21. Kejujuran Chang Qi

1060 Words
Keesokkan paginya, tiga pemuda tampan itu pun kembali ke Akademi Tangyi melalui pintu belakang. Sebab, sudah menjadi kebiasaan untuk para pelayan melakukan beberapa aktivitas. Tentu saja hal tersebut memicu ide liar Xuan Yi yang memutuskan untuk masuk melalui pintu belakang. Alih-alih menggunakan pintu utama. Sebenarnya bisa saja mereka masuk melalui pintu tersebut, hanya saja di depan rentan akan diketahui oleh guru. Mengingat mereka semua pasti sedang mempersiapkan kelas untuk hari ini, dan sudah dapat ditebak adalah ilmu kultivasi. Yang mana Master Kultivasi Gu menjadi pembimbingnya. Membuat Xuan Yi tidak mempunyai cara lain, selain menghindari banyak masalah demi ketentrama hidup di Akademi Tangyi. Tiga pemuda tampan itu pun masuk dengan bersembunyi-sembunyi dari beberapa pelayan yang tanpa sengaja melintas. Hal tersebut membuat Xiao Pingjing meresa lelah. Karena mereka jelas tidak akan mengatakan apa pun melihat dari statusnya yang rendahan. Akan tetapi, Xuan Yi justru tidak setuju dan tetap pada pendiriannya bersama Chang Qi. “Sudah kubilang, tidak akan ada guru di sini,” celetuk Xuan Yi menegakkan tubuhnya kembali di tengah-tengah lorong yang bersambung dengan dapur dan pavilium tengah. Tempat di mana banyak murid menghabiskan waktu untuk beristirahat sekaligus membincangkan sesuatu. Xiao Pingjing tersenyum sinis, lalu membalas, “Baiklah, aku tahu.” Chang Qi, Xuan Yi, dan Xiao Pingjing itu pun melenggang dengan santai menuju asrama khusus murid. Namun, di tengah perjalanan tiba-tiba ketiganya merasa ada seseorang yang mengikuti dari belakang. “Dari mana saja kalian?” tanya seseorang dari belakang. Sontak ketiganya pun langsung membeku di tempat membuat tidak ada yang bergerak sedikit pun hanya gerakan mata terlihat sedikit gelisah. Kemudian, secara bersamaan ketiganya langsung berbalik dengan meringis pelan. “Shi ... Shifu,” sapa Xuan Yi tersenyum kaku. Sedangkan Xiao Pingjing tersenyum jenaka sembari mengkode pada Chang Qi yang berada di sampingnya untuk segera bersuara. Sebab, dari mereka bertiga memang hanya perkataan Chang Qi yang dipercaya oleh Xuaming Shifu. “Chang Qi,” panggil guru berjubah abu-abu gelap dengan memegang rotan di tangannya yang begitu menakutkan. Dan benar saja dugaan Xiao Pingjing tadi. kini Chang Qi yang dipanggil itu pun melangkah maju mendekati guru tersebut, lalu memberikan hormat singkat. Kemudian, kembali menegakkan tubuh sembari meletakkan tangannya ala istirahat di tempat. “Kita semua terlambat, Shifu,” ucap Chang Qi jujur. Sontak Xuan Yi merasa was-was ketika mendengar Chang Qi mulai berkata yang Sejujurnya. Meskipun pemuda itu tampak setia, tetapi tetap saja ia akan mengatakan jujur ketika diminta. “Apa yang membuat terlambat?” tanya Guru Xuaming menatap intens. “Kita bertiga sempat menolong seseorang ketika di pasar dan hampir saja tertangkap oleh Pengawas Kedisiplinan dari istana. Membuat kami tidak bisa kembali tepat waktu, dan memilih untuk tidur di Bukit Qintian,” jawab Chang Qi membuat Guru Xuaming mengangguk beberapa kali. Sedangkan Xuan Yi menghela napas pasrah. Memang penjaganya itu sangatlah jujur membuat siapa pun tidak bisa membuatnya sekali untuk berbohong. Padahal bisa saja Chang Qi berbohong karena sudah pasti tidak dapat diketahui oleh siapa pun. Malah mungkin akan sangat dipercaya. “Jadi, kalian bertiga itu menginap di Bukit Qintian bukannya masuk ke dalam?” pungkas Guru Xuaming kali ini menatap Xuan Yi dan Xiao Pingjing secara bergantian. “Shi, Shifu,” balas Xuan Yi menunduk penuh penyesalan. Sejenak Guru Xuaming menatap tiga pemuda yang ada di hadapannya dengan tatapan serius membuat Xuan Yi mendadak sedikit takut. Entah kenapa ia merasa kalau Guru Xuaming terlihat sedikit berbeda daripada kemarin. “Baiklah. Kali ini kalian bertiga bisa kembali masuk ke dalam, tapi kalau seperti ini terulang lagi. Jangan pernah meminta kelonggaran,” ucap Guru Xuaming memberikan kode pada pemuda itu untuk masuk ke dalam. Setelah itu, Chang Qi, Xuan Yi, dan Xiao Pingjing itu pun melenggang pergi dengan ekspresi penuh kelegaan. Mereka benar-benar terlihat seperti baru saja melepaskan diri dari singa yang mendadak mendirikan semua rambutnya a.k.a marah besar. Seluruh Akademi Tangyi jelas mengetahui bagaimana garangnya sikap Guru Xuaming pada siapa pun. Bahkan ia dijuluki sebagai Wajah Hitam. Membuat siapa pun yang tanpa sengaja menatapnya langsung merasa ketakutan, meski tidak sedang melakukan kesalahan. Sesampainya di dengan pintu kamar, Xuan Yi dan Chang Qi pun mengetuk pintu berbahan kayu ringan itu dengan pelan membuat keduanya mendengar suara sahutan dari dalam. Hal tersebut membuat Chang Qi menghentikan ketukan, lalu menunggu pintu kamar sampai terbuka. Terlihat seorang dayang bawaan Shen Jia yang membuka pintu, lalu mempersilakan dua pemuda itu untuk masuk ke dalam. “Tuan Muda, semalam tidur di mana?” tanya dayang tersebut dengan kepala yang terus menunduk membuat Xuan Yi mengernyit bingung, lalu menghela napas pelan. “Dayang, kau bisa bersikap biasa saja padaku. Jangan menunduk seperti orang rendahan. Kalau kau tinggal di sini, maka kau juga berharga,” ucap Xuan Yi membuat Chang Qi tersenyum tipis. “Tidak bisa, Tuan Muda,” tolak dayang tersebut menggeleng pelan. Seketika Xuan Yi langsung menahan gemas dengan memilin bibirnya hingga menipis, lalu mengkode pada Chang Qi untuk menjelaskan apa yang seharusnya tidak perlu ia jelaskan. Sehingga ia memutuskan melenggang pergi dari sana membiarkan keduanya berbincang. Selepas kepergian Xuan Yi, kini di ruang tamu hanya ada Chang Qi dan dayang tanpa nama tersebut. Keduanya terlihat diam membisu dengan dayang itu yang terus saja menunduk seakan tidak pegal dengan kepalanya sendiri. “Berapa lama kau menjadi dayang untuk Youlan Qing Qu?” tanya Chang Qi membuka keheningan. “Sejak Xiao Jie masih bayi, Tuan Muda,” jawab dayang tersebut terus menunduk. Padahal mereka berdua tidaklah beda status. Chang Qi menjadi penjaga bagi Xuan Yi sekaligus pengikut pemuda tersebut ke mana pun perginya. Bahkan ia sendiri sampai melupakan tujuan menjadi penjaga bagi Xuan Yi, dan hanya dirinya yang tahu. “Tapi, kenapa kau terlihat sangat kaku? Seharusnya kau bisa menjadi pribadi yang lebih santai. Bisa saja orang-orang di dekatmu merasa tidak nyaman,” ujar Chang Qi berbicara lumayan santai, meskipun tindakan itu jelas-jelas melewati kebiasaannya yang selalu tenang. “Aku dulu memang bersikap seperti itu, Tuan Muda. Hanya saja beberapa waktu lalu, Xiao Jie hampir terkena masalah dari sepupunya yang sengaja melimpahkan semua kesalahannya padaku,” balas dayang tersebut mendadak terinsak membuat Chang Qi menukikkan alis kanannya bingung. “Apa yang telah terjadi?” tanya Chang Qi penasaran. “Tuan Muda Shen hampir saja menghamili Xiao Jie,” jawan dayang tersebut sedikit bergetar membuat Chang Qi terkejut bukan main. Bahkan pemuda itu langsung terdiam kaku setelah mendengarkan apa yang menjadi rasa penasarannya hari ini. Tentu saja di balik kekakuan seseorang, tersimpan sebuah rahasia cukup besar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD