84. Keberanian Gu Xuan Yi

1039 Words
“Gu Xuan Yi, jangan melakukan banyak gerakan tambahan!” sentak komandan perbatasan Timur itu garang membuat seorang pemuda yang ada di hadapannya mengangguk kaku. Sebenarnya, memang salah Xuan Yi sendiri yang terasa sangat kaku melakukan gerakan di luar kemampuannya. Apalagi selama ini dirinya hanya menggunakan ilmu kultivasi dibandingkan bela diri secara langsung, Namun, untuk tetap bertahan dirinya memang harus banyak melakukan kesalahan sekarang daripada pada medan pertempuran nanti malah menyusahkan semua prajurit. Mengingat ia membangkang pada guru sekaligus kakaknya hanya untuk membantu Klan Manusia dan mencari jati dirinya sendiri. Sedangkan Chang Qi yang menyaksikan majikannya terkena banyak sekali omelan pun merasa tidak nyaman. Entah kenapa ia tidak suka ketika komandan dari perbatasan Timur itu bertindak terlalu keras. Sehingga rasanya bukan ditakuti berkat kegarangannya, melainkan malah diremehkan. Akan tetapi, saat ia hendak menghampiri Xuan Yi dengan cepat Xiao Pingjing menahannya dan menggeleng pelan. Mengkode pada pemuda itu agar tidak bertindak di luar batas. Sebab, mereka sedang berada di alam liar yang kedudukan terhormat pun tidak ada apa-apanya dibandingkan kemampuan Xuan Yi sendiri. Memang bisa dikatakan mereka berdua sangat meyakini perkataan Komandan Hao yang pernah memperingatkan untuk tidak melakukan sesuatu membangkitkan amarah dari komandan perbatasan tersebut. Mungkin tidak dapat dipungkiri bahwa komandan tinggi seperti itu jarang sekali bisa berlaku santai. Mengingat mereka harus banyak melakukan pengawasan di setiap sudut yang terlihat. Kalau tidak, pasti akan ada suatu pemberontakan yang terjadi. “Maafkan aku, Komandan Hwang!” sesal Xuan Yi bernada tegas menandakan seorang lelaki memang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri. Tidak menutup kemungkinan melakukan kesalahan sekalipun itu bertentangan dengan perasaannya sendiri. Mendengar ucapan tegas nan bertanggung jawab itu pun membuat Komandan Hwang mengangguk mantap. Kemudian, ia kembali melangkah mengitari dua belas prajurit berpakaian rompi perang dengan sebuah tombak panjang nan runcing di tangan kanan membentuk gerakan menghadang, dan menyerang dalam gerakan yang dikomandokan rapi. Untuk sementara waktu, Xuan Yi terlihat mengencangkan ikatan pinggangnya. Namun, tidak ada yang menyadari bahwa diam-diam pemuda itu tampak emosi akan perkataan Komandan Hwang meskipun itu adalah salahnya sendiri. Ini bisa dikatakan salah satu efek besar ilmu kultivasi darah Klan Iblis yang mengalir kental pada dirinya. Sehingga pemuda itu memiliki gejolakan emosi yang tidak stabil dan terkadang mudah tersinggung akan sesuatu. Tak lama kemudian, pelatihan yang dimulai mengangkat dua ember air sembari menaiki sebuah puncak gunung batu itu pun berhenti. Beberapa prajurit pelatihan yang mengistirahatkan diri terlihat sibuk minum sekaligus berbincang mengenai pelatihan cukup berat tersebut. Pemandangan itu tidak kalah berbeda dengan tiga pemuda yang baru saja menyelesaikan pelatihan pertamanya sangat berat. Wajah-wajah mereka terlihat begitu kelelahan dengan bulir keringat membasahi tubuhnya hingga tercetak sebuah perut berkotak-kotak yang begitu sek*si. “Aku tidak tahu kalau Komandan Hwang begitu kejam. Padahal dari cerita yang aku dengar semalam, dia tidak pernah galak pada prajurit baru,” celetuk Xiao Pingjing membuka percakapan. “Sepertinya, dia melakukan itu hanya untuk menggertak saja,” sahut Chang Qi mengangguk beberapa kali. “Bagaimana menurutmu, Xuan Yi? Kau terlihat kesal habis dimarahi olehnya tadi,” tanya Xiao Pingjing yang menyadari perubahan dari tatapan sahabatnya. “Tidak tahu,” jawab Xuan Yi datar sembari menggeleng pelan. “Apa kau marah padaku, Xuan Yi?” Pertanyaan seseorang yang bukan dari ketiga pemuda itu pun membuat mereka saling berpandangan, lalu menyadari sepasang sepatu asing berada di tengah-tengah Xuan Yi dan Xiao Pingjing yang duduk melingkar di samping tenda. Chang Qi mengangkat kepalanya lebih dulu untuk melihat seorang lelaki yang datang di tengah perbincangan mereka berdua. Kemudian, ia menyadari bahwa lelaki itu adalah seorang komandan yang menjadi objek perbincangan mereka bertiga. “Memangnya kenapa, Komandan Hwang? Kau ingin memarahiku lagi hanya karena membicarakan kegaranganmu pada mereka berdua,” tanya Xuan Yi dengan nada sedikit menantang. Tentu saja hal tersebut disambut tatapan terkejut Xiao Pingjing yang merasa sangat aneh mendengar pertanyaan Xuan Yi. Entah kenapa ia merasa kalau pemuda itu lebih mudah tersinggung daripada biasanya. Komadan Hwang yang mendengar hal tersebut pun menghela napas panjang, lalu ia mendudukkan diri di samping Xuan Yi untuk menatap tatapan pemuda itu tidak lebih tajam daripada seorang kenalannya. “Kau mirip sekali dengan Jenderal Gu,” gumam Komandan Hwang mengundang kernyitan bingung pada kening Xuan Yi, tetapi pemuda itu tidak bersuara sama sekali. Sedangkan Xiao Pingjing sudah tidak merasa terkejut lagi kalau komandan pelatihan bela diri militer itu akan mengetahui identitas mereka bertiga. Sebab, Komandan Hao sudah dipastikan yang memberi tahunya. “Jangan membawa nama Ayahku, karena masalah ini sama sekali tidak menyangkut dengan Jenderal Gu,” sinis Xuan Yi. “Iya, aku sudah mendengarnya kalau kau lebih menyukai dipanggil Xuan Yi daripada Gu Xuan Yi,” balas Komandan Hwang mengangguk pelan. “Tentu saja akan lebih baik jika Komandan Hwang tidak pernah membicarakan masalah ini,” sindir Xuan Yi acuh tak acuh membuat Xiao Pingjing meringis pelan. “Xuan Yi, berhenti,” sela Xiao Pingjing sebagai sahabat yang tidak ingin melihat sahabatnya bertengkar dengan seseorang pejabat tinggi di kemiliteran. “Aku tidak suka pada orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaannya sendiri hanya untuk melakukan sesuatu. Seakan memberi tahu pada kita bahwa dia adalah bosnya di sini. Aku membenci hal itu. Karena dia sama saja meremehkan kita sebagai pemula,” ucap Xuan Yi mengeluarkan kekesalannya. “Baiklah, aku paham. Kau memang terlihat kesal sejak tadi, tetapi rasanya sangat kurang adil jika sekarang kau marah pada Komandan Hwang. Sebab, aku lihat Komandan Hwang melakukan itu karena ingin kau lebih baik daripada sebelumnya, Xuan Yi,” balas Xiao Pingjing mengangguk penuh makna yang menegaskan. “Cara yang dia lakukan salah,” gumam Xuan Yi kesal membuat hati Komandan Hwang sedikit tersentak. Baru pertama kali dirinya mendapat teguran dari prajurit yang dilatih. Mungkin ini cukup mengejutkan untuk komandan perbatasan Timur itu mendapat sebuah kritikan yang begitu menilai perbuatannya. “Kau pemberani, ya?” Komandan Hwang tersenyum geli. “Bahkan kau sendiri sudah tidak memedulikan lagi tengah berbicara dengan siapa.” “Iya, aku memang seperti itu,” balas Xuan Yi tegas. “Sebenarnya, aku melakukan itu untuk membentuk karakter kalian agar tidak terlalu terkejut ketika aku sedang memberikan hukuman. Karena banyak sekali gerakan yang kalian keluarkan tadi salah, tetapi gerakan sempurna didapatkan oleh Chang Qi dan Xiao Pingjing. Jadi, aku ingin kau menjadi seperti mereka, Xuan Yi. Bukan karena aku memperlakukanmu lebih kejam,” tutur Komandan Hwang memberi pengertian pada pemuda dengan emosi kurang stabil di sampingnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD