Gadis cantik itu menatap wajah tampan Kaisar Chun yang terpahat sempurna dari bawah dengan tatapan menilai. Bibir tebal yang kissable, hidung mancung, rahang tegas, alis hitam nan tebal serta wajah yang bersih semakin menambah aura ketampanan Kaisar Chun. Satu kata yang tepat untuk mewakili isi hati Lien, sempurna.
"Cucun!" Lien memanggilnya dengan lembut. Sayangnya Kaisar Chun tak memedulikannya. Tapi Lien bersikap bodo amat. "Kenapa kau tidak pernah menerimaku sebagai istrimu dengan lapang d**a, Cun?"
"Apa karena wajah buruk rupaku? Tapi lihat lah, sekarang wajahku sudah cantik." Mengedip-ngedipkan matanya lucu tapi Kaisar Chun tak menatapnya sama sekali.
"Aku juga bukan perempuan yang jorok dan penuh kuman. Hanya saja aku suka memotong tangan manusia dengan gergaji, mencongkel mata manusia dengan pisau atau paku, menembak kepala mereka dengan pistol sampai bocor, atau pun melubangi perut manusia dengan pisau bedah dan menarik usus mereka keluar. Tenang saja, setelah itu aku kembali mandi dengan bersih kok."
Kaisar Chun tak terlalu menanggapi perkataan Lien karena ia menganggap perempuan yang di dalam gendongannya hanya mengada-ngada untuk menarik perhatiannya.
"Hal yang paling ku sukai adalah melihat darah mengalir. Bagaimana denganmu, Cu?"
Wajah Kaisar Chun tetap saja datar dan dingin hingga Lien mendengus kesal.
"Pria yang dingin dan menyebalkan. Awas saja kau nanti!" desisnya pelan tapi bisa di dengar oleh Kaisar Chun.
"Aku ingin tidur sebentar. Bangunkan aku kalau sudah sampai di ruang makan."
Kaisar Chun mendengus mendengar perkataan Lien. Namun, bibirnya tetap terkunci rapat seolah diberi lem.
Para pelayan yang melihat kaisar mereka menggendong seorang perempuan melotot kaget. Tidak biasanya kaisar mereka mau menyentuh seseorang. Apa penyakit aneh kaisar mereka sudah hilang?
Meski keheranan mereka tetap menyapa Kaisar Chun dengan penuh hormat seperti biasa dengan ekspresi wajah yang sangat terlatih.
Tak membutuhkan waktu yang lama, Kaisar Chun sampai di ruang makan yang sudah dipenuhi oleh keluarga besarnya. Keluarga besarnya berdiri untuk menyambut kedatangannya.
"Duduk lah." titah Kaisar Chun.
Lien yang berada di dalam gendongannya mulai menggeliat. Berbisik pelan kepadanya. "Aku mau duduk dipangkuanmu kalau tidak aku akan membuka bajuku lagi." ancamnya. Mampu membuat Kaisar Chun menggeram kesal. Dengan sangat terpaksa Kaisar Chun memangku tubuh kecil Lien.
Keluarga besar Kaisar Chun terkejut melihat wajah cantik Lien. Terutama Pangeran Zhen Li Quong. Pria itu masih sangat ingat dengan jelas, wanita yang dipangku kakaknya adalah wanita yang ditemuinya sore itu. Wanita tercantik yang pernah dia lihat. Wanita pertama yang berani menolak ucapannya.
Kenapa wanita bercadar itu bisa kenal dengan kakak? Batin Pangeran Zhen. Apakah kakak yang dimaksud suaminya?
"Kenapa wajah kalian seperti orang kebingungan?" tanya Lien sok polos.
"Kau siapa??" tanya Zhu Yi terbata. Zhu Yi adalah ibu kandung Kaisar Chun. Meski sudah berusia 45 tahun wanita itu masih tetap terlihat awet muda dan cantik.
Yang membuatnya kaget sampai gagap bicara adalah Kaisar Chun mau-mau saja memangku gadis itu. Dengan dirinya saja Kaisar Chun tidak mau dekat-dekat dan menganggap dirinya kuman yang harus dijauhi.
Belum sempat Lien menjawab, ibu selir pertama ikut bertanya. "Kenapa gadis cantik ini yang berada dipangkuanmu? Dimana Lien? Apakah dia selir barumu?" Liu Hua bertanya ke Kaisar Chun yang tetap saja menampilkan ekspresi datarnya.
Ibu selir kedua juga ikut bersuara. "Pasti gadis itu sedang bersedih melihatmu bersama wanita lain. Dia sangat mencintaimu, anakku."
Zhi Lui, selir kedua sekaligus selir termuda ayahnya yang baru saja memasuki usia 38 tahun. Wanita itu terlihat begitu bersimpati dengan Lien.
"Ke mana Kakak Lienku?" tanya Pangeran Xiumin cemberut dan hampir menangis. "Aku hanya ingin Kakak Lien!!" rengeknya.
Kaisar Chun menatap keluarga besarnya dengan tatapan datar. "Dia istriku, Lien. Jangan banyak tanya lagi!!" tegasnya sehingga tidak ada lagi yang berani mengeluarkan suara.
Dalam diam, para pangeran terpesona dengan kecantikan istri kakak mereka. Para selir pangeran merasa iri dan cemburu sedangkan Pangeran Xiumin sudah tidak sabar untuk bermain dengan Lien lagi setelah sekian lama tidak bertemu.
'Dia milikku! Bukan milik Chun!'
'Akan ku buat dia sengsara lagi!'
'Aku sudah tidak sabar bermain dengan Kak Lien. Aku sangat merindukan Kak Lien.'
'Akan ku hancurkan wajah cantiknya itu. Hanya aku lah yang boleh menjadi wanita tercantik di istana ini.'
"Menyingkir lah dari pangkuanku, aku tidak bisa makan dengan baik." bisik Kaisar Chun dingin.
Lien terkekeh, menolehkan kepalanya ke belakang, dan mengecup pipi Kaisar Chun sekilas. "Oke." Tujuannya yang sebenarnya hanya lah memperlihatkan ke para selir pangeran bahwa dirinya berharga.
Lien duduk manis di samping Kaisar Chun. Mengambil makanan yang disukainya sejak dulu. Lobster.
"Tumben sekali kau mengambil lobster. Bukan kah selama ini kau nenyukai sup sirip ikan hiu?"
Trangg!!
Mendengar kata 'ikan hiu' sumpit yang dipegang Lien terjatuh seketika. Detik-detik ikan hiu mengoyak tubuhnya masih terngiang jelas di otaknya. Sangat menakutkan dan mengerikan.
"Kakak kenapa?" tanya Pangeran Xiumin panik.
Lien berusaha mengendalikan dirinya dengan menampilkan senyuman manisnya. "Kepalaku sedikit pusing, Pangeram Xiumin." jawabnya lembut.
"Penganggu suasana." cibir Kaisar Chun tak peduli.
"Dasar suami jahat. Aku pusing juga karena dirimu. Apa kau tidak ingat apa yang telah kau lakukan padaku? Kau membuatku terjaga semalaman, Kaisar yang terhormat." Lien berujar penuh penekanan dengan senyum yang jelas dipaksakan.
Pangeran Zhen yang sedang minum langsung tersedak dan terbatuk-batuk hebat. Begitu pun dengan yang lainnya, kecuali Putri Wang Li An dan Pangeran Xiumin yang tidak mengerti dengan ucapan Lien.
"Pantas saja kalian tidak bisa dipisahkan pagi ini, ternyata kalian su--"
"Sttt. Putri Li An masih kecil." sela Zhi Lui cepat sebelum Liu Hua menyelesaikan ucapannya.
"Memang kenapa kalau aku masih kecil?" tanya Putri Li An datar.
"Kau belum sepatutnya mengetahui masalah ini, sayang." jawab Zhi Lui memberikan pengertian.
"Oh." sahutan Putri Li An yang cuek mampu membuat Lien merasa gemas.
"Bagaimana dengan penyakit anehmu itu? Memangnya sudah hilang?" tanya Zhu Yi datar pada Kaisar Chun.
Lien tertawa tertahan mendengar pertanyaan ibu Kaisar Chun. Lebih baik disebut phobia saja daripada penyakit aneh. Kalau penyakitnya saja aneh, bagaimana dengan orangnya? Upss.
-Tbc-