82. Sifat Turunan

1119 Words
Keesokkan paginya, kepergian tiga murid Akademi Tangyi yang melarikan diri waktu malam pun diketahui oleh asisten guru. Membuat lelaki paruh baya itu sangat marah, tetapi tidak ada yang bisa dilakukan, selain berharap bahwa ketiga muridnya akan baik-baik saja di luar. Sementara itu, Xuan Yi mengajak sahabat dan penjaga dirinya untuk tidur di sebuah hutan yang tidak terlalu dalam, tetapi dekat dengan Lembah Fengwei yang menjadi tempat peperangan pertama terjadi. Awalnya mereka bertiga tampak sangat terkejut melihat keadaan di luar Akademi Tangyi benar-benar sangat kacau membuat perhatian Xuan Yi merasa teralihkan pada kediaman keluarganya. Akan tetapi, ia tidak bisa menuju ke sana. Sehingga kini ketiganya terlihat memperhatikan keadaan sekitar dengan matahari yang mulai merangkak naik. Menandakan hari akan segera siang membuat mereka harus cepat-cepat mencari persembunyian kalau tidak ingin tertangkap basah oleh Klan Iblis yang tengah berpatroli. Bahkan ketiga pemuda tampan itu tanpa sadar sudah berjalan cukup jauh menyusuri hutan yang terlihat masih sangat rapi. Menandakan keadaannya sama sekali tidak tersentuh oleh Klan Iblis. Lain halnya dengan hutan yang berada di dekat Akademi Tangyi. “Pingjing, hati-hati jangan asal bergerak sembarangan!” celetuk Xuan Yi ketika melihat sahabatnya hendak melangkah ke arah sembarangan tanpa menatapa apa pun. Sedangkan Chang Qi langsung mengangguk cepat. “Biasanya kalau tempat tenang akan banyak bahaya yang datang tiba-tiba. Apalagi keadaan kacau seperti ini bisa dijadikan sebagai tempat perangkap yang sangat cocok.” “Ah, iya kau benar. Aku hampir saja mencelakai diri sendiri,” balas Xiao Pingjing mengurungkan niatnya untuk menelisir lebih jauh keadaan di hutan yang tidak jauh dari Lembah Fengwei. Xuan Yi menggelengkan kepalanya tidak percaya. “Sudah, fokuskan kembali pada tujuan kita untuk melihat keadaan para pengungsi di sekitar sini. Karena aku ingin mendapat laporan situasi yang akurat sekaligus mengikuti rencana perlawanan mereka.” “Baiklah. Tapi, aku yakin kalau di tempat ini tidak ada pergerakan apa pun. Mungkin keberadaan mereka jauh dari sini,” ucap Xiao Pingjing mengangguk mantap. Kemudian, tiga pemuda tampan berjiwa berani itu pun melalui jalan setapak yang cukup licin akibat terkena air embun pagi. Tentu saja tujuan mereka pada satu tempat, yaitu pengungsian yang digunakan para penduduk menghindari serangan dari Klan Iblis. Tak lama setelah menyusuri jalan setapak, Xuan Yi melihat siluet tenda berapi unggun di tengah sebuah hutan lebat jauh di dalam. Namun, tempat itu jelas sekali jaraknya lumayan jauh dan memiliki spot lebih dalam untuk dijadikan pengungsian. “Chang Qi, bisakah kau melihat bagian sana?” pinta Xuan Yi menunjuk siluet yang ia lihat tadi. Sejenak pemuda bermata tajam bak elang itu menatap ke arah tunjukkan dari majikannya. Ia terlihat melebarkan matanya sembari sibuk menelisik pemandangan yang jarang sekali bisa dilihat oleh kebanyakan orang, lebih tepatnya ia memiliki tatapan mata yang berbeda daripada orang lain. “Aku melihat orang banyak sekali berpakaian hanfu biasa yang sedang melakukan beberapa kegiatan, tetapi mereka tidak terlihat seperti Klan Iblis,” ucap Chang Qi menatap sang majikannya penuh. “Sepertinya itu salah satu pengungsian yang kita cari,” balas Xuan Yi mengangguk mantap. “Kalau begitu, kita harus mencoba datang ke sana mencari informasi,” usul Xiao Pingjing. “Boleh. Aku juga ingin menanyakan beberapa persoalan pada komandan yang berjaga di sana,” balas Xuan Yi menyanggupi usulan dari sahabat. “Apa kau ingin menanyakan masalah Jenderal Gu?” tebak Xiao Pingjing tepat sasaran. “Tentu saja, Pingjing. Aku sudah lama sekali tidak mendengar kabar Ayahku. Sejak menjadi seorang jenderal dan memiliki banyak kesibukan dalam menjaga perdamaian di Chang’an,” jawab Xuan Yi terdengar sedikit menyindir, tetapi dapat dimaklumi oleh Xiao Pingjing. Wajar saja jika pemuda itu jauh lebih sensitif. Karena memang sejak dulu Xuan Yi hanya memiliki orang tua tunggal saja tanpa memiliki seorang ibu yang bisa ia lihat. Lain halnya dengan Xiao Pingjing yang memiliki orang tua lengkap, tetapi bernasib tidak mujur. Sehingga kehilangan saat pemuda itu masih sangat muda. Chang Qi yang merasa situasi cukup sedikit tidak nyaman, ia pun membawa majikannya untuk segera melanjutkan langkah. Tentu saja tujuan mereka ada pada sebuah tenda pengungsian yang letaknya cukup jauh. Sesampainya di sana, Xuan Yi melihat banyak sekali warga yang sedang melakukan pemanasan pada sebuah wadah cukup besar berisikan sesuatu di dalamnya. Akan tetapi, perhatian Xuan Yi jelas bukan pada benda itu, melainkan seseorang yang cukup ia kenali. “Komandan Hao!” panggil Xuan Yi pada seorang lelaki berjubah merah yang tengah sibuk berbincang pada beberapa pekerja lelaki pembawa kayu bakar. Mendengar namanya dipanggil oleh seseorang, ia mengangkat wajahnya. Lalu, mengernyit penasaran melihat pemuda yang tampak tidak asing di ingatannya. “Apa yang sedang kau cari di sini, Anak Muda?” tanya Komandan Hao penasaran. “Ini aku, Komandan. Gu Xuan Yi,” ucap pemuda tampan itu memperkenalkan dirinya sendiri. “Lalu, Xiao Pingjing, dan Chang Qi.” “Astaga, apa kau anak dari Jenderal Gu?” Komandan Hao sedikit terkejut. Xuan Yi mengangguk beberapa kali dengan bersemangat. “Iya, aku cucu dari Keluarga Gu.” “Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah aku dengar kau menjadi murid Akademi Tangyi?” tanya Komandan Hao mengernyit tidak mengerti. Padahal ia sempat mengetahui bahwa akademi bergengsi itu sama sekali tidak mengizinkan anak muridnya untuk ikut bergabung dalam pembelaan Klan Iblis tanpa bekal apa pun. “Aku sedang mencari Ayahku,” jawab Xuan Yi tersenyum kecut. Alasan yang sangat klasik untuk seseorang melakukan pelarian seperti ketiga pemuda itu. “Jenderal Gu tidak ada di sini, Xuan Yi. Lebih baik kau kembali saja. Nanti akan aku sampaikan kau datang mencarinya,” ucap Komandan Hao sedikit tidak enak mengusir anak dari atasannya yang datang. Akan tetapi, memang lebih baik ia segera membuatnya aman daripada harus menanggung tanggung jawab karena sudah menempatkan Xuan Yi di sini. “Sayangnya aku datang bukan mencari Ayahku saja, Komandan Hao. Melainkan aku sedang mencari beberapa informasi untuk ikut berjuang melawan Klan Iblis,” ralat Xuan Yi tersenyum lebar membuat seorang komandan gagah yang ada di hadapannya terkejut. “Tidak bisa, Xuan Yi. Kau masih menjadi murid Akademi Tangyi yang tidak diizinkan untuk melawan siapa pun!” tolak Komandan Hao menggeleng keras. Seakan ia benar-benar menentang pemuda tangguh itu untuk menjadi bagian dari militer. “Komandan Hao, aku tahu kalau kita kekurangan prajurit. Jadi, setidaknya biarkan aku ikut,” balas Xuan Yi bersikeras agar tetap diperbolehkan menjadi prajurit oleh komandan terdekat ayahnya sendiri. Sontak hal tersebut benar-benar menyulitkan Komandan Hao sebagai seorang pemimpin dari prajurit Chang’an. Tentu saja ia tahu betapa keras kepalanya Xuan Yi ketika menginginkan sesuatu. Apalagi sifat keras itu diturunkan oleh Gu Sheng Jun sendiri membuat Komandan Hao tidak bisa menolaknya lagi kalau tidak ingin terjadi sesuatu yang lebih daripada permintaan ini. “Baiklah, aku akan menyetujui permintaanmu,” ujar Komandan Hao mengangguk dengan berat hati. Sepertinya ia harus memberikan pengawasan lebih pada Xuan Yi agar tidak terjadi sesuatu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD