Mantan Terindah

1368 Words
"Gimana.. gimana ngdatenya ? Berjalan mulus gak ? terus lo udah jadian sama Ari?" tanya Okta antusias. "Gilak mulus apanya plagiat gitu. pokoknya kita harus bikin aturan main, gue gak mau sampai ketemu orang kayak gitu lagi. lo kudu catet dibuku besar kita" titah Raya "Lah.. emang kita punya buku besar" tanya Okta polos. "Lah.. emang selama ini lo gak nyatet apa-apa? terus kemarin-marin lu nyatet apa?" Raya balik bertanya. Okta nampak menggeleng lemah. "Aduh Ta.. yaudah mulai sekarang kita perlu adain. lo sebagai sekertaris gue. lo kudu catet ciri-ciri mantan, tandain yang mana mantan terindah kasih listnya. Kita buat proyek mengetahui jenis-jenis mantan" bukan hanya burung saja yang banyak jenisnya mantanpun banyak jenisnya iyah gak? "Ahsiiaaappp bos!" Jawab Okta mantap. "Heeehh.. kayak Atta ajah lo.." cibir Raya menjulurkan lidahnya. Yah.. jika kredit kepemilikan kendaraan bermotor ada syarat maka memiliki Raya juga harus melampaui beberapa syarat. syarat yang selalu Raya berikan yaitu : 1. Jangan pernah coba buatkan seorang Raya puisi, karena Raya bisa membuat puisi yang lebih bagus dari yang dibuat, dalam waktu 5 menit. 2. Jangan coba mencari simpatik Raya dengan sok romantis, karena isi otak Raya bisa membuat cerita yang jauh lebih romantis dan itu sangat tidak Raya suka, itu merusak dunia halusinasi Raya. 3. Jangan pernah minta skin to skin ship. dengan sabuk hitam taekwondo yang Raya dapat dari usianya 14 tahun, membuat para lelaki tak ada yang berani melanggar peraturan yang ketiga ini pastinya. skin to skin ada dengan pengecualian jika Raya yang menginginkannya. 4. Karena terlalu banyak laki-laki yang mendekati Raya karena itu, Raya memberi jatah 5 hari/orang. Bisa lebih pendek atau bisa lebih panjang masanya tergantung mood Raya. 5. Gak akan ada larangan untuk seorang Raya menduakan-menigakan- dst dalam satu hubungan. "sekian semua yang mau jadi next mantanku selanjutnya harus memenuhi syarat diatas." "Gilak lo Ray.. gak ada yang lebih nyeleneh lagi syaratnya?" tanya Okta heran sendiri setelah ia selesai menulis dan membaca ulang. "Kenapa lo ragu pesona gue gak bisa nembus, gara-gara syarat begitu? lo tau gak cowok tuh paling suka ditantang" jawab Raya bangga. Ia ingat teman-teman SD nya dulu justru akan sangat bersemangat menjalankan tantangan. "tapi sebelum itu gue mau minta maaf dulu sama Adnan. Kemarinkan Ari nyolong puisi dia demi gue" tambah Raya sambil berlalu. Adnan adalah teman sekelas Raya, orangnya sedikit gemuk dan pemalu namun ia sangat cerdas dalam membuat puisi dan sejenisnya bahkan karyanya sudah diakui satu provinsi. membuat seorang Raya menaruh kagum padanya. "Hei.. Adnanyah? gue Raya" sapa Raya hangat sambil menjulurkan tangannya bermaksud berkenalan ulang. cukup lama tangan Raya berada diudara tanpa balasan dari Adnan. Ia hanya tertunduk diam. "Gak mau kenalan nih ?" tanya Raya kembali sambil menarik kembali tangannya yang kosong. "Mau Ray.. mau kok" jawab Adnan malu-malu bahkan suaranya hampir tak didengar Raya. "Kenapa Nan?" Raya bermaksud menggoda pemuda itu, ia ingin melihat apakah seorang Adnan berani menatapnya balik. "Aku udah kenal kamu lama, bahkan waktu kamu masih SMP. Mungkin kamu gak tahu kita dulu satu SMP Ray." jawab Adnan tanpa Ragu. "apa iyah?" Raya balik bertanya kedirinya sendiri. Ia ragu mengenal Adnan juga karena memang Raya yang tak begitu peduli lingkungan sekitar. "Kamu pasti lupa yah Ray" Melas Adnan. "Bukan..bukan lupa. tapi tepatnya belum mengenal. Kalau sekarangkan kita udah kenalan jadi aku gak mungkin lupa sama kamu" entah mengapa Raya menggunakan kata yang lebih halus diakhir kalimatnya, mungkin itu semua karena sifat Adnan sendiri yang memang santun. membuat Raya ingin memposisikan dirinya jadi lebih baik. "Kalau gitu nanti pulang sekolah bareng yuk" ini kali pertamanya Raya menemukan teman SMPnya saat diSMA. Karena itu Raya tak ragu mengajak Adnan pulang bersama. sepulang sekolah Raya dan Adnan tampak berjalan beriringan, terlihat Raya yang tertawa tak henti karena selain jago puisi Adnan juga jago stand up comedy. membuat Raya tak henti-henti tertawa terpingkal-pingkal. "Aduh kamu kok lucu banget, siih mana endut eemmezzz tau!" ucap Raya dengan nama manjanya sambil menunjuk perut Adnan yang maju kedepan. "hehehe.. kamu juga cantik Ray." balas Adnan "apa sih gak nyambung tau" sebenarnya Raya malu sendiri dirinya dibilang cantik, karena sejak awal ia bicara dengan Adnan hatinya sudah merasakan nyaman. dengan tersipu Raya pamit pulang lebih dulu. Ia mempercepat langkahnya agar Adna tak dapat mengejarnya. tiba-tiba saja. "Heh gendut!.. bisa-bisaan lo jalan sama cewek gue" seringai Reinal ke Adnan tentu saja pastinya Raya bukanlah pacar Reinal. "setahuku Raya tak punya kekasih, lagipula gadis seperti dia tak akan memilihmu menjadi pacarnya" "Berani juga lo gendut! liat apa lo masih bisa ngomong setelah ini" Reinal langsung menghujami pukulan demi pukulan ketubuh Adnan. Adnan sebenarnya bisa membalas ia kebetulan telah berlatih kudo lama. namun ia tahu ilmu bela diri bukan digunakan pada sembarang tempat. biar saja jika hanya dipukul seorang Reinal bagi Adnan itu hal kecil. Raya yang menunggu lama kedatangan Adnan jadi bertanya sendiri dalam hatinya 'Adnan mana sih ? Kok lama banget jalannya.? dia ngejar gue gak sih tadi? apa jangan-jangan dia lagi beli somay dulu terus lupa sama gue? wah gak bisa gue harus balik lagi kayaknya' setelah jarak semakin dekat Raya yang dapat melihat Adnan sedang dipukulipun segera berlari, kini posisi Adnan ada dibawah dengan kaki Reinal yang terus menghujami tendangan diperutnya. "Apa-apan lo!" teriak Raya histeris. ia sudah mendorong Reinal sekuat tenaga hingga Reinal terjungkal kebelakang. "Lo gak apa-apakan?.. hiks...hikss.." Raya bahkan sudah menangis disebelah Adnan. Ia tak sanggup melihat keadaan Adnan. "apa bagusnya laki-laki gembrot itu? Sampai lo mau sama dia?" seringai Reinal yang telah kembali keposisi berdiri. "Terus kata lo perbuatan lo bagus gitu? Lo tau gue lebih rela jadi pacar Adnan ketimbang jadian sama lo" memang sekitar 2 hari yang lalu Reinal menembak Raya. saat itu Raya masih bimbang, tapi kini ia tak lagi bingung mengetahui sifat asli Reinal. sementara Adnan kaget sendiri dengan pernyataan Raya. ia begitu bahagia Raya menganggapnya ada. suatu hal yang jarang dilakukan wanita lainnya. "Jadi gitu. kalau gitu gue bakal habisin dia hari ini juga. biar gak ada alasan buat lo nolak gue" sahut Reinal yang amarahnya sudah tersulut sempurna. "Jangan.. jangan pernah lo ngusik hidup Adnan, gue gak bakal terima jika sampai terjadi suatu hal sama dia" marah Raya ditengah isak tangisnya, seluruh wajahnya bahkan sudah memerah, kakinya bergetar hebat. jika saja ia menghadapi Reinal yang biasa mungkin Raya akan berani. tapi kini yang didepannya Reinal yang sedang dibakar emosi. sehebat-hebatnya Raya ia tak akan menang melawan laki-laki. apalagi sekarang ia harus menjaga Adnan dari serangan Reinal. "Gue bakal nurutin mau lo. tapi tolong jangan libatin Adnan sama sekali" pinta Raya ke Reinal. Ia sudah putus asa. baginya Adnan jadi begini karena dirinya. "Hahahaaa... kalau gitu mulai sekarang lo jadi pacar gue" Reinal sama sekali tak mau menyia-yiakan kesempatan yang ada. Raya tampak berfikir sekalipun ia tak pernah sudi menjalani hubungan dengan bajing*n seperti Reinal. tapi ia juga tak bisa mengabaikan keselamatan Adnan. ia tak mau orang yang tak bersalah mendapat musibah. "Baik.. tapi dengan syarat, jangan pernah lo sentuh Adnan lagi" kembali Raya memperingati dengan jari telunjuknya. mendapat jawaban dari Raya membuat Reinal tertawa puas dan pergi meninggalkan Raya dan Adnan. melihat kepergian Reinal, Raya buru-buru membantu Adnan untuk berdiri. "Maafyah gara-gara aku" ucap Raya sambil memgalungkan tangan Adnan kepundaknya. "Gak usah Ray.. aku bisa sendiri" jawab Adnan nampak kekecewaan dari tiap ucapannya. Adnan yang memaksa untuk bangun sendiri memilih pergi menjauh. baginya lebih menyakitkan mendengar Raya dan Reinal berpacaran dibanding dipukul ribuan kali. dan sejak saat itu Raya tak lagi melihat Adnan, ia bahkan sudah pindah sekolah tanpa mendengar satupun kata dari Raya. "Huhuhuhu.. Ta.. Adnan... Ta..." sedih Raya, matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. "Ya ampun Ray.. lo kenapa si Ray? lo kemasukan setan bucin* yak ? tanya Okta ia daritadi terus saja geleng-geleng melihat kelakuan Raya. "Catet Ta.. Adnan mantan terindah gue. inget tuh catet" pinta Raya bagai orang mabuk. "Iyah.. iyah gue catet. terus gimana sekarang lo sama Reinal?" "Gak usah bahas dia! gara-gara dia cinta yang baru gue pupuk harus mengering sebelum berbunga" jawab Raya kembali sambil mempraktekkan mekarnya bunga dengan tangannya. "lo bisa bilang gitu, tapi apa Reinal bakalan setuju ? dia pasti bakal ngejar lo mati-matian. apa lagi lo pacarnya dia sekarang. apa lo yakin gak akan ada Adnan-Adnan selanjutnya nanti?" Okta mencoba menasehati Raya, ia juga tak terima Reinal terlalu lama mempunyai hubungan dengan sahabatnya Raya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD