Prolog : Pandora Box

1319 Words
Awal bulan November, menjadi awal bulan datangnya musim dingin di Kota Beishan. Seorang gadis berusia dua puluh enam tahun berjalan cepat menembus jalanan beraspal yang perlahan sudah mulai tertutupi salju. Rambut panjangnya bertiup ringan kesana kemari mengikuti ritme angin yang bertiup cukup kencang malam itu. Mantel tebal, sweater dan sarung tangan yang ia kenakan nampaknya masih belum cukup untuk menghalau suhu dingin, temperatur sudah berada di bawah titik nol derajat celcius, sedari tadi ia terus meniup dan menggosok-gosok kedua telapak tangannya sekedar untuk mengurangi rasa dingin yang serasa menusuk hingga ke tulang. setelah beberapa saat berjalan Sampai di depan sebuah gerbang berukuran besar . dibalik gerbang tersebut nampak empat blok bangunan flat empat lantai, Flat Yueyin, begitulah biasanya orang-orang menyebutnya, sebuah komplek flat yang terdiri dari empat blok bangunan dan masing-masing bangunan terdiri dari empat lantai. Tak jauh dari pintu gerbang terdapat sebuah pos security dengan ukuran tidak terlalu besar. Begitu melihat Gadis itu memasuki pintu gerbang Wei Long petugas keamanan yang malam itu bertugas menyapanya dengan hangat. “Kau baru pulang Shi Hui? sepertinya hari ini kau lembur lagi ya?’” “Iya Shu shu.” Jawab Shi Hui sembari tersenyum ramah, uap seketika menyeruak dari mulutnya saat ia berbicara. “Baiklah cepat masuk, cuaca hari ini sangat dingin.” Shi Hui segera mengangguk dan melanjutkan langkahnya menuju salah satu blok flat empat lantai, bangunan flat tempat tinggalnya berada berada di ujung utara, bangunan empat lantai dengan cat berwarna krem. tempat tinggalnya selama lima tahun terakhir, ia melongok ke atas, sudah pukul setengah dua belas malam, nampak sebagian besar lampu-lampu kamar flat empat lantai itu telah padam, Biasanya jam seperti ini suasana di sekitar flat masih sangat ramai. Flat ini mayoritas dihuni oleh keluarga kecil , di hari-hari biasa para laki-laki asik bermain catur atau sekedar mengobrol, anak-anak sibuk berlarian kesana-kemari, para ibu-ibu asyik menonton serial drama di ruangan bersama yang memang disediakan oleh pengelola panti, sembari tak henti-hentinya menghujat karakter antagonis yang tak kenal dosa, sesekali terdengar tertawa terbahak-bahak lalu beberapa menit berganti menjadi suara isakan tangis, Jika sedang tak banyak pekerjaan menumpuk Shi Hui beberapa kali ikut bergabung untuk sejenak mencari hiburan dan melepas penat, itulah salah satu yang membuat Shi Hui betah tinggal di flat ini selama bertahun-tahun, karena meskipun seorang diri ia merasa seperti memiliki keluarga besar. Namun hari ini suasana flat terasa lebih sunyi sebagian besar penghuni flat mungkin sudah berada di alam mimpi sembari meringkuk di bawah selimut tebal yang hangat, maklum saja salju yang mulai turun beberapa hari ini membuat suhu udara menjadi jauh lebih dingin. setelah membersihkan butiran-butiran salju yang menempel di mantelnya ia bergegas menapaki satu demi satu tangga flat menuju kamar tempat tinggalnya yang berada di lantai tiga. Kamar bernomor C3-15, salah satu kamar di antara flat empat lantai yang terletak di sudut kota Beishan tempatnya tinggalnya selama lima tahun terakhir ini, ukurannya tak terlalu besar, sebuah ruangan minimalis yang terdiri dari sebuah ruangan berukuran 4x6 meter lengkap dengan sebuah kamar mandi serta dapur berukuran minimalis di sudut kanan ruangan. Setelah menyalakan penghangat ruangan gadis itu membuka ranselnya dan mengeluarkan barang-barang yang baru saja ia beli di toko persimpangan jalan tak jauh dari flatnya, sebotol Bai Jiu dan sepotong cake lengkap dengan lilin ulang tahun. Ia menaruh cake itu di atas sebuah piring kecil, kemudian mengisi gelas sloki dengan Bai Jiu dan menatanya di atas meja. Gadis itu terdiam beberapa saat, Ia merasa ada sesuatu yang kurang. Ah, yang berulang tahun belum ada! ia menepuk keningnya, kemudian buru-buru berjalan ke arah lemari yang terletak di dekat tempat tidur, berjinjit mengambil box berwarna biru muda di atas lemari, dan membawanya ke arah meja, perlahan ia membuka kardus itu, Ia menghela napas panjang, tatmosfir seketika berubah rasa pedih yang sama selalu menyeruak tiap kali ia membuka box itu, Ia lalu mengeluarkan sebuah pigura foto dari dalam box —foto seorang gadis dengan rambut panjang sebahu sedang tersenyum- dan kemudian meletakkannya diatas meja. ♪ zhù nǐ shēng rì kuài lè ♪ ♪ zhù nǐ shēng rì kuài lè ♪ ♪ zhù nǐ shēng rì kuài lè ♪ ♪ zhù nǐ yǒngyuǎn kuài lè ♪ “Sheng ri kuai le!!!.” Gadis itu menyanyikan lagu selamat ulang tahun kemudian mengatupkan kedua telapak tangannya rapat-rapat, meniup lilin yang sudah ditaruh diatas cake. Tangannya kemudian meraih sebotol Bai Jiu yang sudah ia siapkan dan menuangkan isinya ke dalam gelas sloki. “Ganbai !!!!” Tangannya mengangkat gelas itu keatas mengarahkannya ke arah foto An Na, seakan-akan sedang bersulang. Namun nyatanya ia hanya seorang diri. hanya ada ia dan pigura itu. Untungnya ia sedang berada di dalam kamar sendirian kalau tidak bisa-bisa ia dikira orang tak waras, berbicara sendiri, bersulang sendiri. Hari ini seperti tahun-tahun sebelumnya, Shi Hui merayakan ulang tahun dua orang, ulang tahunnya sendiri dan ulang tahun gadis yang ada di dalam pigura foto itu, yah mereka memiliki tanggal ulang tahun yang sama. Ia terdiam, menikmati minuman itu mengalir di tenggorokannya yang sudah terasa kering sejak tadi. “Maaf aku hampir terlambat, tapi ini belum jam dua belas malam jadi masih bisa dihitung kan.” kata gadis itu sembari tersenyum, dan tentu saja tak ada jawaban. “Tidak terasa sudah lima tahun berlalu, tapi aku masih belum menemukan titik terang apa yang sesungguhnya terjadi padamu, kalau saja saat itu aku bisa kembali lebih cepat pasti semuanya tak akan terjadi kan, pasti sekarang kita bisa merayakan ulang tahunmu bersama-sama, kalau saja—” gadis itu mulai menggumam. Ah ini hari ulang tahunmu lebih baik kita membicarakan sesuatu yang menyenangkan bukan? Gadis itu diam sejenak, memikirkan hal apa yang ingin ia bicarakan. “Kemarin aku baru saja pulang ke Chenguang, kau tahu Wang Ayi baru saja mengadopsi seekor kucing kecil yang sangat lucu dan memberinya nama puchi, dia sepertinya ditelantarkan oleh pemiliknya terlantar bulunya kotor dan penuh luka, tapi setelah dimandikan ternyata kucing itu memiliki bulu yang sangat cantik, matanya bulat berwarna biru, anak-anak panti sangat suka bermain-main dengannya.” “Kau tahu, tanaman di halaman Chenguang semakin banyak dan beragam saja, lama-lama lahan tempat dulu kita bermain benar-benar akan habis berganti kebun tanaman Wang Ayi.” Shi Hui tertawa terkekeh sambil menenggak sedikit demi sedikit minuman yang ada di dalam gelasnya. ….. …. “An Na, kau tahu pria yang kuceritakan tempo hari? dia bilang kalau dia mencintaiku,” Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya. “Kau tahu kan seumur hidup aku tidak pernah mencintai seseorang, dan juga belum pernah ada lelaki yang mengatakan hal seperti itu kepadaku, jantungku serasa mau copot.” “An Na….menurutmu apakah dia sungguh-sungguh?” “Aku— aku takut kehilangan lagi.” Ia meneguk gelas demi gelas minuman itu hingga yang tersisa hingga seperempat botol saja, malam semakin larut. Sunyi Toleransi alkohol gadis itu bisa dibilang cukup tinggi, barulah setelah satu botol minuman itu nyaris habis ia mulai merasa mabuk, Ia melihat jam dinding di ruangan sudah pukul satu malam, besok ia harus pergi ke kantor, tak lucu rasanya jika ia jadi satu-satunya yang terlambat lagi dan lagi. Sambil terhuyung ia bangkit hendak membereskan barang-barang yang ada di atas meja, tiba-tiba... Prangg!! Tangannya tak sengaja menyenggol pigura foto yang ada di atas meja membuat kaca pigura itu pecah berantakan. Sambil terhuyung ia berlutut untuk mengumpulkan kepingan-kepingan pigura yang sudah pecah berantakan di lantai. mengutuki kecerobohannya sendiri, membuat pigura itu jadi berkeping-keping. Namun matanya mendadak terpaku pada selembar foto. Bukan foto An Na , melainkan ada foto lain tersembunyi di baliknya. Foto seorang lelaki. Foto siapa? Aku tidak pernah sadar ada foto itu di situ. Dengan pandangan yang mulai remang-remang karena efek minuman tadi ia memperhatikan dengan seksama sosok lelaki yang ada di foto itu, pria berwajah tampan, dengan tatapan mata tegas dan sebuah senyuman hangat. Matanya terbelalak, jantungnya seketika berdegup kencang, perasaanya seketika dibuat bercampur aduk. Wajah pria di foto itu adalah wajah yang sangat familiar baginya ia sekali lagi memandangi sosok di foto itu, memastikan kalau dirinya tidak salah lihat.... tatapan mata itu...senyum itu... Dia….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD