"Sekarang pakai bajumu, Cucun."
Pagi itu, Lien sukses membuat Kaisar Chun tak berkutik. Bayangkan saja, pria tampan tersebut dimandikan secara paksa. Pakaiannya dilucuti hingga telanjang bulat. Lien bahkan tidak malu melihat seluruh tubuh Kaisar Chun dengan tatapan memuja sambil berujar dengan nada menggoda, "You look so sexy, honey."
Di masa depan, melihat tubuh telanjang pria sudah menjadi hobinya. Dia suka melihat dan mengoleksi foto pria yang ber-abs dan berotot. Tidak banyak yang tahu hobi gadis yang satu itu karena dia menyembunyikannya rapat-rapat.
"Tunggu dulu!" Kaisar Chun menepis tangan Lien yang hendak menyentuh lengan kekarnya.
"Apa, suamiku?"
"Kau Lien 'kan?"
Lien tertawa tidak percaya. Setelah sekian lama bersama pagi ini, Kaisar Chun baru bertanya sekarang??
"Ke mana wajah buruk rupamu itu?" Sebenarnya pria itu sudah ingin bertanya dari tadi tapi tertahan terus akibat ulah Lien yang membuatnya mati-matian menahan jijik dan geli. Sekarang, dia baru bisa menanyakan hal tersebut.
Lien terkekeh dan mengalungkan lengannya ke leher Kaisar Chun. Tapi sialnya gadis itu di dorong hingga punggungnya membentur tempat tidur yang keras. Melihat Kaisar Chun yang tidak bergerak membantunya, Lien mulai berdrama. "Akhh!! Punggungku sakit sekali. Oh tidak, perutku sakit. Anakku.." lirihnya sembari memegang perut ratanya.
Kaisar Chun tentu saja terkejut mendengar Lien menyebut 'anakku'. Sejak kapan pula istrinya itu hamil? Dan karena siapa hamilnya? Secara istrinya itu belum pernah dia sentuh sedikit pun.
"Ahhh, anakku." ujar Lien kembali dengan nada lirih yang memilukan.
Sengaja diucapkan dengan nada lirih agar hanya Kaisar Chun yang mendengar. Kalau di dengar penghuni istana lainnya kan bisa gawat.
"Anak siapa yang kau kandung, hah?!" Kaisar Chun berjongkok di depan Lien dan mengguncang-guncang bahu gadis itu kuat dengan wajah yang dipenuhi amarah. Tidak rela istrinya hamil anak orang lain.
"Kau masih tanya ini anak siapa? Hiks. Tidak apa kalau kau tidak menganggap kehadiranku, tapi tolong jangan buat anakku menjadi korban. Ini anakmu, suami. Anak kita."
Kaisar Chun tercengang dan sangat tertegun hingga tangannya terkulai lemas dari bahu Lien. "Kapan?" tanyanya tak percaya.
"Malam itu kau mabuk-mabukan dan mendatangi kediamanku. Kau memaksaku untuk melayanimu sampai pagi. Seluruh tubuhku begitu sakit tapi dengan kejamnya kau meninggalkanku begitu saja tanpa sepatah kata pun." Ujar Lien seraya mengusap air matanya.
Kaisar Chun menatap Lien jijik. "Tidak mungkin aku menyentuh wanita penuh kuman sepertimu. Kau pasti berbohong. Dan sejak kapan pula aku mabuk-mabukan? Seumur hidup, aku tidak pernah mabuk!"
Lien kembali mengusap air matanya, meraih tangan Kaisar Chun dan meletakkan di atas perutnya. "Kau tidak merasakan keberadaan mereka? Ini anakmu. Apa kau tidak merasakan perasaan asing ketika memegang perutku?" tanyanya begitu menuntut.
Kaisar Chun menarik tangannya dari perut Lien dan mengusapkan ke handuknya seolah baru saja terkena kotoran. "Jangan sentuh aku lagi!"
"Tapi kau duluan yang menyentuhku sampai membuatku hamil. Ini, lihat lah ini. Di sini ada hasil perbuatanmu." Tunjuk Lien ke perut datarnya dengan ekspresi yang sangat tersakiti.
"Apa aku gugurkan saja anak ini? Untuk apa aku mempertahankannya kalau ayahnya tidak mau menerima kehadirannya. Daripada dia lahir dan tidak diperlakukan dengan baik, lebih baik ku bunuh saja dari awal agar tidak merasakan kekejaman dunia."
"Apa?! Kenapa kau bisa berkata seperti itu?! Kau seorang wanita tapi kenapa begitu kejam dengan darah dagingmu sendiri?! Kenapa kaum wanita begitu kejam dan menakutkan! Aku benci kaummu itu!! Kalian busuk! Lebih busuk dari kotoran." Ujar Kaisar Chun yang ternyata sangat membenci kaum wanita sebesar itu.
"Hahahaahahahaha!!! Ini benar-benar dirimu 'kan, Cucun??" tawa Lien tanpa merasa takut melihat ekspresi murka Kaisar Chun.
"Ternyata kau sebenci itu ya dengan kaum wanita. Pantas saja kau tidak menganggap kehadiranku di dalam hidupmu. Sebenarnya apa masa lalumu hingga sebenci itu dengan kaumku, hm?" Lien mengalungkan tangannya ke leher Kaisar Chun seraya menatap pria itu dalam.
"Hah. Apa pun itu, jangan gugurkan bayi kita. Aku akan bertanggung jawab." ketus Kaisar Chun dan melepaskan tangan Lien dengan kasar.
"Apa? Aku tidak salah dengar 'kan??" heboh Lien.
"WOAHHH!! TIDAK KU SANGKA KAISAR CUCUN PUNYA RASA SIMPATI." lanjutnya dengan heboh hingga Kaisar Chun menyumpal mulut gadis itu dengan selimut.
"UHUK UHUK! CUCUN JAHAT!!"
Dalam diam, Kaisar Chun tersenyum tipis, sangat-sangat tipis melihat istrinya menggerutu. What?! Tersenyum?
Setelah memakai pakaiannya Kaisar Chun menarik belakang baju Lien dengan kejam. "Beri anak kita dengan makanan yang bergizi agar dia sehat."
Lien memegang tangan Kaisar Chun. "Apalagi?" tanya pria itu malas.
Dengan wajah tanpa dosanya Lien tersenyum manis. "Tidak ada anak kita, Cucun. Tadi aku hanya bercanda. Hehe, tidak ku sangka aktingku begitu bagus sampai kau tertipu." Kekehnya manis.
"AKAN KUBUAT UCAPANMU MENJADI NYATA, LIEN!" erang Kaisar Chun kesal dan melempar gadis itu ke atas kasur.
Lien tersenyum manis mendengar ucapan Kaisar Chun. Dikalungkannya tangan kecilnya ke leher pria itu dengan manja. "Benar kah?? Kau akan membuat ucapanku menjadi nyata?? Kau serius 'kan, Cucun??" Bertanya dengan wajah polosnya.
Memajukan wajahnya hingga hanya tersisa jarak beberapa senti meter. Maju sedikit maka bibir mereka akan bertemu. "Ayo kita lakukan itu. Sudah lama aku menantikan moment ini." Imbuhnya dengan nada menggoda. Hendak memajukan wajahnya lagi tapi tertahan oleh tempelengan Kaisar Chun.
"Yakk!! Kenapa wajahku di tempeleng?! Nanti kalau kepalaku berputar ke kanan gimana?!" rajuknya kesal.
"Dasar gadis gila!!" Desis Kaisar Chun dan kembali ke posisi semula.
Yang tadi itu hanya gertakannya. Mana mungkin dia akan membuktikan ucapan Lien menjadi nyata jika mencium dan menyentuh tubuh Lien saja dia sudah bergidik ngeri duluan. Di dalam otaknya, terlalu banyak kuman yang menempel di tubuh istrinya itu.
Lien tertawa geli. Ikut berdiri dan bergerak melepaskan baju luar yang dipakainya. "Apa kau yakin tidak mau melakukan itu padaku? Lihat lah tubuhku ini. Bersih dari kuman dan najis. Lalu, apa yang salah??"
Kaisar Chun yang notabenya baru pertama kali melihat wajah sexy seorang perempuan memerah malu. Apalagi tubuh Lien benar-benar sangat sexy. Ia bahkan sampai tidak berani menatap tubuh Lien. "Pakai bajumu lagi, gadis gila!!"
"Aku tidak mau!"
"Pakai! Ini perintah!"
"Tidak mau sebelum kau menciumku." ujarnya manja.
"Benar-benar gadis gila! Pergi kau dari kediamanku!!" usir Kaisar Chun dingin.
"Oke!" Dengan acuhnya Lien berjalan ke luar kamar dengan pakaian yang mencetak jelas bentuk tubuhnya. Punggung putihnya terpampang begitu saja. Kaisar Chun yang sadar dengan penampilan istrinya itu menggeram kesal. Diambilnya baju yang dibuka Lien tadi dan mengejar gadis tersebut.
Dipaksanya Lien berbalik dan memakaikan pakaian tersebut dengan paksa. "Jangan pernah menunjukkan tubuhmu ke orang lain!! Hanya aku yang boleh melihat tubuhmu!" desisnya posesif.
"Ini kan tubuhku. Jadi terserah aku dong mau memamerkannya atau tidak."
"Kau istriku!!"
"Lalu, apa hubungannya??"
"Aku tidak suka tubuh istriku di lihat oleh banyak orang."
"Oh." Dengan nakalnya Lien melepaskan pakaian luarnya lagi dan berlari ke pintu kamar.
Kaisar Chun melotot kaget dan segera mengejar gadis itu secepat kilat. Dipeluknya erat tubuh gadis itu dari belakang dan mengomeli lagi. "Apa kau tidak mendengar ucapanku tadi, hah?!"
"Aku mendengar, tapi aku tidak mau menuruti." balas Lien acuh dengan senyum yang tertahan akibat Kaisar Chun yang sangat anti bersentuhan dengan orang lain memeluknya erat. Ia semakin yakin bisa meluluhkan pria itu nantinya. Tunggu saja waktunya.
"Akan ku hukum kau jika membangkang padaku."
Lien melepaskan pelukan Kaisar Chun darinya. Berbalik dan mendongak akibat perbedaan tinggi mereka yang sangat jauh berbeda. Tinggi Lien hanya sebatas d**a pria itu.
Belum sempat ia berbicara, Kaisar Chun sudah memasangkan pakaiannya lagi. Kemudian mengikat di bagian pinggang dengan erat sampai Lien rasanya susah untuk bernafas.
Dengan cepat Lien membuka ikatan itu lagi dan menanggalkan pakaiannya. Ia meleletkan lidahnya ke arah Kaisar Chun yang melototinya.
Kaisar Chun kembali mengikat pakaian Lien dan Lien pun membukanya. Begitu seterusnya sampai Kaisar Chun benar-benar habis kesabaran dan memakaikan pakaian Lien lagi di tambah dengan jubah kebesarannya. Seketika Lien terdiam karena tidak bisa membukanya. Tangannya tenggelam di dalam jubah itu.
"Ishh,, buka jubah ini dariku. Aku kesulitan membukanya." rengek Lien kesal.
"Tidak!" Kaisar Chun membopong tubuh kecil Lien di dalam gendongannya. Lien sempat terkejut dengan perlakuan tidak di duga pria tersebut. Tapi akhirnya gadis itu tidak ambil pusing dan malah menyandarkan kepalanya ke d**a bidang Kaisar Chun.
-Tbc-