1. Keluarga Hamdan Bukan Al Gala

1413 Words
"AINUN..." teriakan seorang pria menggelegar dipagi hari diikuti oleh tawa meledak seorang wanita. Bapak Hamdan selaku kepala keluarga dirumah itu, seolah terbiasa dengan suasana pagi seperti pagi ini. Pria yang memasuki usia akhir kepala 5 itu itu terlihat asyik menikmati kopi hitam dengan sepiring pisang goreng yang di sediakan oleh istri tercintanya itu sambil membaca koran. Berbeda dengan sang kepala keluarga, permaisuri dirumah itu langsung memuntahkan omelannya ketika melihat untuk kesekian kalinya, anak-anaknya ribut dipagi hari. Wanita paruh baya yang konon katanya dulu lebih cantik dari BCL itu terus saja mengomeli anak-anaknya yang masih saja bersikap kekanakan meskipun mereka sudah dewasa. "AINUN..." teriak Tantra, anak tertua dikeluarga itu pada adiknya yang usianya 7 tahun lebih muda darinya. Tantra tahu adiknya tidak suka dipanggil dengan nama Ainun karena nama itu sama dengan nama pemilik kedai gado-gado yang berbadan semok di ujung jalan. Jadi ketika kesal maka nama Ainun lah yang akan dia sebut ketika memanggil adiknya. Tantra Al hakim, pria berusia akhir 20an memasuki 30an itu sangat kesal karena kelakuan adiknya yang membangunkannya dengan cara mencabut bulu kakinya. Meidina Ainun sang adik itu terlihat berlindung dibelakang tubuh tambun sang ayah ketika Tantra mendekatinya dengan wajah kesal yang terpatri di muka bantalnya. "Abah, liat si Aa kejar-kejar Mei..." ucap Meidina mengadu pada sang ayah. "Tantra sudah, harusnya kamu berterima kasih pada adikmu kalau tidak ada adikmu mungkin kamu akan kesiangan sekarang. Makanya jangan dibiasakan tidur setelah sholat subuh gak baik itu." nasihat abah. Meidina memeletkan lidahnya pada Tantra mendengar nasihat abahnya sedangkan Tantra hanya manyun saja. Sebenarnya Tantra dan Meidina itu memiliki ikatan keluarga yang sangat dekat, bahkan meskipun usia mereka berjarak cukup jauh tapi mereka seperti anak kembar yang kemana-mana selalu bersama. Hanya saja namanya juga saudara yah begitulah tidak selamanya akur karena terkadang ada masanya mereka saling berselisih karena hal sepele. "Tantra baru tidur jam 2 malam bah, makanya tidur lagi setelah sholat subuh. Lagian si Mei juga masa iya bangunin Tantra pake cabut bulu kaki segala." ucap Tantra beralasan. Sebenarnya pria itu tahu adiknya memilih mencabut bulu kakinya karena memang dia pasti sangat susah untuk dibangunkan. "Makanya cari istri, jadi ada yang bangunin kamu dengan cara halus." ucap ibu ikut nimbrung sekaligus curcol ala mama minta mantu pada putra sulungnya. Seperti ibu-ibu kebanyakan ibu Sita juga sangat ingin anak sulungnya segera berumah tangga apalagi mengingat usia anaknya juga sudah cukup umur. Dia juga ingin memamerkan cucunya seperti apa yang teman-temanya lakukan. "Ibu..." rengek Tantra pada ibunya karena kembali ibunya membahas hal yang tidak dia sukai. "Tuh benar kata ibu..." ucap Meidina menimpali membuat kakaknya itu semakin kesal, dan memberikan pelototan pada adiknya. "Kamu juga Mei, ibu seusia kamu udah nikah sama abahmu, lah kamu habis lulus bukannya cari kerja atau nggak cari jodoh malah ngedon aja dikamar sama laptopmu itu. Lama-lama ibu bakar tuh poster-poster cowok cantik yang mejeng dikamarmu." omel ibu Sita pada putri keduanya. "Mei udah kerja bu jadi manager keuangan di pabrik, iya kan bah?" bantah Meidina dan meminta dukungan abahnya. Abah mengangguk mengiyakan ucapan putrinya karena memang benar Sejak putrinya lulus 6 bulan lalu, Meidina menjadi pengurus keuangan di pabrik krupuk dan kripik turun temurun milik keluarganya. Awalnya dia meminta bantuan anaknya itu saat pekerja yang mengurus bagian keuangan cuti melahirkan. Karena karyawan itu memutuskan untuk resign setalah dia melahirkan jadilah Meidina dia angkat menjadi karyawannya. Kebetulan juga hanya putri keduanya itu yang memilih menjadi sarjana ekonomi. Keluarga Hamdan memang sudah turun temurun berbisnis krupuk dan kripik. Hasil produk mereka dijual hampir disemua toko makanan hingga pusat oleh-oleh di kota itu. Mereka hidup berkecukupan dari hasil pabrik mereka itu meskipun dia sebagai kepala keluarga belum sanggup jika membiayai hidup anak istrinya ala ala sosialita Dengan tas branded yang harganya sama dengan harga satu unit rumah mewah. Rumah keluarga mereka juga bukan rumah mewah ala ala istana tapi hanya rumah zaman dulu peninggalan orangtuanya yang sudah direnovasi disana sini. Dan mobil hanya mobil sejuta umatlah yang dimiliki oleh keluarganya beserta beberapa mobil box pengangkut. "Ibu, sarapannya sudah siap..." ucap seseorang dari balik pintu. "Ayo sini Dira..." panggil bu Sita pada putri bungsunya. Nadira Khumaira putri bungsu dikeluarga ini, berusia 1.5 tahun lebih muda dari Meidina tapi sikapnya jauh lebih dewasa dari kedua kakaknya. Nadira seperti putri sulung dikeluarga itu apalagi jika Tantra dan Meidina sedang kumat sikap kekanakannya. Nadira berhijab syar'i, dialah orang yang mempelopori berhijab dikeluarga Hamdan yang diikuti oleh ibu sita dan terakhir diikuti oleh Meidina. Adik perempuan itu menceramahinya dengan betapa besarnya dosa bagi wanita yang tidak menutup auratnya. Nadira itu tipe-tipe gadis yang dincar ibu-ibu untuk dijadikan mantu karena selain cantik, dia juga sangat lemah lembut. Meskipun kakak beradik dan bahkan wajah mereka hampir mirip tapi Meidina dan Nadira sangat jauh berbeda. Kata ibu Sita selaku orang yang berperan penting akan kehadiran dua gadis itu, Nadira itu ibarat bunga melati yang putih dan suci sedangkan Meidina ibarat mawar yang cantik dan berduri. Bahkan tak jarang wanita itu membandingkan kedua putrinya dan lebih menunjukan rasa sayangnya pada putri bungsunya, mengingat Nadira lebih banyak bisa dia banggakan didepan teman-teman pengajiannya. Beruntung abah Hamdan sanggup untuk mengendalikan keadaan dan tidak membuat putri keduanya tidak berkecil hati karena sikap ibunya. Lagipula Meidina bukan anak yang mudah baper dengan hal yang seperti itu. Hal yang membuat Meidina baper adalah kisah drama korea yang ditontonnya tidak sesuai dengan harapannya atau idol kecintaannya dikabarkan berkencan. Entahlah Hamdan juga kadang bingung pada putrinya yang sangat mencintai apapun berbau Korea bahkan menangis karena tontonan drama padahal dia bahkan tidak bisa mengerti pembicaraan dalam drama itu, dan matanya juga tidak sanggup membaca terjemahan yang tulisannya terlalu kecil untuk ukuran pria tua sepertinya.   ************ Acara sarapan pagi berlangsung ramai dan lancar. Tantra dan Meidina memang tidak bisa untuk tidak saling berbagi cerita ketika bersama. Tantra itu sebenarnya kakakable banget untuk Meidina bahkan saat Meidina magang di luar kota, dia rela setiap minggu mengunjungi adiknya itu. Tantra bahkan dengan sabar mendengarkan segala hal berbau korea yang diucapkan Meidina. Tantra juga tidak keberatan menemani Meidina menonton konser idol yang disukai adiknya bahkan menemani adiknya menonton drama. Tak jarang juga Tantra menemani Meidina menikmanti makanan-makanan Korea yang ingin adiknya itu cicipi. Tantra akan melakukan apapun untuk Meidina, karena dia tahu, hanya dialah yang selalu ada untuk Meidina. "Stop ngomongin apapun yang berbau CN Blue, kalau nggak traktiran bulan ini Aa pending" ancam Tantra ketika Meidina membahas Jonghyun CN Blue dengan drama barunya. Meidina nyengir mendengar ancaman Tantra, dia lupa kakak laki-lakinya itu punya kenangan buruk dengan segala hal berbau CN Blue. Meidina langsung menepuk-nepuk bahu kakaknya sebagai permintaan maaf karena takut kakaknya kembali down mengingat masa lalu. Sebenarnya alasan utama Tantra menerima kesukaan Meidina pada segala hal berbau Korea itu karena dia juga berperan mengenalkan adiknya itu kedunia pencinta K-POP. Ah sudah berapa lama berlalu sejak dia memperkenalkan Meidina pada seseorang yang pernah menjadi orang  berarti dihidupnya selain keluarganya. "Kenapa Aa melarang teh Mei menceritakan tentang CN Blue, bukankah biasanya Aa biasa saja mendengar tentang apapun berbau Korea?" tanya Nadira ikut nimbrung dengan kedua kakaknya yang asyik sendiri. Tanpa menyadari jika raut wajah kedua kakaknya berubah. Nadira memang jarang bergabung dengan kedua kakaknya karena dia sibuk kuliah dan aktif di berbagai kegiatan remaja mesjid. Dia juga jarang berbagi cerita dengan kakaknya dan lebih sering berbagi cerita dengan ibunya. Hubungannya dengan dua kakinya memang tidak sedekat hubungan Tantra dan Meidina tapi bukan berarti mereka tidak akur. Meidina kakak yang sangat menyenangkan, berbagi cerita dengan kakak perempuannya itu selalu seru karena kakaknya punya enseklopedia yang banyak tentang drama. Kakak perempuan itu juga sangat hebat dalam mendesign pakaian, kadang tak jarang Meidina membuatkan pakaian juga untuknya. Sedangkan dengan Tantra, memang dia terlalu dekat mengingat usia mereka yang jauh dan juga tidak ada obrolan yang bisa mereka bahas bersama. "Kenapa adeknya nanya gak dijawab A?" tanya bu Sita karena kedua anaknya malah tidak menjawab pertanyaan dari adik mereka. "Tantra berangkat bah, bu..." ucap Tantra bangkit dari meja makan dan mencium tangan kedua orangtuanya. Meidina cemberut melihat kakaknya pergi, gadis itu langsung bangkit menyusul kakaknya. Dia tidak peduli pada omelan ibunya karena dirinya pergi tanpa pamit pada orangtuanya dulu. "A Tantra..." panggil Meidina dan langsung berlari kearah kakaknya dan menggandeng lengan sang kakak. "Jangan sedih..." ucap Meidina. Tantra tersenyum dan mengusap kepala adiknya yang ditutupi hijab. Dia berbalik dan menatap wajah adiknya yang malah berkaca-kaca padahal menyeruhnya untuk jangan sedih. "Jangan nangis, yang bikin Aa sedih bukan masa lalu tapi liat kamu sedih." ucap Tantra. "Luar biasa, romantis..." ucap Meidina sambil kedip-kedip sok imut. Tentra langsung menoyor kepala adiknya kesal. Tapi melihat adiknya bisa seceria sekarang, dia sangat bahagia. Setidaknya sekarang wajah polos tanpa dosa dengan sorot kekanakan adiknyalah yang dia bisa lihat. Dan dia berharap tidak pernah melihat wajah adiknya seperti 6 tahun lalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD