Setelah selesai merias dirinya, Lien menutupi wajah cantiknya dengan cadar. Berjalan keluar dari dalam kediamannya, menuju kediaman Kaisar Chun yang berada tak jauh dari kediamannya.
Sayangnya niat baiknya harus tertunda akibat kedatangan pelayan pribadinya. Qui Fu, namanya. Gadis yang berusia 3 tahun lebih tua darinya. Mereka tumbuh bersama sejak kecil di Kekaisaran X. Lien selalu menganggap Qui Fu yang hanya seorang anak pelayan sebagai kakak sekaligus sahabatnya.
Menyedihkan sekali bukan nasib Lien? Dia tertipu oleh orang terdekatnya. Penampilan-penampilan anehnya selama ini pun atas usul dan saran dari Qui Fu.
Qui Fu memberikan penghormatan kepadanya dan berbasa-basi busuk. Lien diam saja, memperhatikan tingkah laku gadis itu tanpa minat. Untuk sekarang ia akan membiarkan Qui Fu menghirup udara bebas.
"Senang melihatmu keluar dari dalam kamar, permaisuri. Aku sangat ketakutan permaisuri merasa depresi di dalam kamar. Sungguh, aku tidak ingin permaisuri kenapa-napa."
Ucapan Qui Fu tak sesuai dengan ekspresi wajah yang tampak di permukaan. Ekspresi wanita itu malah terlihat seperti kecewa dirinya tidak kenapa-napa.
"Kau tenang saja. Aku hanya sedang melakukan sesuatu hal yang penting di dalam kamar."
"Kalau boleh tahu melakukan apa, permaisuri?"
"Mempercantik diriku."
Ekspresi Qui Fu terlihat begitu mencemooh tapi masih saja ditahannya dengan wajah penuh senyuman. Benar-benar terlatih dalam menampilkan ekspresi.
"Aku bisa membantu permaisuri untuk menjadi lebih cantik. Jangan lupa ajak aku nantinya, permaisuri."
Lien tertawa kecil. "Tentu saja."
"Bagaimana kalau sekarang aku mendandani permaisuri supaya Kaisar Chun jatuh cinta pada permaisuri?"
Mendandani seperti orang gila, hah?! Maaf saja! Ini Lien yang baru bukan Lien yang dulu.
"Kau tidak lihat? Penampilanku sudah rapi begini."
"Kenapa permaisuri memakai cadar??"
"Aku ingin memberikan kejutan untuk Kaisar Chun," Menyahut dengan kekehannya. "Sudah ya. Aku pergi dulu. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan suami tampanku." Beranjak pergi meninggalkan Qui Fu tanpa mendengar jawaban gadis pelayan itu.
Para prajurit dan pelayan yang berpapasan dengannya menatap Lien dengan tatapan merendahkan. Di dalam hati mereka menghina Lien yang sok sok an memakai cadar.
"Untuk apa memakai cadar jika wajah buruk rupanya sudah diketahui oleh semua orang?" bisik salah satu pelayan sembari melirik ke arahnya.
Lien menoleh ke arah pelayan tersebut hingga pelayan yang berbisik itu tersentak kaget dan terlihat gelagapan. Sekilas diberikannya eye smilenya ke arah pelayan itu dan kembali melanjutkan perjalanan.
Tak lama, ia sampai di Kediaman Kaisar Chun. Lagi-lagi para pelayan dan prajurit yang berpapasan dengannya terlihat menatapnya dengan tatapan merendahkan dan menghina. Gadis cantik itu hanya melongos tak peduli.
Langkah kakinya terhenti di depan pintu kediaman Kaisar Chun. Para pelayan tampak mondar-mandir mengecek seisi ruangan, takut ada debu yang masih tersisa dan menempel di dalam ruangan. Mereka masih ingin hidup dan menikmati dunia yang tidak selalu indah.
"Permaisuri Lien?"
Meski para pelayan dan prajurit menatap rendah, jijik, sinis, dan lain sebagainya mereka tetap memanggil Lien permaisuri. Kalau pangeran dan para selir baru memanggilnya tidak sopan.
"Ya. Ini aku. Apa suamiku masih tidur?" tanya Lien begitu lembut.
"Iya, Permaisuri Lien."
"Baiklah. Aku ingin membangunkannya dulu."
"Ta--"
"Jangan melarangku untuk bertemu dengan suamiku sendiri." sela Lien cepat tapi masih dengan nada lembut mematikannya.
Pelayan tak berkutik lagi. Di balik cadarnya, Lien tersenyum miring dan kembali melanjutkan jalannya. Membuang cadarnya ke sembarangan arah kala sudah berada di dekat Kaisar Chun yang terlentang di atas lantai. Lien tak tahu kenapa Kaisar satu itu tidur di atas lantai yang dingin.
"Hei, bangun." Ditepuknya pelan pipi Kaisar Chun. Sayangnya, pria tampan itu tidak menyahut sama sekali. Masih asyik dengan dunia mimpinya.
Lien menghela nafas jengkel. Tanpa babibu, dia langsung mengungkung tubuh besar Kaisar Chun di bawah tubuhnya. Didekatkannya bibir sexynya ke telinga pria itu dan berteriak senyaring mungkin di sana. "CUCUN!!!! BANGUNNN!!!"
Kaisar Chun yang tentunya sangat terkejut segera bangun hingga kening mereka berciuman, eh maksudnya bertabrakan.
"SIAPA KAU?! KENAPA MASUK KE DALAM KAMARKU?!! PENGAWALL!!!! TANGKAP WANITA SIALAN INI!!!!" teriak Kaisar Chun menggema di dalam ruangan. Sedangkan Lien segera mencium bibir Kaisar Chun dan menahan tengkuk pria itu.
Alangkah terkejutnya para pengawal yang baru saja sampai di sana melihat kaisar mereka ditindih dan dicium oleh sang permaisuri.
Lien melepaskan ciumannya, menatap Kaisar Chun yang terlihat sangat syok dengan perbuatannya. "Kau terlihat sangat tampan, suamiku." godanya dan kembali mencium bibir pria itu lihai.
Para pengawal sadar diri dan keluar dengan sendirinya.
Kala Lien menghisap bibirnya, Kaisar Chun segera mendorong bahu Lien kuat hingga wanita cantik itu terlentang di atas lantai dengan kepala yang berdenyut nyeri akibat menghantuk lantai.
"Aduh,, kau kasar sekali suami."
Pria itu duduk dan mencekik leher Lien. "Beraninya kau menciumku, wanita menjijikkan."
Lien tak mau kalah, ditariknya tengkuk Kaisar Chun dan menyatukan bibir mereka lagi. "Kenapa aku tidak berani? Kau suamiku! Dan aku istrimu. Sah-sah saja 'kan??" kekehnya tanpa beban setelah melepaskan pagutan mereka dan kembali menyatukan bibirnya dengan Kaisar Chun.
Kala Kaisar Chun memperkuat cekikannya, Lien pun tak kalah brutal. Dia balik mencekik Kaisar Chun dan mengigit bibir bawah pria itu keras.
Kaisar Chun akhirnya melepaskan cekikannya dan mendorong Lien menjauh darinya.
"WANITA GILA!!"
"DAN AKU GILA KARENAMU, DARLING!!!"
"AKU BUKAN PENGGILING, WANITA GILA!!"
"DARLING!! DARLING!! DARLING!!"
"ARGHHH!!"
"DARLING!! DARLING!! DARLING!!! DARLING!!"
"PERGI KAU!! KAU MEMBUAT HARIKU BURUK!!"
"TIDAK SEBURUK KEADAAN HATIKU YANG KAU HANCURKAN! AKU MENCINTAIMU, CUCUN!! KAU DENGAR ITU?! AKU MENCINTAIMU!!! C-I-N-T-A!! TAPI KENAPA KAU MENGABAIKAN CINTAKU?!"
"KARENA AKU TIDAK PUNYA PERASAAN APA PUN PADAMU!"
"TAPI AKU MENCINTAIMU!"
"SIAPA YANG MENYURUHMU UNTUK MENCINTAIKU? TIDAK ADA 'KAN?"
"HATIKU YANG MEMILIHMU! LALU, AKU HARUS APA?!"
"AKU TIDAK PEDULI!"
"KAU JAHAT, CUCUN!"
"DAN AKU BUKAN CUCUN! AKU CHUN!"
"AKU TIDAK PEDULI. YANG PENTING AKU MENCINTAIMU DAN KAU HARUS MENCINTAIKU BALIK!"
"PERGI!"
Mereka berdua terengah-engah akibat berperang teriakan di pagi hari.
Sungguh pasangan yang aneh.
Kurasa kalian tidak akan menemukan pasangan seperti ini di mana pun.
"Sekarang aku akan memandikanmu, ayo!!"
Setelah merasa lebih baik, Lien menyeret Kaisar Chun sekuat tenaga ke tempat pemandian.
"TIDAKK!!!! LEPASKAN AKU!!!"
Jeritan histeris Kaisar Chun membuat Lien tertawa nista dan terus menyeret pria itu ke tempat pemandian.
-Tbc-