PART 1

2093 Words
Dua buah koper sudah berada di dalam troly. Aku segera mendorong troly keluar dari bagian pengambilan bagasi dan menemukan seorang gadis berjilbab dan berwajah pakistan tersenyum cerah ke arahku. Dengan cepat aku mendorong troly dan memeluk Anna. "kangen!!" seru kami bersamaan sambil tertawa. "Apa kabar?" tanya Anna seraya melepas pelukan kami dan mendorong troly ku. Aku tersenyum lebar. "baik. Lo sendiri gimana? Makmur banget ya hidup di Singapur" godaku dan dia hanya tertawa. "alhamdulillah, Cit. Tapi emang enak banget hidup disini teratur, gak ada polusi walaupun panasnya sebelas duabelas sama jakarta." Aku menganggukan kepala. Memang benar kata Anna, walaupun panasnya sama seperti Jakarta, namun Singapura teratur dan sedikit sekali mobil dan motor berkeliaran dijalan sehingga udaranya tidak terlalu berpolusi. Di Lobby bandara, kami disambut oleh seorang supir yang kemudian memasukan dua koper ku kedalam bagasi mobil SUV bermerek toyota Alphard. "selamat datang di Singapura" sapa Supir yang kuketahui bernama Pak Jumadi. "terima kasih, pak Jum" sahutku sambil tersenyum dan berjabat tangan dengannya. "masih tinggal sama Om Ridwan?" tanyaku seraya masuk ke dalam mobil mengikuti Anna yang sudah duluan duduk dikursi belakang penumpang. Sambil tertawa, Anna menganggukan kepalanya. Om Ridwan adalah adik dari ayah Anna yang bekerja sebagai wakil duta besar Indonesia untuk Singapura yang sudah berada di Singapura selama 3 tahun. "pantes makmur. Tempat tinggal gratis sama makan gratis" godaku dan dia lagi-lagi tertawa. "mau sewa apartemen gak boleh sama om Ridwan, Cit. Gue malah di omelin" kilah Anna. "lagipula awal-awal disini kan lo tau, gue honorer Cuma digaji 300 dollar, mau sewa apartemen apa coba." Ku anggukan kepalaku. "sekarang udah tetap kan? Seribu dollar mah bisa lah sewa di sekitaran Orchard." "kalo masih ada yang gratis kenapa harus sewa" celetuk Anna sambil tertawa. yang kuhadiahi jitakan dikepalanya. -------- Karena Anna masih tinggal dengan Omnya, otomatis aku juga akan tinggal seminggu ini di rumah Om nya Anna. Rumahnya masih berada lingkungan Kedubes Indonesia yang masih berada di daerah Orchard Road, tepatnya, dibelakang gedung kedubes Indonesia. Mobil yang dikendarai Pak Jum berhenti disamping sebuah rumah bergaya tahun 80-an. Tahu film warkop DKI? Ya, kira-kira seperti itu rumah yang akan aku tempati seminggu ini. Pak Jum segera mengeluarkan kedua koper ku dan meletakkan di depan pintu kaca rumah wakil dubes Indonesia ini. "makasih pak Jum" kataku sambil tersenyum. "sama-sama, mbak" pak Jum kemudian berjalan pergi entah kemana. Anna membuka pintu kaca dan mengajakku masuk. "yuk, masuk. Dirumah gak ada siapa-siapa Cuma pembantu soalnya om Ridwan sama tante Novi lagi pergi Umroh sepuluh hari" ucap Anna. Aku menatap sekeliling rumah ini. Begini toh rumah wakil duta besar Indonesia di Singapura. Begitu masuk ke dalam rumah, sudah di suguhi udara sejuk karena seluruh rumah di fasilitasi pendingin ruangan. Dihadapanku ada dua set sofa dan ada televisi juga dua buah piano. Ada kaca sepanjang rumah ini yang di lengkapi gorden otomatis. Disebelah kanan adalah ruang makan, sedangkan dapur ada di balik pintu dekat ruang makan. Ada dua buah dapur, satu dapur bersih dan satu dapur kotor. Juga ada satu kamar pembantu dan gudang. "anak-anaknya kemana?" tanya ku saat memperhatikan rumah ini begitu sepi. Begitu juga di lantai 2 yang terlihat sangat sepi tak berpenghuni. "pada ikut. Kan umroh, bukan naik Haji. Kita sekamar aja ya, gue takut tidur sendiri. rumah sepi sih" Anna menarikku menuju kamarnya tepat disamping tangga menuju lantai dua. "ada berapa kamar?" tanyaku sambil duduk di kasur. "7 kamar, gak dihitung sama kamar pembantu ya" jawab Anna ikut-ikutan duduk dikasur. Aku merebahkan badan di kasur empuk dan memjamkan mata. "gila, banyak banget." "kalo ada tamu dari Indonesia biasanya nginepnya disini, Cit. Kaya artis tanggung, tuh nginepnya disini. Kalo Syahrini sih mana mau" seru Anna sambil tertawa. Aku ikut tertawa. "syahrini naik pesawat aja ogah bareng orang lain, apalagi tinggal disini, ya" sahutku. "Ann" panggilku saat tidak mendengar sahutan Anna. aku membuka mataku kemudian melirik ke arah tempat Anna berbaring. "ANNA!!! KOK MALAH TIDURR" jeritku kesal. --------- Setelah beristirahat beberapa jam, aku dan Anna sudah rapih akan pergi ke tempat wisata pertama, yaitu Garden by the bay. Menurut Anna dan google, Garden by the bay akan terlihat lebih bagus saat sore hingga malam hari. Apalagi malam minggu seperti ini, pasti akan ramai. Kami sudah duduk didalam mobil yang tadi siang menjemputku. Aku cukup bersyukur bisa naik mobil sekelas Alphard yang jika di Jakarta hanya bisa ku nikmati dari jalanan ibukota. Sedangkan disini, Alphard yang sedang kunaiki ternyata mobil dinas wakil dubes Indonesia. Hmm, tidak salah. "coba Jakarta begini tiap hari, gue gak perlu ke kampus subuh-subuh" gumamku menatap lalu lintas jalanan Singapura yang sangat tertib, rapih dan tidak ramai. "kalau udah lulus, kesini aja nanti gue bantu cari kerjaan" sahut Anna. "eh tapi kok lo kurang ajar ya, harusnya kan manggil gue kakak" tambah Anna. Aku lantas tertawa. Aku bahkan sudah lupa jika Anna adalah kakak kelasku saat SMA. Ya, Dia kakak kelasku. Aku bahkan lupa bagaimana kami dekat karena yang hanya bisa ku ingat adalah saat Anna mengatakan akan mengajar di Singapura setelah cewek itu sudah resmi menyandang Sarjana Sastra dari salah satu universitas negeri di Jakarta. "lo juga diem aja pas gue gak manggil lo 'kak' lagi" kilah ku. Anna menepuk-nepuk bahuku. "untuk lo kesayangan" ujarnya yang ku balas dengan senyum lebar. Mobil berhenti di lobby Garden by the bay dan aku juga Anna segera turun dari mobil. Ada cukup banyak bus dan mobil juga taksi yang berada di area drop off untuk menurunkan penumpang dan wisatawan. Setelah ku perhatikan lebih lama, sepertinya sedang banyak wisatawan dari Jepang dan Korea karena telingaku pun juga menangkap bahasa Korea dan Jepang. Sebelum membeli tiket masuk, aku dan Anna berfoto dengan latar belakang flower dome dan Marina Bay yang –walaupun sudah sore- masih terlihat menawan. Setelah itu kami berjalan cukup jauh meuju tempat penjualan tiket, dan seperti statement nya diawal, Anna yang membayar tiket masuk. Kami menghabiskan cukup banyak memori, batre handphone dan gopro yang ku bawa untuk berfoto dan bervideo narsis. Jika aku datang kesini tanpa Anna, aku mungkin tidak akan melakukan hal melakukan seperti video selfie yang tadi kami lakukan. Benar-benar menggelikan. Pukul 8 malam kami keluar dari cloud forest dan memutuskan untuk mengisi perut di McDonalds. Selain karena dekat, McDonalds pun sudah terjamin makanannya. Aku dan Anna asik tertawa sambil menikmati burger –hanya burger yang dijual di McDonalds Singapura- dan melihat foto-foto yang tadi kami ambil. "Ann, gue malu deh temenan sama lo. Norak banget ih pake video selfie berasa artis. Emang gue Syahrini apa pake video begini segala" kataku tanpa bisa mengalihkan mata dari layar handphone Anna. Video itu berisi tentang aku dan Anna yang melambaikan tangan dan berkata "hallo Indonesia, kita sekarang lagi ada di Garden by the bay, nih" kira-kira seperti itu dan bagiku sangat menggelikan. Anna tertawa. "daripada foto Cuma senyum doang, terus piss kaya gitu bosen tau, alay" sahut Anna. "tapi tetep aja, Ann. Malu tadi diliatin orang-orang." Anna menyesap coca-colanya. "they don't give a s**t, actually. Disini semua individualis, darling. Cuma orang Indonesia yang peduli kalo diluar begini." Sebagai balasan untuk ucapan Anna, aku hanya menganggukan kepala. Jarang memang bisa menang berdebat dengan Anna. Sambil menghabiskan kentang, aku memperhatikan orang-orang disekitar tempat duduk ku berada. Aku yang duduk berhadapan dengan Anna mengernyit melihat cewek itu tersenyum tapi bukan kepadaku. Penasaran, aku pun membalikan badan untuk mengetahui kepada siapa Anna tersenyum. "lo senyum-senyum sendiri?" tanyaku saat tidak menemukan orang yang disenyumi oleh Anna. "hah? Ngga kok. Bibir gue kan emang begini, gak senyum juga disangka senyum" kilahnya membuat ku tertawa ngakak. "lebar juga ya bibir lo" sahutku diantara tawa. Anna membersihkan bibirnya dengan tisu. "udah ah yuk, kan mau ke Orchard makan es krim hits. Nanti keburu malem trus kehabisan" Anna berdiri dari kursinya. Aku menyesap coca-cola ku dengan satu kali hisapan kemudian mengikuti Anna yang sudah lebih dulu berjalan menuju pintu keluar McDonalds. ~||~ Seperti di negara maju lainnya, di Singapura pun kami tidak boleh memberhentikan mobil sesuka kami, sehingga pak Jum akhirnya menurunkan kami di lobby drop off mall ION Orchard. Dari sana, aku dan Anna harus berjalan lagi menuju pintu keluar dengan melewati bagian dalam mall menuju ke jalan Orchard Road. "mall di Orchard tuh kaya di bekasi, Cit. Sebelahan, sebrangan" seru Anna. Aku tertawa dan menganggukan kepala. Iya juga. "tapi disini teratur. Mall nya beneran sebelahan jadi kalo lo nyari sesuatu yang gak ada di mall ini, bisa ke mall sebelahnya" Anna tiba-tiba sudah menjadi tour guide kembali. Aku menatap sekeliling. Setiap pintu masuk mall diberi undakan 5-10 tangga dan banyak orang-orang yang duduk di tangga. Hanya saja paperbag yang mereka pegang bertuliskan Forever 21, H&M, Top Shop, hingga Hugo Boss atau bahkan Chanel. Sangat kontras dengan Indonesia yang memegang plastik bertuliskan departement store semacam matahari, atau donat J.co . Ada sebuah keramaian dan sorakan heboh didepan sebuah pintu mall yang aku lupa namanya. "ada apaan tuh, Ann?" "kalo di Jakarta itu dia semacem pengemis gitu Cuma sirkus dan sendirian" jelas Anna. "eh mau eskrim Orchard gak?" "mau lah!!" seruku. "belinya di deket tempat penyebrangan aja. itu paling hits, ada foto artis indo" Anna menarikku berjalan cepat menuju tempat yang dimaksudnya. Tempat jualan es krim yang di maksud Anna sama dengan penjual eskrim yang ku lihat tadi. Sama-sama menggunakan sepeda, penjualnya sama-sama sudah berumur. Yang berbeda hanya yang tadi penjualnya seorang nenek sedangkan disini seorang kakek-kakek. "mau eskrim rasa apa?" Dan yang paling keren, dia bisa berbahasa Indonesia. "coklat" jawabku sambil tertawa kecil. "lo apa, Ann?" "durian" jawab Anna kemudian mengeluarkan dompet kecil berisi recehan. Aku segera menahan lengan Anna. "kalo ini doang gue masih bisa bayar sendiri" ucapku. "gak apa-apa. justru kalo disini gue bisa bayarin lo kalo ditempat lain nanti lo bayar sendiri" sahutnya kembali tertawa. Setelah menerima es krim dan Anna membayarnya, kami berjalan menuju tempat penyebrangan jalan. Ikut mengantri bersama orang-orang. Saat lampu hijau untuk orang menyala, aku segera berjalan diikuti dengan yang lainnya. Saat sampai di sebrang, aku baru menyadari bahwa Anna tidak ada disampingku. Panik melandaku. Bukan karena aku tidak tahu jalan. Aku bisa saja pulang naik taksi hanya saja aku takut Anna malah mencariku karena handphone ku tidak aktif saat ini. Aku belum sempat membeli nomor singapura. Aku menghela nafas begitu melihat Anna masih berada di sebrang. Cewek itu memberi kode untuk menahanku tetap disini sambil cewek itu menelepon seseorang, terlihat dari handphone yang berada di telinganya. Aku menganggukan kepala dan memberikan tanda oke kepadanya dan mencari tempat untuk duduk. Saat aku melihat-lihat, aku baru sadar bahwa sekarang aku sudah berada di depan mall yang paling terkenal, yaitu Paragon Mall. Kenapa aku bilang paling terkenal? Karena banyak artis yang sering foto didepan mall ini. Bukan hanya artis, tapi orang-orang Indonesia yang ke singapura pasti berfoto di depan mall ini. mungkin hal ini menjadi seperti ketika kita pergi ke jogja rasanya kurang afdol kalau tidak berfoto di tulisan jalan maliboro. Ya seperti itu, mungkin. Karena sekarang malam minggu, aku harus puas dengan bersandar pada sebuah dinding keramik berwarna hitam yang ditengah-tengahnya terdapat karya seni dengan tiga bentuk manusia sambil menunggu Anna. Es krim ku sudah habis dan Anna belum juga menghampiriku. Hari sudah semakin malam, walaupun begitu masih banyak orang yang berada di daerah ini. Bahkan sepertinya masih ramai. Aku menegakkan tubuh kembali dan berjalan menuju tempat penyebrangan. Tapi aku tidak menemukan Anna disana. Ragu-ragu, akhirnya aku berniat kembali ke tempat tadi menunggu saat aku hampir saja menabrak seorang laki-laki yang berlutut tepat dihadapanku. "i'm sorry" ucapku saat hampir saja menabrak tubuhnya. Lelaki itu tidak mendongak sama sekali. Membuat ku kebingungan. Apalagi saat melihat beberapa orang mulai memperhatikan kami. Keadaan kami yang seperti ini membuatku teringat seorang lelaki yang ingin melamar seorang wanita. Aku menggelengkan kepalanya dan menggerakkan kakiku, saat suara pria itu akhirnya masuk ke telingaku dan menghentikan langkahku. "will you marry me?" tanya lelaki yang sekarang berlutut tepat dihadapanku. Aku terdiam, tidak tahu harus berbuat apa karena aku tidak kenal dengan lelaki di hadapanku ini. Pertanyaan lelaki itu sukses membuat orang-orang yang lewat di sekitar kami berhenti berjalan dan memperhatikan kami. oh, God!! This is embarrasing. "sorry, i think you propose the wrong women" sahutku akhirnya setelah menemukan kembali suaraku dan berusaha menahan malu dan ingin segera kabur dari tempat aku berdiri. lelaki itu mendongakkan kepalanya lalu berdiri dan menarik kedua tanganku kemudian dia menggenggamnya dengan erat. "tidak. aku tidak salah melamar seorang wanita" jawabnya membuat ku kaget karena ternyata dia bisa berbahasa indonesia. "so, will you marry me?" Suara riuh berisik "say yes" disekelilingku membuatku panik dan tanpa sadar menganggukan kepalaku. "thank god" dan lelaki itu langsung memeluk tubuh kaku ku dengan erat diikuti sorak sorai pejalan kaki yang kini resmi menjadi penonton adegan lamaran lelaki yang tidak ku ketahui ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD