Chapter 9

1380 Words
Berkat upaya pemaksaan Jena, akhirnya Keyra sampai juga di Jakarta. Jena memaksa Keyra datang ke acara ulang tahun putrinya yang pertama. Sebenarnya hal itu adalah permintaan Bastian yang dieksekusi oleh Jena. Jena sampai membuat drama ngambek-ngambekan karena Keyra berkali-kali menolak. Namun, setelah mendengar Jena mulai menangis di sambungan telepon, Keyra angkat tangan dan memesan tiket pesawat ke Jakarta. Keenam sahabat itu akhirnya bisa kembali berkumpul, meski ada hawa-hawa perang antara Keyra dan Bastian. Keyra muncul dengan penampilan yang sangat berbeda. Keyra memotong rambut panjangnya dan tampil berbeda dengan rambut pendek yang memperlihatkan keindahan lehernya. Bastian berkali-kali menelan ludah menatap leher indah Keyra yang selalu membuatnya kalang kabut karena gairah. Padahal Bastian tidak menyukai perempuan yang berambut pendek, namun kini Bastian menggila melihat rambut pendek Keyra. Perayaan ulang tahun putri pertama Jena dan Albert berlangsung meriah. Gadis kecil bernama Grizella itu tak henti-hentinya tertawa dengan manis saat bermain-main dengan balon beraneka bentuk dan warna. Perayaan ulang tahun Grizella dihadiri oleh rekan-rekan bisnis Albert serta teman-teman Jena. Seorang laki-laki muda menghampiri Keyra dan mengajaknya berbicara. Seperti biasa, selalu saja ada orang yang tertarik dengan Keyra. Dengan entengnya Keyra meladeni laki-laki itu. Bastian jelas kebakaran jenggot melihat Keyra yang begitu ramah terhadap laki-laki lain. Sementara dengan dirinya, Keyra selalu menolaknya mentah-mentah. “Mata loe Bas, tuh mata bisa membunuh orang” sindir Feli.  “Makanya jangan banyak tingkah loe Bas” timpal Nella.  Bastian mendengus kesal setalah Feli dan Nella menceramahinya. Bastian bangkit dan menghampiri Keyra.  “Jangan bikin keributan Bas, awas loe, ini ulang tahun anak gue.” Jena memperingati Bastian sebelum Bastian bertindak gegabah. Bastian menghentikan langkahnya, benar yang dikatakan Jena, ia tidak boleh membuat keributan. Hal itu justru akan semakin membuat Keyra membencinya. Yang perlu Bastian lakukan saat ini adalah berbicara baik-baik dengan Keyra, tanpa emosi, tanpa gairah, dan tanpa paksaan apapun. Acara ulang tahun Grizella selesai, tamu-tamu mulai kembali ke rumahnya masing-masing. Tinggallah enam orang sahabat itu.  “Key, nginep disini yah. Dari pada loe nginep di hotel, mending disini, gratis Key” ucap Jena sambil menidurkan Grizella di gendongannya.  “Next time deh Jen, gue bisa nginep bareng Nella atau Feli.” “Ya ampun Key, apa bedanya sih loe nginep disini atau sama Nella sama Feli, lagian kan udah terlanjur disini” Jena sampai mengerucutkan bibirnya.  Keyra hanya mengulum senyum. “Gue punya memori yang buruk nginep di tempatnya orang yang sudah punya pasangan” ucap Keyra sambil menggaruk kepalanya. “2 minggu gue tinggal sama Kakak gue di Semarang, sumpah dah mengancam jiwa. Banyak banget suara-suara aneh kalo tengah malam. Bukan cuma tengah malam, pagi juga kayak gitu. Orang masih ngantuk eh udah ada perang” Keyra terkekeh sambil menatap Jena dan Albert bergantian. “Yah wajar kan Key. Lagian gue sama Jena kan udah nikah” timpal Albert.  “Emang wajar Al, bener kata loe. Tapi, kasian gue yang jomblo ini”  Semuanya tertawa mendengar nada ketus Keyra.  “Terserah loe deh Key, pergi deh. Pergi sono” balas Jena dengan tak kalah ketusnya.  “Fel, kalo gue nginep di apartemen loe, keberatan gak?”  Feli tersenyum polos. “Sorry Key, gue udah sebulan ini tinggal sama calon suami gue. Gue tinggal di apartemennya jadi apartemen gue yang lama udah gue tinggal.”  Keyra manggut-manggut dan beralih menatap Nella. “Nel, apartemen loe masih sanggup menampung gue gak?” Nella menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Itu Key, gue udah pindah di apartemennya Bastian.”  Keyra menatap Bastian sekilas.  “Jangan salah paham dulu Key, Bastian gak tinggal di apartemen itu kok. Gue tinggal sendirian di apartemen itu. Waktu gue pindahan dari Bandung, Bastian nawarin, yah dari pada gue bayar, mending yang gratisan.” “Kenapa loe harus jelasin ke gue? Kenapa juga gue harus salah paham? Yah terserah Bastian lah mau ngajakin siapapun buat tinggal di apartemennya, it’s none of my business, right?”  Nada cemburu jelas terkandung dalam kalimat Keyra. Entah Keyra sadari atau tidak, nada suaranya benar-benar menunjukkan bahwa ia masih menekankan rasa kepemilikannya pada Bastian. Sahabat-sahabat Keyra memandanginya sambil mengulum senyum. Keyra tertawa dengan canggung.  “Kenapa sih?”  Mata Keyra beradu pandang dengan Bastian untuk sesaat sebelum Keyra membuang muka karena selalu kalah dengan tatapan Bastian.  “Mau tidur sama gue Key…?” pertanyaan Bastian hampir membuat Keyra serangan jantung. “Pepet terroooss Bas” sindir Feli.  “Eh, gue balik duluan, taxi gue udah nyampe.”  Keyra bangkit duduknya karena taxi pesanannya sudah tiba.  “Key, kenapa pake taxi sih, gue bisa nganterin loe kemanapun.”  Bastian ikut bangkit dan mengejar Keyra yang berjalan terburu-buru keluar dari rumah Jena dan Albert. Tangan Bastian berhasil mencekal pergelangan tangan Keyra sebelum Keyra masuk ke taxi.  “Gue bisa nganterin loe Key, ngapain naik taxi malem-malem begini? Bahaya Key…”  Keyra tertawa mengejek. “Loe jauh lebih berbahaya Bas” Keyra masuk ke dalam taxi tanpa memperdulikan peringatan Bastian. Bastian segera masuk ke dalam mobilnya dan mengejar taxi yang dinaiki oleh Keyra. Keyra sebenarnya tak punya tujuan untuk pergi. Namun, ia tidak bisa terus berada di tempat yang sama dengan Bastian. Keyra akan tersakiti lagi, ia akan terus teringat bagaimana kejamnya perlakuan Bastian kepadanya. Keyra teringat Daddynya, sudah dua tahun ia tidak pernah melihat Daddynya. Bagaimanapun perilaku Daddy Reginald kepada Keyra, tetap saja Keyra akan selalu menyayanginya. Keyra meminta sopir taxi untu mengantarkannya ke mansionnya. Perjalanan memakan waktu yang cukup singkat, hanya sekitar 25 menit dan Keyra kini bisa menatap mansion masa kecilnya. Keyra mengurungkan niatnya untuk turun setelah melihat Daddy Reginald keluar dari dalam mansion sambil menggandeng perempuan muda dengan pakaian serba minim. Keyra menghela nafas panjang karena kembali teringat tamparan Daddy Reginald dua tahun yang lalu. Tamparan telak yang membuat hidup Keyra jungkir balik 180 derajat. “Jalan Pak” ucap Keyra setelah lama ia terdiam.  Keyra meminta sopir taxi untuk mengantarnya ke area perkuburan tempat Mommynya beristirahat dalam damai. Sebenarnya malam sudah cukup larut, jam di layar ponsel Keyra menunjukkan pukul 11 malam yang artinya sudah terlalu larut untuk berziarah ke makam Mommynya. “Ini sudah terlalu malam untuk ziarah Neng, butuh waktu sekitaran satu jam untuk sampai ke area perkuburan Neng.”  Sopir taxi itu melirik Keyra sekilas dari kaca depan. Karena tak menadapatkan jawaban apapun, sopir taxi itu tetap melajukan mobilnya sesuai permintaan penumpangnya. Mobil Bastian masih terus membuntuti Keyra. Bastian mulai berpikir macam-macam saat taxi itu melaju semakin jauh dari pusat kota. Sudah lebih dari setengah jam taxi itu tidak berhenti, Bastian tidak bisa berpikiran positif. Akhirnya Bastian mempercepat laju mobilnya dan berhasil menghadang taxi itu. Bastian turun dari mobilnya dan mengetuk pintu taxi itu. Sopir taxi itu menurunkan kaca mobilnya sedikit. Bastian akhirnya bisa melihat wajah Keyra yang tampak baik-baik saja di dalam taxi.  “Mau kemana Key?”  Keyra tidak menjawab pertanyaan Bastian. BUUGHH, sebuah pukulan mendarat di bagian belakang kepala Bastian. “Baaaas…” Keyra berteriak seketika karena Bastian tiba-tiba menghilang dari pandangannya.  Tubuh Bastian terjatuh setelah menerima pukulan keras itu. 6 laki-laki berbadan besar mengelilingi Bastian. Bastian bangkit dan mulai melawan. Saat Bastian melawan dua pereman berbadan besar itu, preman lain menarik paksa Keyra keluar. Sopir taxi itu pun keluar. Sepertinya sopir itu jago bela diri karena ia bisa melawan preman-preman berbadan besar itu. Bastian menggila saat melihat Keyra ditarik paksa oleh dua orang preman. Dengan langkah sempoyongan setelah menjatuhkan dua preman yang mengeroyokinya, Bastian menghampiri premen yang kini menarik-narik Keyra. Pukulan demi pukulan tak terelakkan. Bastian bahkan sempat terkena balok kayu yang dibawa oleh premen itu. Setelah adu kekuatan untuk beberapa saat, akhirnya keenam preman itu terkapar tak berdaya di jalanan. Bastian menghampiri Keyra dan memastikan bahwa Keyra baik-baik saja. Padahal Bastian jelas-jelas terluka saat itu. “Bas…loe berdarah Bas…” Keyra menunjuk kepala Bastian.  “Gue gak apa-apa Key, loe baik-baik aja kan?”  Bastian segera menelpon polisi setelah memastikan kondisi Keyra. Tak ketinggalan, Bastian juga memastikan kondisi sopir taxi itu. Bastian bahkan merogoh dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada sopir taxi itu. Uang pemberian Bastian adalah biaya taxi sekaligus ucapan terima kasih Bastian karena telah dibantu menghajar preman-preman itu. Tak lupa Bastian juga memberikan kartu namanya jika suatu hari nanti sopir itu butuh bantuannya.  “Terima kasih Mas, ini banyak banget.” Sopir taxi itu menyalami Bastian.  “Saya yang berterima kasih Pak.” Tak berselang lama polisi sudah tiba di lokasi kejadian dan meringkuk enam preman itu. Bastian dan Keyra masuk ke mobil Bastian. Keyra mengambil alih kursi kemudi sebelum Bastian masuk.  “Bas, kita ke rumah sakit yah, kepala loe berdarah.”  Keyra sudah hampir menangis karena khawatir pada Bastian. “Ini gak apa-apa Key, udah kita pulang aja. Lagian kalo ke rumah sakit entar malah bikin keributan. Nyokap gue bisa heboh.”  Bastian menyandarkan punggungnya.  “Ini pulang kemana?”  Tanpa menjawab Keyra, Bastian langsung menekan tombol history maps di mobilnya dan memilih alamat apartemennya. Keyra mengemudikan mobil sambil sesekali melirik Bastian.  “Bas…” panggil Keyra.  “Iya Key…”  Keyra kembali diam setelah mendengar suara Bastian. Setiap kali Bastian diam, Keyra mengira Bastian sedang sekarat.  Beberapa menit saling diam, Keyra kembali tak tenang. Keyra mengguncang lengan Bastian.  “Bas…Bas…ngomong napa, jangan diem mulu. Bas…”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD