27. Seperti Api

1011 Words
“Xuan Yi, cepat bantu aku naik!” pinta Shen Jia saat dirinya kesusahan menaiki bukit yang terlalu tinggi. Sedangkan Xuan Yi yang merasa dirinya terpanggil pun menghela napas pelan, lalu menatap seorang gadis berada di bawah tengah mengerucutkan bibirnya lucu. Namun, hal tersebut sama sekali tidak membuat Xuan Yi gemas. “Bukankah kau sudah menguasai kultivasi? Pakailah energi qi milikmu itu,” balas Xuan Yi membungkuk untuk menatap Shen Jia. Akan tetapi, gadis itu malah tetap mengulurkan tangannya membuat Xuan Yi merasa tidak enak hati saat melihat ekspresi memelas dari Shen Jia. Akhirnya, mau tak mau Xuan Yi pun kembali turun untuk membantu gadis itu naik ke atas. Tentu saja ia menggunakan energi qi miliknya sehingga Xuan Yi langsung melingkari kedua tangannya pada pinggang ramping milik Shen Jia. Membuat perlakuan tersebut sedikit canggung, tetapi tidak dengan Xuan Yi yang terlihat biasa saja. Entah kenapa jantung Shen Jia mendadak berulah ketika pinggang rampingnya mendadak disentuh oleh seseorang. Bahkan bisa dikatakan ia dengan spontan memegang d**a milik Xuan Yi yang begitu keras. “Kenapa wajahmu merah sekali, Jia’er? Apa kau sakit?” tanya Xuan Yi mengernyit penuh khawatir melihat rona merah benar-benar mengelilingi wajahnya sampai telinga. “Ti ... tidak,” jawab Shen Jia tergagap dengan berusaha mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Kemudian, Xuan Yi pun menurunkan tubuh ringan tersebut dengan mulus, lalu melepaskan lingkaran pinggang dari tangannya dengan tetap memperhatikan ekspresi Shen Jia yang mendadak aneh. “Oh ya, tadi Chang Qi mengabariku untuk segera menyusul ke tepi Sungai Han. Apa kau mau ikut?” celetuk Xuan Yi tepat sekali teringat akan pesan yang baru saja dikatakan penjaganya. Mereka memang satu kelompok. “Memangnya aku bisa menjadi bagian dari kelompokmu?” tanya Shen Jia mendadak ragu. Sejujurnya, memang sejak pembagian kelompok tadi, gadis itu tidak memiliki bagian. Sehingga ia hanya bisa mengikuti kelompok mana pun yang kekurangan orang. Sampai tanpa sengaja ia bertemu Xuan Yi saat hendak menaiki bukit yang terlalu tinggi. “Kau mau atau tidak?” pungkas Xuan Yi sedikit tidak sabar. Sebab, pemenang dari kelompok panahan kali ini adalah mengumpulkan banyak bendera dari masing-masing pelayan yang sudah disebar ke seluruh Bukit Qintian. “Tentu saja aku mau!” jawab Shen Jia cepat. “Kalau begitu, ikuti aku dari belakang. Jangan lupa untuk melihat sekitar, aku tidak ingin kehilangan satu hewan pemburuan hari ini,” titah Xuan Yi mulai mengendap-ngendap di balik rerumputan hijau yang begitu tinggi. Sedangkan Shen Jia dengan patuh mengikuti Xuan Yi dari belakang. Meskipun beberapa kali ia tersandung kakinya sendiri saat tanpa sengaja dirinya tidak melihat jalan yang sedang ditempuh membuat Xuan Yi menghela napas pelan. “Apa kau tidak bisa melangkah dengan benar? Kemarilah, pegang ikat pinggang milikku,” ucap Xuan Yi membawa tangan Shen Jia mengarah pada ikat pinggang berwarna merah miliknya. Baru saja Shen Jia hendak membalas perkataan tersebut, tiba-tiba ia melihat siluet pelayan yang dijadikan sebagai hewan terduduk di balik pohon sembari bersandar tidak berdaya. Dengan spontan gadis itu pun menarik ikat pinggang Xuan Yi, lalu mengkode pada pemuda itu untuk melihat ke arah tunjukkannya. “Tetap di belakangku dan jangan melakukan apa pun,” bisik Xuan Yi sangat berhati-hati membuat Shen Jia mengangguk bersemangat. Sejenak Xuan Yi pun menunduk saat hendak membidikkan panah bayangan miliknya yang terbuat dari energi qi berwarna merah membuat Shen Jia menjadi tahu bahwa sumber kekuatan pemuda itu dari api. Sedetik kemudian, panah bayangan itu melesat cepat mengenai pelayan yang sedang beristirahat. Tentu saja menjadi hewan sangat lelah harus melindungi diri dari banyak pemburu yang sangat kejam. Bidikan yang sempurna hingga melumpuhkan hewan berjenis harimau dengan bendera berwarna merah. Sontak hal tersebut membuat Shen Jia berlari untuk mengambil bendera dan memamerkannya pada Xuan Yi. “Lihatlah, Xuan Yi! Apa yang sudah aku dapatkan!” pekik Shen Jia kesenangan melihat hewan yang ia incar sudah didapatkan. “Kerja bagus,” puji Xuan Yi tulus membuat gadis itu merasa malu. Kemudian, bendera berwarna merah itu pun Shen Jia berikan pada Xuan Yi untuk dikumpulkan ke arena panahan. Sebab, hari sudah mulai sore dan mereka harus segera kembali ke tenda pemburuan. Namun, keduanya harus segera bergerak cepat menuju tempat yang sudah dijanjikan oleh Chang Qi. Apalagi di sana ada Xiao Pingjing yang sedang menunggu dengan sabar sembari sesekali melempar batu ke arah air. Mendengar seseorang mendekat membuat Chang Qi bangkit dari tempat duduknya, lalu mengernyit bingung melihat kehadiran orang asing di kelompok. Meskipun wajahnya sudah tidak asing, tetapi jelas saat pembagian kelompok tadi tidak ada orang tersebut. “Shen Jia’er, mengapa kau ada bersama Xuan Yi?” tanya Xiao Pingjing mendekat dengan ekspresi penasaran. “Aku tidak mendapat kelompok, tapi kebetulan sekali aku melihat Xuan Yi sedang sendirian. Jadi, aku meminta untuk masuk kelompoknya tadi,” jawab Shen Jia jujur membuat Chang Qi mengangguk samar, lalu menatap ke arah majikannya. “Tenang saja dia membawa keberuntungan saat aku pungut tadi,” timpal Xuan Yi memberikan bendera yang sejak tadi mereka incar. Sontak hal tersebut membuat Xiao Pingjing mendelik tidak percaya. Tentu saja tidak ada yang menyangka bahwa ini merupakan satu-satunya bendera incaran para pemburu agar nilai mereka langsung meningkat dengan pesat. “Kerja bagus, Shen Jia’er! Kau benar-benar penyelamat. Setelah ini, pasti tidak ada yang bisa menyaingi hasil pemburuan kita,” seru Xiao Pingjing dengan semangat menerima bendera tersebut dan memasukkannya ke dalam tas yang sudah berisikan banyak sekali bendera. “Baiklah. Hari sudah mulai gelap dan sepertinya kita sudah harus kembali,” putus Chang Qi membuat Xuan Yi menyetujuinya. Kemudian, mereka berlima pun melangkah secara bersamaan menuju tenda pemburuan hari ini. Kebetulan sekali jaraknya tidak terlalu jauh membuat mereka bisa melangkah dengan santai tanpa harus terburu-buru seperti tadi. Di sana terlihat banyak sekali murid Akademi Tangyi sudah menyelesaikan pemburuannya dan mengumpulkan banyak bendera. Tentu saja hal tersebut membuat Chang Qi langsung terpaku pada bendera yang sama dengan miliknya. Akan tetapi, hal tersebut malah dilihat oleh Shen Jia membuat gadis itu langsung mengernyit tidak percaya. “Bukankah itu adalah bendera yang sama dengan milik kita?” tanya gadis itu mengundang banyak tatapan orang di sana, termasuk para murid yang baru saja menyelesaikan pemburuannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD