96. Menyalahi Kodrat

1026 Words
p*********n mendadak yang dilakukan Klan Iblis benar-benar membuat Kekaisaran Mouyu rugi besar. Kehilangan banyak prajurit yang berbakat dan separuh desa mengalami kerusakan cukup parah. Xiao Pingjing mendapatkan tugas berpatroli pada perbatasan Timur pun sesekali berkeliling bersama prajurit lainnya. Ia berada di sana tanpa dampingan Komandan Hwang, sebab lelaki dewasa itu mendapat panggilan untuk melakukan pertemuan militer. Entah apa yang akan diperbincangkan, ia pun tidak mengetahuinya. Akan tetapi, selama beberapa saat menunggu kedatangan Komandan Hwang, tiba-tiba ia tanpa sengaja melihat kepulan asap tinggi. Tentu saja dengan radius jarak yang tidak terlalu jauh membuat Xiao Pingjing bisa menebaknya. “Apa itu, Prajurit Xiao?” tanya salah seorang prajurit tepat di samping Xiao Pingjing yang bisa melihat keadaan itu. “Sepertinya itu serangan kedua!” jawab Xiao Pingjing sedikit panik karena mereka  jelas kekurangan prajurit. “Cepat, kumpulkan semua prajurit yang ada!” teriak salah satu prajurit yang diberikan amanah untuk menggantikan Komandan Hwang. Sontak semua prajurit baik yang di atas menara dan berjaga di depan pintu perbatasan itu pun bergegas mengambil senjata mereka masing-masing. Baik itu tombak, pedang, panah, dan sebuah benda berbentuk tajam yang bisa menembus tameng besi tebal sekalipun. Sudah mendapat tugasnya masing-masing, semua prajurit langsung mengambil posisi yang sangat strategis. Mereka berdiri tepat di balik benteng dengan senjata sudah berada di tangannya. “Siapkan posisi!” teriak seorang pemimpin prajurit. Ketapel raksasa yang berisikan bola berwarna hitam besar itu pun siap dibakar dengan obor menyala. Posisi tersebut sudah diambil oleh tiga prajurit yang masing-masing memasang bola besar dan melepaskan pegas yang berada di bawahnya. Tepat prajurit Klan Iblis berada di garis yang sudah dibuat, bola hitam besar itu pun diluncurkan secara bebas. Tentu saja serangan mendadak itu membuat siapa pun tidak ada yang menduganya dan banyak sekali prajurit mengalami luka-luka sekaligus wafat dengan tubuh terbakar. Namun, serangan bola tersebut semakin menipis membuat Xiao Pingjing yang melihatnya langsung mengambil posisi. Ia akan memimpin p*********n pada panah yang jarang sekali bisa dilakukan oleh banyak prajurit. Karena dirinya memakai panah kultivasi yang jauh sekali melakukan frekuensi pegasnya. “Serang!!!” teriak Xiao Pingjing membuat barikade prajurit yang andal dalam memanah itu pun secara serentak melepaskan panahnya. Tentu saja pusat perhatian para komandan dari Klan Iblis mengarah pada sebuah panah yang berbeda daripada lainnya. Mereka terkejut bahwa salah satu diantara banyaknya prajurit itu memiliki seorang praktisi kultivasi yang memiliki ilmu tingkat tinggi. Namun, sayang sekali untuk menghindar mereka sudah tidak memiliki waktu membuat ribuan panah bak seekor nyamuk yang berkumpul menjadi satu itu menyerang secara bersamaan. Banyak sekali prajurit tumbang dengan anak panah tertancap di tubuhnya. Sedangkan panah kultivasi milik Xiao Pingjing itu tampak menyerang seorang komandan muda yang berdiri tepat di depan prajurit elit. Lelaki itu membeku sesaat melihat panah kultivasi yang berada tepat di atasnya. Sementara itu, di sisi lain Xuan Yi baru saja kembali ke camp pelatihan pun tampak bingung sekaligus terkejut melihat semua prajurit yang tersisa mulai bersiap mengambil senjata masing-masing. Pergerakan itu juga dapat terlihat dari Chang Qi yang mengencangkan sabuk di pinggangnya, lalu membawa sebuah pedang berwarna keemasan di tangan kirinya. Entah kenapa Xuan Yi sadar bahwa penjaganya itu terlihat bersiap perang menggunakan senjata yang bukan dari pelatihan. “Chang Qi, apa yang terjadi?” tanya Xuan Yi berlari mendekat. Seorang pemuda tampan membawa busur panah di belakang tubuhnya membuat beberapa prajurit yang tengah bersiap perang itu menoleh, lalu menghela napas panjang. “Tuan Muda, sekarang di perbatasan Timur memerlukan banyak bantuan. Kita semua harus bergegas ke sana karena Komandan Hwang sedang melakukan pertemuan militer di menteri pertahanan bersama Jenderal Gu,” jawab Chang Qi menghela napas berat. “Kalau begitu, kita harus bergegas ke sana! Aku tidak ingin terjadi sesuatu dengan Xiao Pingjing,” desak Xuan Yi panik. “Sebentar, Tuan Muda. Kita semua sedang melakukan persiapan sebelum berangkat. Karena di sana juga membutuhkan banyak senjata,” tahan Chang Qi saat melihat kepanikan di wajah majikannya. “Tidak bisa! Aku tahu bagaimana batas kekuatan Xiao Pingjing ketika berkelahi sendirian. Kalau kau tetap mencegahku seperti itu, maka biarkan aku pergi sendiri tanpa bantuanmu, Chang Qi,” balas Xuan Yi kesal, lalu melenggang pergi begitu saja. Seakan ia benar-benar kecewa pada penjaganya yang terlihat sama sekali tidak merasa situasi tengah genting. Kepergian Xuan Yi pun mengundang tatapan iba dari beberapa prajurit yang mengerti mengenai perasaan pemuda tersebut. Apalagi mereka masih dalam tahap pembelajaran di sebuah Akademi Tangyi. Sehingga wajar saja jika pemuda itu memiliki sifat yang mudah cemas ketika mendengar terjadi sesuatu dengan sahabat terdekatnya. Bahkan perhatian tersebut dapat dilihat oleh Chang Qi yang terdiam membisu. “Kejarlah Tuan Muda Gu itu, Chang Qi. Kita semua tidak ingin dalam situasi rumit jika terjadi sesuatu. Karena kita semua tahu tidak mudah prajurit seusia kalian berada dalam situasi seperti ini,” celetuk salah satu prajurit bertubuh besar layaknya seorang ayah bagi mereka berdua. “Baiklah. Aku percayakan semua prajurit di sini padamu, Ta Shushu,” balas Chang Qi tersenyum tipis dan menggunakan energi qi untuk terbang mencari keberadaan Xuan Yi yang dirinya yakini sudah lumayan jauh. Tanpa ada yang disadari oleh siapa pun nyatanya Xuan Yi memang benar-benar ke perbatasan Timur seorang diri. Akan tetapi, pada saat perjalanan menuju ke sana ia malah bertemu dengan seorang lelaki yang sempat mengundang rasa penasarannya ketika berada di Lembah Fengwei. “Shifu, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Xuan Yi ketika mendapati seorang lelaki paruh baya terduduk di sebuah dahan pohon sembari menatap sekitar dengan senyuman mengembang. “Sedang melihat pemandangan yang sudah lama sekali tidak terjaga dengan baik,” jawab Primus tersenyum tipis. Namun, di balik senyuman itu ia tahu bahwa ada rasa penasaran Xuan Yi ketika melihat guru pengajarnya berada dalam satu barisan bersama Klan Iblis. “Shifu, sebenarnya aku ingin menanyakan banyak hal padamu. Tapi, untuk saat ini aku tidak bisa mengatakannya. Karena aku harus bergegas untuk pergi,” ucap Xuan Yi bersiap untuk kembali melompat menggunakan energi qi. “Xuan Yi, dengarkanlah semua perkataanku,” kata Primus terdiam sesaat. “kehidupanmu sudah diatur oleh Sang Pencipta. Menyalahi kodrat jelas bukan pelarian yang sesungguhnya. Lambat laun kau tetap akan melakukan yang seharusnya kau lakukan. Memang bukan sekarang.” “Apa maksudmu, Shifu?” tanya Xuan Yi mendadak tidak mengerti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD