25. Undangan Kompetisi

1011 Words
Hari pun mulai gelap seiring dengan pesta kelulusan hampir selesai membuat beberapa tamu yang sudah hadir memisahkan diri untuk berpamitan menuju kediaman masing-masing, termasuk para guru dan murid Akademi Tangyi. Mereka semua memang memutuskan untuk kembali, tetapi sebelum itu mereka diperkenankan berpamitan secara langsung pada menteri dan juga Yang Mulia Kaisar. Tentu saja hal tersebut membuat Xuan Yi panik. Ia tidak mempunyai cara lain kabur dari sana. Apalagi dirinya jelas-jelas datang bersama rombongan Akademi Tangyi. Sangat tidak mungkin ia keluar bersamaan dengan para bangsawa kaya yang menemani anak mereka mengikuti pesta kelulusan. Dan hal tersebut juga sedikit mengganggu Shen Jia yang jelas-jelas akan diketahui para menteri sekalian. Membuat gadis itu belum juga terbangun dari tempat duduknya menyusul satu per satu teman yang sudah mulai memberikan hormat. “Bagaimana ini, Xuan Yi?” tanya Shen Jia mendadak gelisah melihat hanya mereka berdua yang masih belum bergerak dari tempatnya berdiri. “Kau masih bisa ditutupi oleh cadarmu itu, tapi tidak denganku yang secara terang-terangan terlihat,” jawab Xuan Yi sedikit kesal menyalahkan pesta hari ini begitu terbuka sampai harus berpamitan satu per satu. Sebenarnya, Xuan Yi memang sempat bercerita tentang latar belakangnya pada Shen Jia. Sehingga gadis itu mengetahui beberapa fakta bahwa Xuan Yi adalah cucu semata wayang dari Master Kultivasi Gu sekaligus guru kesukaannya dalam pelajar ilmu kultivasi peningkatan ilmu sihir. Namun, di saat yang bersamaan masuklah salah satu prajurit dan langsung memberikan hormat pada Yang Mulia. Tentu saja membuat semua yang ada di sana menoleh bingung, hingga membuat Jenderal Gu menatap tidak percaya pada salah satu prajuritnya yang datang secara tiba-tiba. “Yang Mulia!” panggil prajurit tersebut memperlihatkan sebuah gulungan dari tangannya. Seorang lelaki paruh baya yang memiliki charisma gagah nan kuat itu pun langsung menyuruh pendamping setianya untuk mengambil surat resmi entah dari sana. Tanpa pikir panjang, Yang Mulia Kaisar pun langsung membacanya dan mengernyit bingung saat ada beberapa kata mengganggu benaknya membuat banyak tatapan serius sekaligus penasaran terlihat mencemaskan lelaki paruh baya tersebut. “Ada apa, Yang Mulia?” tanya penasihat kerajaan penasaran. “Undangan kompetisi bela diri tahunan,” jawab Yang Mulia menghela napas panjang. Sontak semua yang ada di sana langsung berbisik-bisik membicarakan bela diri sempat hilang tersebut. Namun, kini mendadak bangkit kembali membuat mereka semua tampak antusias sekaligus bingung. Memang di kompetisi tersebut jelas mengumumkan juara yang terbaik sekaligus menjadi pejabat di kepemerintahan. Semua orang jelas menginginkannya, termasuk Xuan Yi yang mendadak mendengarkan semua perkataan Yang Mulia tanpa terkecuali. Menteri Militer memberikan hormat singkat, lalu memberikan usul, “Bagaimana kalau urusan ini diberikan kepada Akademi Dangyi dan Akademi Tangyi saja. Mengingat dua akademi tersebut sudah kembali bangkit dari tidur panjangnya. Dan sudah waktunya para murid mengukur tingkat kemampuan mereka di atas pertandingan.” “Usulan yang bagus. Kalau begitu, aku akan membicarakannya lagi pada menteri agar semua dapat berjalan dengan lancar,” balas Yang Mulia tertawa pelan, lalu mengembalikan gulungan undangan tersebut ke atas meja. Sedangkan semua murid Akademi Tangyi pun mendadak berkeinginan untuk ikut ke sana membuat beberapa dari mereka langsung berniat berlatih dengan sangat patuh. Akan tetapi, lain halnya dengan Xuan Yi yang sama sekali tidak berminat untuk ke sana. Tentu saja ia mempunyai alasan tertentu tampil di hadapan banyak orang, selain dirinya yang tidak ingin dikenal, pasti sang ayah tidak menutup kemungkinan akan mengetahuinya juga. Membuat nasib Xuan Yi di Akademi Tangyi jelas akan sangat terancam. Berhubung mendapat surat seperti itu, acara berpamitan pun dipersingkat dengan para murid Akademi Tangyi langsung membuat barisan mundur ke belakang untuk memberikan hormat pada satu-satunya orang yang bisa memberikan kesejahteraan di Dataran Qingyuan, sekaligus Kekaisaran Mouyu. Setelah itu, mereka semua membubarkan diri dengan Xuan Yi yang pertama kali berlari keluar tanpa menunggu Xiao Pingjing dan Shen Jia di belakang. Entah kenapa keduanya sangatlah lamban membuat Xuan Yi sedikit kesal. Akan tetapi, tidak berlaku bagi Chang Qi yang sudah berada di sampingnya beberapa detik setelah ia berdiri di sana. Memang bisa dikatakan pemuda itu sangatlah gesit ketika dirinya tidak berada di tempat. Mungkin karena takut akan terulang kembali kejadian yang lalu. Secara bersama-sama mereka semua pun kembali ke Akademi Tangyi berjalan kaki, tetapi tidak dengan para guru yang menggunakan kereta kuda. Mengingat perjalanan cukup jauh, ditambah hari semakin gelap dan benar-benar hampir malam tiba. Di tengah dua pemuda itu melangkah bersamaan, karena Shen Jia mendadak bersama Han Yuri setelah menghilang beberapa saat pada acara pesta kelulusan tiba. Mereka semua tampak menyusuri rumah warga yang terlihat sepi dan gelap. “Sepertinya, peraturan malam kosong sudah kembali dijalankan,” celetuk Xuan Yi menatap sekitar yang sangat sepi. “Tidak. Yang Mulia jelas membekukan peraturan itu dulu. Karena banyak murid yang harus berjalan kaki lumayah jauh,” jawab Xiao Pingjing menggeleng tidak setuju. “Benarkah? Berarti kita bisa pergi ke mana pun dengan bebas?” sahut Xuan Yi mendadak kesenangan. “Jelas tidak. Mungkin kalau sudah masuk waktu malam akan kembali berlaku. Hanya di waktu-waktu sekarang saja,” balas Chang Qi menunjuk papan pengumuman berisikan patroli malam lebih lambat. Di tengah ketiganya menyusuri perjalanan yang lumayan jauh, tiba-tiba angin malam bertiup cukup kuat membuat ketiga pemuda itu langsung memasang tangan kanannya untuk menghalangi debu-debu yang berterbangan. Terlihat dari pusaran angin itu tampak seorang lelaki yang sangat Xuan Yi kenali tersenyum lebar. Tentu saja hal tersebut membuat Xuan Yi mendelik tidak percaya, lalu menatap ke arah dua temannya yang ternyata membeku di tempat. “Mereka berdua tidak akan sadar kalau aku menemuimu, Xuan Yi,” ucap Primus seakan mengetahui tatapan Xuan Yi. “Baguslah. Aku takut mereka mengetahuimu, Shifu,” balas pemuda tampan itu menghela napas panjang. “Memangnya kenapa? Bukankah itu bagus?” tanya Primus penasaran. “Tidak. Mereka pasti akan mempertanyakanmu,” jawab Xuan Yi menggeleng pelan. “Oh ya, ada urusan apa sampai kau menemuiku, Shifu? Sepertinya kau jarang sekali terlihat sejak aku menjadi murid Akademi Tangyi.” Primus tersenyum tipis. “Aku melakukan beberapa perjalan dan sekarang kembali ketika mendengar kompetisi bela diri.” “Wah, sepertinya informasimu benar-benar akurat. Bahkan aku baru saja mendengarnya tadi,” puji Xuan Yi tersenyum lebar. “Apa kau ingin mengikutinya?” tanya Primus membuat keheningan tercipta di sana beberapa saat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD