakek Gu pada Xuan Yi yang masih terkagum-kagum. “Baik, Kakek!” balas Xuan Yi mengangguk singkat. Kemudian, pemuda tampan itu pun benar-benar melenggang pergi meninggalkan dua lelaki paruh baya yang berjarak tidak terlalu jauh. Tentu saja mereka berdua pasti ingin membicarakan tentang hal yang baru saja terjadi. Namun, di tengah perjalanan Xuan Yi menuju kamar kediaman tiba-tiba pandangannya terpaku pada sesosok gadis dan pemuda yang berlari masuk dengan penampilan cukup acak. Seperti mereka berdua baru saja diterpa badai. “Shen Jia, Pingjing? Apa yang terjadi denganm kalian berdua?” tanya Xuan Yi bingung. “Astaga, Xuan Yi, biarkan aku bernapas dulu!” pinta Shen Jia memegangi da*danya yang terasa sesak. Sebab, ia berlari benar-benar cukup jauh. Di sela Shen Jia menetralkan deru napasnya, Xiao Pingjing menjawab, “Kita berdua hampir saja terjebak dalam pusaran angin yang menandakan Klan Iblis turun ke bumi.” “Apa maksudmu?” tanya Xuan Yi tidak mengerti. “Jangan bilang kalau kau tidak tahu ada angin besar tadi,” tebak Xiao Pingjing memutar bola matanya malas. Dengan gerakan ringan, Xuan Yi tampak menggeleng polos membuat Shen Jia menegakkan tubuhnya terkejut. Namun, ia kembali teringat bahwa pemuda itu memiliki pelatihan tertutup sehingga wajar saja jika tidak tahu apa yang baru terjadi tadi. “Kau tidak perlu repot-repot menjelaskannya, Pingjing. Karena Xuan Yi jelas tidak tahu. Bahkan ketika bumi runtuh pun rasanya mustahil kalau ia tahu,” sela Shen Jia menghela napas panjang. Akan tetapi, Xuan Yi terlihat tidak terima. “Jangan mengolok-olokku. Cepat katakan apa yang sedang terjadi tadi!” “Para Klan Iblis sudah mulai berdatangan, Xuan Yi. Mungkin sewaktu kau berlatihan tadi mereka mulai melancarkan aksinya membuat banyak sekali pusaran angin sekaligus menjadikan jalan bagi mereka yang ingin melakukan balas dendam,” tutur Shen Jia dengan ekspresi panik sekaligus tenang. “Bagaimana kalian berdua bisa tahu?” tanya Xuan Yi seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Shen Jia. Memang rasanya sedikit tidak masuk akal. Apalagi dirinya baru saja selesai melakukan pelatihan secara tertutup. Sehingga wajar saja jika otaknya masih dalam perbaikan. “Aku pernah membaca dalam buku yang ada di perpustakaan, Xuan Yi. Apa kau ingat ketika aku menunjukkan sebuah buku tua padamu?” tanya Shen Jia membuat pemuda tampan yang menjadi teman sekamarnya terdiam. “Oh, buku itu? Tentu saja aku tahu. Kau mengatakannya sampai ribuan kali sampai telingaku rasanya sakit sekali. Dan anehnya, kau mengatakan hal yang cukup membuatku penasaran sekaligus terlihat bodoh,” jawab Xuan Yi ringan. “Intinya dari perkataanku itu. Ternyata yang dikatakan oleh buku itu benar-benar terjadi, Xuan Yi. Semua pusaran angin itu mengarah ke Barat menandakan bahwa Klan Iblis turun ke bumi,” ucap Shen Jia mengabaikan ejekan Xuan Yi. Seketika punggung pemuda itu menegak terkejut. Ia teringat akan setumpukkan dedaunan kering yang berkumpul menjadi satu di pintu bawah tanah. Lebih tepatnya sebelah Barat sama seperti yang dikatakan oleh Shen Jia. “Apa kau serius dengan ucapan tadi?” tanya Xuan Yi bernada rendah, Shen Jia menatap pemuda itu serius. Seakan ia menangkap sebuah kejujuran di sana membuat Xiao Pingjing yang menyadari keanehan dari Xuan Yi pun ikut menatap serius. “Apa kau benar-benar melihatnya juga, Xuan Yi?” tanya Xiao Pingjing semakin penasaran. Dengan gerakan kaku seperti robot, Xuan Yi mengangguk. Jujur saja, ia sendiri hampir dibuat tidak percaya dengan perkataan Shen Jia tadi. Akan tetapi, setelah mengingat kembali bagaimana situasi ketika dirinya baru saja selesai melakukan kultivasi tertutup dan di saat yang bersamaan ia sadar bahwa perkataan Shen Jia benar-benar sesuai pada faktanya. “Aku melihatnya ketika selesai berlatiha dengan Kakek Gu, tapi aku awalnya tidak yakin bahwa itu merupakan salah satu tanda bahwa Klan Iblis akan datang ke sini,” jawab Xuan Yi mendadak lemah. Menandakan bahwa pemuda itu semakin dekat akan balas dendam demi menyelamatkan ibunya. Sebab, kutukan dua puluh tahun lalu jelas secara perlahan akan merenggut nyawa Dewi Renisia melalui takdirnya sebagai penerus Klan Iblis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD