20. Hampir Mendapat Masalah

1024 Words
Setelah selesai berpesta, para murid Akademi Tangyi pun keluar dari Pavilium Penglai satu per satu diikuti asisten guru yang telah memutuskan untuk pulang. Agar para murid tidak pergi ke mana pun. Mengingat malam ini ada pendisiplinan dari istana. Sehingga siapa pun yang keluar lewat dari jam telah ditentukan, maka akan masuk ke dalam penjara. Namun, entah apa yang sedang terjadi pada ketiga pemuda tampan tersebut. Mereka tampak melangkah dengan santai menyusuri kawasan pasar yang sepi tanpa pedagang satu pun. Akan tetapi, ada salah satu pedagang yang tampak menarik perhatian Xuan Yi. “Lao Ba, kenapa kau masih berdagang di sini?” tanya Xuan Yi panik melihat seorang lelaki paruh baya berpakaian lusuh tengah menjual liontin giok yang sangat cantik. “Tuan Muda, saya belum mendapat uang dari siang tadi. Jadi, saya memutuskan untuk tetap di sini sampai mendapatkan uang,” jawab lelaki paruh baya itu dengan ekspresi memelas mungkin. Xiao Pingjing tampak terkejut, lalu hendak membantu lelaki paruh baya pedagang liontin giok itu untuk membeli dagangannya. Sebelum itu, tiba-tiba Chang Qi menginstruksi mereka untuk diam sampai terdengar suara gemuruh yang berasa dari arah Selatan. “Seseorang datang,” gumam Chang Qi menatap serius. Sontak hal tersebut membuat Xuan Yi mendelik tidak percaya, lalu berseru, “Itu adalah pengawas pasar dari istana!” Lelaki paruh baya pedagang liontin giok itu pun berusaha semaksimal mungkin memasukkan barang dagangannya ke dalam kotak. Akan tetapi, sayang sekali para prajurit berkuda dengan pakaian hitam ala tahanan itu memergoki mereka semua. “Hentikan kalian semua!” bentak salah satu prajurit berwajah garang yang diyakini adalah pemimpinnya. Kemudian, tiga pemuda dengan satu lelaki paruh baya itu pun menghentikan kegiatannya yang tengah sibuk memasukkan barang dagangan ke dalam kotak berbentuk kayu di dalam meja. Setelah itu, para prajurit pun hendak membawa lelaki paruh baya itu dengan menyeretnya paksa. Tentu saja hal tersebut membuat Xuan Yi langsung menghentikan mereka semua. “Hentikan!” sentak pemuda berwajah tampan nan gagah tersebut, lalu melepaskan pegangan para prajurit pada lengan lelaki paruh baya yang terseok-seok kesusahan. Xiao Pingjing yang merasa tidak lerima pun langsung berkata, “Kalian tidak bisa menyeretnya seperti itu. Apa tidak melihat bahwa dia bukan penduduk lokal?” Prajurit berwajah sangar itu membalas, “Lokal atau tidak, itu bukan urusanku. Karena dia sudah melewati jam malam, maka dengan terpaksa akan kami hukum.” Sebenarnya, memang bukan salah mereka tentang penghukuman jam malam. Sebab, mereka semua hanya menyampaikan tugas dengan paruh. Atau, kalau tidak maka diri mereka sendiri yang akan terkena masalah. “Aku tahu ini sudah menjadi tugasmu untuk memberi peringatan pada mereka yang melanggar, tapi aku minta kau tidak perlu menyeretnya seperti itu,” sahut Xuan Yi membuat beberapa prajurit mengenalinya. “Apa kau ....” Belum sempat prajurit itu menyelesaikan kalimatnya, Xuan Yi sudah menyela, “Iya, aku adalah anak dari Gu Sheng Jun. Aku datang ke sini untuk memberi tahu para warga dan pedagang yang berada di Kota Xuanhu untuk mengetahui adanya jam malam. Jadi, untuk pedagang yang baru datang, jelas ini bukan salah mereka.” Sejenak para prajurit itu tampak ragu sampai akhirnya salah satu dari mereka pun menyerah. Namun, tetap saja barang dari dagangan lelaki paruh baya itu akan tetap disita sebagai tanda peringatan. Membuat Xuan Yi tidak bisa melakukan apa pun, selain menurutinya saja. Sebab, mereka mempunyai tugasnya masing-masing yang harus dijalankan secara patuh dan tidak pernah membeda-bedakan sesuatu. Apa pun itu alasannya. Sehingga Xuan Yi dan Xiao Pingjing harus menghormati tindakan berani mereka yang hanya memberi peringatan tanpa denda apa pun dikemudian hari. Setelah di perjalanan mengalami banyak kejadian, ketiga pemuda itu pun melanjutkan langkahnya kembali menuju Akademi Tangyi. Tentu saja memakan banyak waktu mengingat mereka sempat berdebat singkat ketika di pasar. Sesampainya di pintu besar berbahan kayu kokoh dengan besi yang begitu kuat membingkai sekelilingnya, Xuan Yi pun mendorong benda tersebut sekuat tenaga. Akan tetapi, sayang sekali tidak terbuka membuat Xiao Pingjing ikut melakukan hal yang sama. Namun, lagi-lagi yang mereka lakukan adalah sia-sia. Chang Qi yang sejak tadi sibuk mendorong pun langsung menghentikan majikannya, lalu berkata, “Sepertinya kita tidak bisa tidur di dalam malam ini.” Tiga pemuda berpakaian seragam ala Akademi Tangyi itu pun menghela napas panjang, lalu saling memandang satu sama lain. Mereka jelas tidak bisa kembali ke kediaman. Apalagi sampai diketahui tidak pulang ke asrama. “Bagaimana kalau kita mencari tempat penginapan malam ini?” usul Xiao Pingjing membuat Xuan Yi mengernyit sejenak. “Tidak bisa! Shifu akan mengetahui bahwa kita terlambat datang tidak seperti yang lainnya,” balas Xuan Yi menggeleng keras. Sontak tiga pemuda itu langsung menghela napas kecewa sembari menatap langit gelap dengan taburan bintang. Entah kenapa malam ini begitu dingin, tetapi untung sekali mereka bertiga menggunakan jubah putih khas Akademi Tangyi sehingga tidak mungkin akan mati kedinginan. “Aku tahu tempat yang aman untuk tidur malam ini,” celetuk Chang Qi dengan terus menatap langit di atasnya. “Di mana?” tanya Xuan Yi dan Xiao Pingjing bersamaan. Tentu saja hal tersebut membuat Chang Qi tersenyum penuh misterius, dan membawa keduanya menggunakan ilmu teleportasi yang baru saja dipelajari ketika kelas tadi. Untung saja Chang Qi sangat berbakat dalam hal bela diri sehingga pemuda itu dapat menguasainya dengan cepat. Dalam sekejap mata saja, ketiganya sudah sampai di sebuah dataran tinggi yang begitu gelap dan hanya disinari oleh bulan. Membuat Xuan Yi langsung mengeluarkan kekuatannya membakar setumpuk kayu untuk dijadikan penerangan sekaligus menghangatkan suasana di sini. Sedangkan Xiao Pingjing yang tidak memiliki kekuatan apa pun untuk alam pun memilih duduk di salah satu batu besar sembari menatap dua pemuda di hadapannya. Namun, di tangan kegiatan menunggunya, Xiao Pingjing mendadak ingat bahwa ia memiliki makanan cadangan yang sempat disimpan ketika pesta tiba. Pemuda tidak punya kerjaan itu pun mengambil kantung yang tergantung berdampingan dengan liontin giok khas Keluarga Xiao secara turun temurun berbentuk lonjong dengan warna hijau terang mengukir begitu cantik. “Kau membawa apa itu, Pingjing?” tanya Xuan Yi penasaran. Ia baru saja menyelesaikan kegiatannya membuat api unggun. “Aku sempat membawa ini tadi,” jawab Xiao Pingjing memperlihatkan banyak sekali jenis kue berbentuk bunga dan beberapa kue bulan. “Wah, kau sangat cerdas! Tidak sia-sia aku membiarkanmu tetap diam tadi,” puji Xuan Yi setengah menyindir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD