Chapter 8

1691 Words
“Key, mau daftar kerja bareng gue gak?” Pertanyaan salah seorang sahabat Keyra selama di Australia membuatnya berbalik ke sumber suara. Jasmine menggeser laptopnya ke hadapan Keyra. “Nih, ada hotel baru di Bali yang buka lowongan kerjaan. Karena hotelnya masih baru jadi banyak banget lowongan yang buka. Sepupu gue ngajakin gue buat daftar, dia kayak manajer gitu disana. Mau gak? Kita bisa daftar buat jadi staff keuangan disana.” Keyra melebarkan matanya menelusuri website hotel tersebut. “Key…mau gak, entar kita bisa tinggal bareng di Bali.” Keyra mengangguk mantap. “Ya udah, kita sama-sama daftar. Loe siapin berkas-berkas loe.” Bali, kota itu sepertinya menjadi pilihan yang tepat bagi Keyra. Kota baru, suasana baru, dan Keyra berharap ia bisa memulai hidup yang baru disana. Bersama Jasmine, Keyra kembali ke Indonesia. Kedua orang itu tiba di Bali setelah mendapatkan pengumuman bahwa mereka lolos seleksi administrasi. Dua orang itu masih harus melalui seleksi wawancara. Seleksi wawancara bukanlah hal yang sulit bagi Keyra. Riwayat pendidikan serta pengalaman magang yang pernah ia ikuti selama masih kuliah di Australia benar-benar membantunya. Keyra berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai salah satu staff keuangan. Bukan jabatan tinggi, namun Keyra merasa senang bukan main saat ia mulai menandatangani kontrak kerjanya dan mendapatkan ID card sebagai karyawan. Karena masih awal-awal, Keyra masih menumpang di rumah Jasmine. Lagian rumah Jasmine juga tidak terlalu jauh dari hotel. Selain itu, Jasmine memang meminta Keyra untuk menemaninya karena kedua orang tuanya tinggal di kota lain. Dua orang itu selalu kompak datang bersama ke hotel dan pulang kerja bersama. Sudah sebulan Keyra bekerja dan hari ini ia menerima gaji pertamanya. Nominalnya tidak sebanyak yang ia dapatkan saat ia menerima uang jajan dari Daddynya ataupun dari Gibran. Namun, uang itu adalah hasil kerja kerasnya. Keyra tersenyum lebar melihat deretan angka di rekeningnya. Ia bahkan mulai berpikir untuk membeli hadiah untuk Mama Christie, Gibran, dan Gavin. Meskipun bukan hadiah mahal, setidaknya ia ingin memberi sesuatu kepada tiga orang itu dengan gaji pertamanya. Keesokan harinya, Keyra kembali ke hotel dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Wajah cantiknya semakin membuat puluhan pasang mata berdecak kagum. Saat Keyra tiba di hotel, seluruh staff sudah sibuk. Keyra bertanya-tanya sendiri apa yang sedang terjadi. “Lagi ada apaan sih?” tanya Jasmine setelah bertemu kakak sepupunya yang bernama Intan. “Bos mau datang” ucap Intan. Keyra dan Jasmine manggut-manggut lalu memulai pekerjaannya masing-masing. “Denger-denger bos kita ganteng banget yah” ucap salah seorang staff keuangan. “Sumpah, doi lebih dari ganteng. Gila, waktu gue pertama ngeliatin, wehh auto kesemsem” balas Intan dengan girang. Keyra hanya tertawa melihat ekspresi Intan yang berlebihan. “Dadanya yang bidang rasanya pengen dipeluk tau gak. Belum lagi punggungnya yang tegap, aduh gak tahan…” Keyra dan Jasmine cengengesan mendengar penjelasan Intan. “Jadi penasaran, kayak apa sih” timpal Keyra. “Key, gue udah cap loh. Big bos punya gue, loe gak boleh ikut-ikutan.” “Gue jadi makin penasaran nih” ucap Keyra sambil sesekali melirik laporan keuangan hotel. “Penasaran boleh Key, tapi untuk urusan memiliki, pokoknya udah paten, milik gue. Gak bisa diganggu gugat.” Keyra tak lagi melanjutkan percakapannya dengan Intan karena ia sudah mulai fokus dengan pekerjaannya. Keyra bekerja hingga jam makan siang. Dari pagi hingga siang ia tidak meninggalkan kursinya sedetik pun. “Bos udah datang, kita harus menyambutnya” ucap kepala bidang keuangan yang bernama Bu Diandra. Keyra dan Jasmine serta staff keuangan yang lain mengikuti Bu Diandra. Di lobi hotel telah berdiri semua karyawan hotel di kedua sisi untuk menyambut datangnya sang pemilik hotel yang katanya memiliki kadar kegantengan level dewa. Pintu mobil terbuka, turunlah sang pemilik hotel dari mobilnya. Dari kejauhan proporsi tubuhnya memang sudah membuat banyak perempuan berteriak histeris. Tinggi, badannya tegap karena olahraga teratur, setelan jasnya bahkan semakin menambah kharismanya. Sedikit ke atas ke bagian wajahnya, rambutnya tertata rapi, sorot matanya tajam dengan bola mata berwarna hitam pekat. Hidung mancung, alis tebal dengan rahang tajam. Wow, perfect. Laki-laki itu berjalan semakin mendekat, para karyawan membungkuk. Namun, ada satu orang yang lupa caranya membungkuk, Keyra tidak bisa membungkuk. Tubuhnya kaku layaknya kayu tua yang akan remuk saat membungkuk. Intan yang berdiri di sampingnya menekan paksa punggung Keyra hingga membungkuk 90 derajat. Laki-laki itu berbalik dan tersenyum. “Terima kasih telah menyambut saya, terima kasih atas kerja keras kalian dan silahkan kembali bekerja.” Tepuk tangan menggema dengan riuh setelah sang pemilik hotel selesai dengan ucapannya. Intan menyikut Keyra karena lagi-lagi Keyra masih diam melongo. “Udah gue bilang loh Key, big boss milik gue. Loe malah pake caper segala” ucap Intan dengan kesal. “Key, tadi saya lihat kamu terlambat membungkuk. Lain kali diperhatikan yah, bekerja di hotel harus disiplin dan sopan. Saya harap kamu tidak mengulanginya lagi” ucap Bu Diandra. “Baik Bu.” “Loe sih Key, kenapa? Kesemsem juga sama big boss?” ejek Intan. Keyra tersenyum kecut. Seorang laki-laki menghampiri Keyra, Jasmine, dan Intan yang masih sibuk berbicara. “Kamu dipanggil bos” ucap pria itu sambil menunjuk Keyra. Keyra menghela nafas panjang. “Key, minta maaf yang bener” ucap Jasmine. Keyra mengikuti langkah pria berjas itu. Pikiran Keyra mulai tak tenang, jemarinya saling bertautan karena resah. Dengan langkah was-was Keyra masuk ke ruangan pemilik hotel. Sang pemilik hotel duduk di kursi kebesarannya di balik meja kerjanya. Laki-laki itu menatap Keyra tanpa berkedip. Keyra membuang muka karena tak tahan beradu pandang dengan laki-laki itu. “Apa seperti itu cara bersikap kepada atasan?” Keyra menghela nafas panjang dan memberanikan diri menatap wajah itu. Laki-laki itu berdiri, setiap langkahnya jelas menuju ke arah Keyra. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, empat langkah, dan kini laki-laki itu berdiri tepat di hadapan Keyra. Jarak Keyra dan laki-laki itu tak lebih dari 30 senti. Pinggang Keyra tertarik hingga tubuhnya membentur tubuh laki-laki itu. Deg…deg…deg… jantung Keyra hampir meledak. Cup, satu ciuman berhasil mendarat di bibir Keyra. “Miss you so much Key…” Karena Keyra masih mematung, Bastian kembali mencuri kesempatan mencium Keyra. Yah, pemilik hotel tempat Keyra bekerja adalah Bastian. Kali ini bukan sekedar ciuman singkat, namun ciuman Bastian semakin menuntut. Keyra akhirnya tersadar dan mendorong tubuh Bastian. Namun, Keyra bisa apa jika tubuhnya sudah berada dalam kekuasaan Bastian. Ciuman Bastian semakin menggebu-gebu, Keyra sadar betul bahwa ciuman Bastian akan mengarah ke hal yang tidak-tidak. Dugaan Keyra benar karena tubuhnya kini sudah digendong oleh Bastian dan masuk ke sebuah ruangan di balik meja kerja Bastian. Bastian membaringkan tubuh Keyra di ranjang. Keyra mulai memberontak namun tangannya ditahan oleh Bastian. “Gue gak mau Bas…” ucap Keyra dengan putus asa setelah Bastian melepaskan ciumannya. Nafas Keyra tersengal-sengal. Bastian menatap wajah cantik yang telah ia rindukan selama dua tahun ini. “Bas lepasin gue” Keyra memohon, namun Bastian justru menindih tubuh Keyra. “Bas…” Keyra berteriak saat Bastian mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja Keyra. “Bas, please…” sekali lagi Keyra memohon. “Lupa dengan kontrak kerja yang loe tanda tangani Key?” Keyra menajamkan pandangannya. Bastian menarik laci nakas di samping tempat tidur, Bastian menunjukkan kontrak kerja yang ditanda tangani oleh Keyra. “Loe yang tanda tangan Key, bisa liat gak? Disitu jelas tertulis kalo loe siap melakukan apapun perintah atasan.” Bastian tersenyum puas melihat ekspresi terkejut Keyra. “Kalo gitu gue berenti kerja Bas, gue mau berenti” ucap Keyra dengan nada tinggi. Bastian tertawa mengejek. “Key, liat kontraknya baik-baik. Kalo loe berenti gitu aja, loe harus bayar dendanya.” Keyra memeriksa kembali kontrak kerja yang pernah ia tanda tangani. “Sekarang loe nurut aja sama gue Key” ucap Bastian dengan tegas. “Bas, jangan Bas…” Bastian tidak memperdulikan permohonan Keyra. Keyra celingak-celinguk ke samping kanan dan kiri mencari sesuatu untuk menyelamatkannya. Tak ada apapun, Keyra merasa semakin terpojok. Terlebih saat Bastian tak henti-hentinya menciumi area leher Keyra. Sebuah desahan keluar dari bibir Keyra saat Bastian menghisap area lehernya. Bastian tersenyum penuh kemenangan. “Bas, lepasin gue” Keyra memohon dengan putus asa. Air mata Keyra menjadi saksi betapa putus asanya Keyra. Hanya air mata yang Keyra punya, hanya itu yang tersisa dan mungkin masih bisa meluluhkan Bastian. “Gue mohon Bas…please gue gak mau Bas…” air mata Keyra semakin deras membasahi bantal. Tatapan mata Bastian berubah seketika, hilanglah segala gairah Bastian saat melihat air mata Keyra. Keyra mendorong tubuh Bastian dan bangkit seketika. Keyra merapikan pakaiannya dan menghapus air matanya. “Kenapa loe jadi sebrengsek ini Bas? Punya salah apa gue sama loe huh?” teriak Keyra. PLAK, satu tamparan mendarat di wajah tampan Bastian. “Apa gue peelacur Bas? Huh? Apa di mata loe gue serendah itu?” Keyra kembali meninggikan suaranya. “Gue berenti Bas, gue gak mau kerja di hotel loe lagi. Gue bakalan bayar berapapun denda pembatalan kontrak kerja gue.” Keyra keluar sambil membanting pintu. Sekali lagi Bastian menghancurkan hati Keyra. **** Keyra sampai di rumah Jasmine lebih awal setelah menyerahkan surat pengunduran dirinya. Sekarang Keyra harus memutar otak bagaimana caranya membayar denda pembatalan kontrak. Tabungan Keyra tak seberapa sementara ia harus membayar nominal yang tidak sedikit. Keyra melirik ponselnya, namun ia enggan untuk meminta uang kepada kakaknya. Keyra membuka lemari dan menatap sebuah kotak. Kotak itu berisi kalung yang Bastian berikan pada Keyra dua tahun yang lalu. Keyra mengambil kalung itu tanpa ragu. “Persetan dengan kenangan Bas, loe sendiri yang menghancurkan semua kenangan kita.” Keyra keluar dari rumah Jasmine dan menuju ke toko perhiasan untuk menjual kalung itu. Keyra terkejut setengah mati ketika pemilik toko perhiasan itu menawarinya uang 500 juta untuk harga kalung yang Keyra bawa. Keyra tidak pernah menyangka bahwa kalung manis itu semahal itu. Di pikiran Keyra, kalung itu mungkin hanya beberapa puluh juta. Keyra ragu setelah mendengar harga kalung itu. Namun, setelah berpikir kembali akhirnya Keyra menanda-tangani akta jual beli. Kalung pemberian Bastian melayang untuk membayar denda pembatalan kontrak kerjanya. Keyra tersenyum kecut sepanjang jalan melihat nominal di rekeningnya. Keyra langsung menuju hotel dan menyelesaikan pembayaran dendanya malam itu juga. Keyra hanya sempat berpamitan dengan Jasmine dan staff keuangan yang lain. Setelah itu, Keyra membereskan barang-barangnya dan pergi dari Bali. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD