83. Berniat Licik

1051 Words
Setelah melakukan beberapa persetujuan, akhirnya tiga pemuda yang sempat mengejutkan Komandan Hao pun mengajak mereka untuk datang ke salah satu tempat pelatihan di mana banyak sekali prajurit melakukan beberapa jurus bela diri untuk memenangkan pertempuran yang akan segera terjadi. Kini pandangan Xuan Yi benar-benar terpaku pada sekumpulan prajurit berpakaian merah ala ayahnya yang biasa melakukan pertempuran demi memenangkan sebuah kesemapatan untuk hidup lebih damai. “Komandan Hao, apa pelatihan ini dilakukan secara tertutup?” tanya Xuan Yi penasaran. “Tidak juga, tapi memang hanya diberitahukan pada prajurit saja dan bukan untuk dari dunia luar. Apalagi sampai diketahui oleh Klan Iblis,” jawab Komandan Hao menggeleng pelan. “Pantas saja aku tidak mendengar pelatihan, ternyata semua ini dilakukan secara tertutup agar Klan Iblis mengurangi pengawasannya. Karena kita semua terlihat sangat tidak beraturan, tetapi malah diam-diam melakukan pelatihan,” sahut Xiao Pingjing melebarkan matanya sembari mengangguk beberapa kali. “Ini semua ide dari Jenderal Gu yang memberi pengarahan sebelum akhirnya pindah tugas menjaga istana,” balas Komandan Hao mengangguk beberapa kali. “Lantas, apa yang Ayahku lakukan di sana?” tanya Xuan Yi mengernyit bingung. Karena ia tahu kalau ayahnya tidak akan datang ke istana jika situasi masih dalam keadaan aman. Komandan Hao menghela napas panjang. Sebenarnya ia tahu kepergian Jenderal Gu dipengaruhi oleh beberapa situasi yang cukup mengejutkan. Apalagi dibeberapa tempat terdengar bentrok yang menyebabkan banyak rakyat tewas akibat serangan mendadak dari Klan Iblis. Sehingga tidak menutup kemungkinan Yang Mulia memperketat penjagaan di istana mengingat masih banyak keluarga kekaisaran yang tinggal di tempat itu. Meskipun Shen Jia menetapkan diri di Akademi Tangyi yang sudah dijamin akan keamanannya. “Jenderal Gu datang akibat dari perintah Yang Mulia Kaisar. Karena beliau merasa cemas menjamin keselamatan keluarga Kekaisaran Mouyu yang masih menetap di istana utama dan Timur. Walaupun salah satu dari mereka menatap di Akademi Tangyi,” tutur Komandan Hao. Sedetik kemudian, lelaki itu menyadari ucapannya sendiri membuat ia langsung mendelik tidak percaya. Akan tetapi, ekspresi keterkejutan itu ditangkap jelas oleh Xuan Yi. “Jangan terlalu terkejut. Aku tahu kalau Shen Jia keluarga dari kekaisaran,” sela Xuan Yi tertawa pelan. “Lagi pula dia sering bercerita kalau ayahnya adalah Yang Mulia Kaisar, tetapi sayang sekali identitasnya disembunyikan demi menjaga kesejahteraan rakyat.” “Bagaimana kau tahu, Xuan Yi?” tanya Komandan Gu penasaran. “Aku tidak terlalu terkejut kalau Xiao Pingjing mengetahuinya, karena beberapa kali aku memergoki pemuda itu bermain di istana.” Xiao Pingjing yang mendengar hal tersebut langsung mendesis pelan. Sejujurnya memang tidak ada yang bisa ia sembunyikan dari siapa pun kalau sejak dulu bermain dengan Shen Jia. Bahkan bisa dikatakan mereka berdua berteman lebih lama dibandingkan dirinya bertemu dengan Xuan Yi. Meskipun tidak menutup kemungkinan ia jauh lebih dekat dengan pemuda itu daripada Shen Jia. Mungkin bisa dikatakan karena Shen Jia sudah menjadi gadis dewasa yang bisa menyukai lawan jenis. Namun, bukan berarti dirinya menyukai gadis itu. Hanya saja Xiao Pingjing menjaga jarak agar mereka berdua tidak rusak persahabatannya akan perasaan asing yang tumbuh seiring berjalannya waktu. “Shen Jia adalah teman sekamarku. Kami bertiga, aku, Chang Qi, dan Shen Jia disatukan dalam satu kamar yang sama. Jadi, wajar saja jika aku mengetahui identitasnya melebihi siapa pun,” jawab Xuan Yi tersenyum pongah. “Hei, bukan itu saja, Wahai Anak Muda! Kau mengetahui identitasnya juga dariku, jadi jangan berpongah dulu,” sela Xiao Pingjing tidak terima. Chang Qi yang sejak tadi lebih banyak diam pun mengundang perhatian Komandan Hao. Sebab, pemuda itu malah memperhatikan setiap gerakan dari prajurit yang sibuk berlatih tanpa henti. “Chang Qi, bagaimana dengan bela dirimu?” tanya Komandan Hao tersenyum tipis. Ia tahu kalau pemuda yang menjadi penjaga untuk Xuan Yi memiliki ilmu bela diri cukup kuat. Sebab, pemuda itu sudah melakukan banyak pelatihan demi menjaga Xuan Yi dari kejahatan luar yang sering dialaminya. “Sedikit meningkat,” jawab Chang Qi singkat, masih sama seperti dulu. Walaupun pemuda itu tampak lebih hangat, tetapi sifat dingin dan cueknya terasa mendominasi. “Aku dengar kau sudah sampai tingkat menengah,” ucap Komandan Hao menarik pembicaraan dari pemuda yang selama ini meningkatkan rasa penasarannya. Sebab, Chang Qi sama sekali tidak berubah. “Iya, Komandan Hao,” balas Chang Qi mengangguk singkat. Sontak hal tersebut mengundang gelak tawa dari Xuan Yi. Bahkan secara terang-terangan ia menepuk pundak Chang Qi yang sama sekali tidak bisa hangat ketika bersama dengan orang lain. Sementara itu, Komandan Hao yang mengerti akan gelak tawa dari Xuan Yi itu pun mendengkus kesal. Lain halnya dengan Xiao Pingjing yang sudah paham akan karakter Chang Qi sulit bergaul dengan pemuda selain dirinya dan Xuan Yi. “Jadi, kalian bertiga akan tidur di sini jika ingin melakukan banyak pelatihan. Tapi, aku tidak bisa bertanggung jawab kalau Jenderal Gu mengetahui hal ini terjadi,” ucap Komandan Hao mengalihkan pembicaraan. “Tidak apa-apa, Komandan Hao. Aku yang akan mengatakan semuanya pada Ayahku,” balas Xuan Yi mantap. “Baiklah. Kalau begitu, aku yakin akan membawamu masuk ke dalam,” putus Komandan Hao kembali melangkah menyusuri pinggiran lapangan tanah merah yang terlihat basah akibat air pelatihan sekaligus embun turun ke bumi. Tentu saja tujuan mereka berempat mengarah pada sebuah tenda besar tempat di mana prajurit tidur. Di sana terlihat hanya ada beberapa prajurit saja yang berganti pakaian, menampilkan perut berotot. Pemandangan asing itu membuat Xuan Yi dan Xiao Pingjing kompak meringis pelan. Mungkin hanya ada Chang Qi yang tidak terlalu terkejut, karena beberapa kali ia memang mengikuti pelatihan khusus prajurit kediaman Keluarga Gu. “Komandan Hao, siapa yang menjadi pemimpin di sini?” tanya Chang Qi menoleh pada seorang komandan yang sempat tersinggung akibat sifat cuek dirinya. “Seorang komandan perbatasan Timur. Akan aku perkenalkan nanti, tetapi sekarang dia sedang melakukan pembersihan pada beberapa prajurit yang baru saja selesai berlatih,” jawab Komandan Hao tersenyum tipis. “Apa dia teman Ayahku juga?” sahut Xuan Yi penasaran. Komandan Hao mengangguk tanpa ragu. “Mungkin bisa dikatakan lebih dekat daripada denganku, meskipun kau tidak mengenalnya, Xuan Yi.” “Kalau begitu, aku bisa memperkenalkan diri tanpa menggunakan marga keluargaku,” gumam Xuan Yi tertawa licik. Namun, sayang sekali Komandan Hao langsung menyela, “Jangan terlalu senang dulu. Dia sangat tegas, apalagi terhadap orang-orang yang menjadi prajurit untuk Kekaisaran Mouyu. Tapi, dia juga tidak akan memperlakukanmu istimewa, walaupun anak dari jenderal besarnya sendiri. Istilah tepatnya melakukan semua orang dengan sikap yang sama rata.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD