Ghost 7

1079 Words
"Selamat pagi."  "Pagiii ... " serentak suara seisi kelas saat dosen baru itu menyapa semua mahasiswa. "Seperti kalian ketahui, selama sebulan ini Pak Tito sedang cuti dan saya yang akan menggantikan beliau sementara. Sebelum kita memulai kelas kita kali ini, saya ingin melakukan perkenalan terlebih dahulu. Dimulai dari saya selanjutnya saya akan memanggil kalian satu persatu, berdasarkan tugas kalian minggu kemarin yang akan kalian kumpulkan sekarang di meja saya. Silahkan, simpan dengan tertib." Ujar lelaki yang ternyata dosen pengganti Pak Tito itu tegas namun ramah.  Semua teman-teman Dayu berlomba untuk menjadi yang pertama disebut oleh dosen ganteng itu. "Thay, titip punya gue." Bisik Dayu. Athaya mengiyakan dan berlalu menuju ke depan. "Itu punya siapa?" tanya sang dosen pada Athaya. "Punya saya." "Kenapa ada dua?" "Oh, satunya lagi punya teman Pak." Jawab Athaya dengan wajah tanpa dosa. "Kenapa kamu yang bawa?" "Ngga apa-apa, saya lagi pengen berbuat baik aja." Ujar Athaya sambil tersenyum, yang langsung mendapat sorakan dari teman-temannya yang kebetulan berada tak jauh darinya. "Kalau mau berbuat baik sama orang yang tidak mampu. Nama kamu siapa?" ujar Yassa yang membuat Athaya semakin malu  "Athaya." Dosen itu memisahkan diktat milik Dayu, dan menyimpannya di bagian paling bawah setelah semua diktat terkumpul. "Sudah beres semuanya?!" "Sudah Pak!!" "Baiklah, perkenalkan nama saya Yassefa Radeva Vilas. Kalian bisa panggil saya Yassa. Sudah cukup, sekarang saya akan panggil kalian satu persatu!" "Status please ..." sebuah suara di belakang Dayu yang bernada genit terdengar dengan lantang. "Single." Jawab dosen itu singkat. "Alamatnya dong Pak, kali aja kita tetangga." Sambung Vira yang duduk di deretan depan. Kompak semua orang menyorakinya membuat suasana kelas menjadi semakin gaduh. "Attention please ... terima kasih, soal alamat Anda bisa menanyakan pada bagian TU. Sekarang saya akan langsung panggil nama kalian, tolong perhatikan!" "Susanna Devina Waldi!" Yang pertama dipanggil adalah Susan, karena tadi dia yang paling semangat langsung melesat ke depan setelah Yassa mempersilahkan. "Saya Pak!!" ujar Susan sambil langsung berjalan ke depan. "Anda mau kemana?!" tanya Yassa. "Mau ke Bapak, kan kita mau kenalan." Ujar Susan dengan genit. "Maaf, Anda cukup berdiri saja dan tidak perlu ke depan. Silahkan kembali ke tempat Anda." Tegas Yassa, namun Susan yang ngeyel tidak mau berbalik hingga Yassa tidak memperdulikannya dan kemudian memanggil mahasiswa selanjutnya. Dengan cemberut dan menahan kesal, Susan terpaksa kembali ke kursinya. Thaya yang beradu pandang dengannya mengolok dan menertawakannya. "Athaya Aisyah Rahman." Nama Thaya dipanggil setelah tersisa sekitar sepuluh diktat lagi. Hingga tersisa satu diktat, dan nama Dayu menjadi yang terakhir dipanggil. "Dahayu Janithra." Panggil Yassa dengan pandangan berkeliling ruangan. "Day, lo dipanggil!!" bisik Thaya pada Dayu. "Tahuu ... tapi perut gue sakiitt." Jawab Dayu dengan kepala tertunduk. "Dahayu Janithra!!" panggilnya lagi setelah beberapa detik ditunggunya tidak ada mahasiswa yang berdiri. Sebenarnya dia tahu yang belum menyetorkan mukanya tinggal gadis yang saat ini sedang tertunduk di samping mahasiswi yang bernama Athaya, tapi dia menunggu hingga gadis itu mau berdiri tanpa harus dipaksa olehnya. Baru saja akan memanggil untuk yang ketiga kalinya, dilihatnya gadis yang sedang tertunduk itu mulai bangkit berdiri. Dengan pelan dan bertumpu pada kursi yang ada di depannya, Dayu berdiri dengan badan sedikit membungkuk. "Ya Pak." Jawab Dayu dan dalam hitungan detik dia kembali duduk di kursinya. "Saya belum menyuruh Anda duduk!" perintah Yassa mengagetkan Dayu. "Tapi yang lain bisa langsung duduk?!" ujarnya membela diri. "Itu setelah saya persilahkan." Tidak ingin menjadi bahan perhatian, dengan terpaksa Dayu berdiri dan bertahan meski sakitnya sedang mencapai puncak. Setelah hampir 5 menit Dayu 'disetrap', dengan enteng Yassa menyuruhnya duduk. Dengan wajah dongkol dan menahan sakit, Dayu duduk dan langsung ditenangkan Athaya. "Lo kalo sakitnya ngga nahan banget bilang aja sama PaYass, biar diijinin diem di klinik." Bisik Thaya sambil mengelus punggung Dayu. "Ngga deh, gue masih bisa tahan." Jawab Dayu dengan badan membungkuk.  Athaya berdecak, merasa kesal dengan sifat keras sahabatnya yang terlalu sulit untuk didebat. Saat terdengar erangan tertahan keluar dari mulut Dayu, Athaya hanya bisa melihatnya sambil meringis. Dua jam berlalu, tak terasa pelajaran mengenai psikometri selesai dan semua mahasiswa semringah dan puas dengan metode mengajar Yassa yang mereka nilai sangat cepat membuat mereka paham dengan materi yang disampaikan. Setelah penyampaian materi juga diadakan kuis secara lisan yang membuat semua mahasiswa semangat dalam menjawabnya. Bahkan yang biasanya pasif di kelas, kali ini menjadi proaktif dan bisa menjawab dengan benar pertanyaan yang diajukan. "Waktu saya sudah habis, terima kasih. Jangan lupa tugas yang tadi harus dikumpulkan pada pertemuan kita selanjutnya." Ucap Yassa kemudian membenahi barang-barangnya di meja ketika bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi. Semua teman Dayu mengerang, mereka kecewa karena pertemuan selanjutnya dengan dosen baru itu adalah empat hari lagi. "Ahh ... Dahayu Janithra!! Bisa tolong saya antarkan diktat tugas ini ke meja Pak Tito?!" ujar Yassa, tiba-tiba. "Saya aja Pak!!" jawab Susan dengan semangat. Yang lain pun tidak mau kalah, beberapa mahasiswi lain ikut menimpali dan berseru agar Yassa memilih mereka. Sedangkan yang dipanggil namanya hanya terdiam dan memandang lurus pada Yassa. Berharap sang dosen tidak jadi menyuruh dirinya. "Terima kasih, saya hanya mau Dahayu yang membawanya." Ujarnya langsung berlalu keluar dari kelas. Dengan terpaksa Dayu membawa diktat-diktat itu yang untungnya tidak terlalu berat. Meski begitu, di hatinya masih merasa kesal karena Yassa telah semena-semena kepadanya. Dilihatnya Yassa sudah berjalan jauh di depan. Dengan sengaja dia berjalan pelan, tidak mau beriringan jalan dengan Yassa. Tiba di ruang dosen, dilihatnya Yassa sedang berdiri sambil tertunduk membereskan meja Pak Tito yang tampak berantakan. Sepertinya Pak Tito pergi dengan tergesa di hari terakhirnya. "Ini. Saya langsung kembali ke kelas ya Pak." Ucap Dayu langsung berbalik tanpa menunggu jawaban setelah disimpannya dengan sembarang semua diktat yang dibawanya di atas meja. "Saya belum mempersilahkan kamu pergi!!" tegas suara di belakangnya menghentikan langkah Dayu. "Tapi sebentar lagi kelas Mr.Joe akan dimulai!" ujar Dayu berbalik sambil menahan dongkol. "Tidak perlu kamu perjelas saya sudah tahu. Tinggal kamu bilang aja ada urusan dulu dengan saya." Balas Yassa membuat Dayu tambah keki. Sayang saja wajahnya adalah duplikat idola Dayu. Kalau tidak, mungkin sudah disumpah serapahi nya dosen itu dari tadi. Dengan terpaksa Dayu bertahan dan berdiri di depan meja dosennya. Setelah lima menit berlalu dia merasa dikacangi karena Yassa tidak juga menyuruhnya kembali ke kelas atau pun meminta hal lain, Dayu berucap dengan setengah menahan geram. "Sampai kapan Bapak mau menahan saya di sini?!" "Sampai saya mau." "Saya boleh duduk!!" ujar Dayu tidak jelas apakah itu kalimat permintaan atau pemberitahuan, akibat emosi yang sudah menguasai pikirannya. "Itu sudah duduk." Sahut Yassa. Untuk sesaat pandangan mereka bertemu, dan tak lama, Yassa pun mempersilahkan Dayu ke kembali ke kelas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD