Chapter 07 - Ho Hey

2627 Words
Pagi itu udara musim panas terasa hangat. Langit kota tampak terang berawan, angin berhembus pelan dengan kicau burung camar. Sudah sejak lima menit lamanya, Orion duduk termenung dikursi tunggu penerbangan. Jangan heran,meski ia adalah keluarga Luciano, bukan berarti tak mau duduk diam ditempat umum. Ia juga manusia biasa, warga negara umum. Dan kedua orangtuanya, terutama sang ibu, Lubicana telah mengajarkan kesederhanan pada dua anak mereka. Untuk tidak menghamburkan uang hanya untuk kemewahan. Boleh tapi Leucotea menegaskan jika semua ada batasan wajarnya. Jika bisa duduk dikursi layaknya penumpang pada umumnya kenapa tidak. Dirinya tampak gusar dengan memainkan kakinya. Tidak bisa diam dan fokus. Mata biru terangnya menatap penuh harap pada setiap lalu lintas dihadapanya. Berharap ia menemukan seseorang yang sedari tadi ditunggunya. Matanya melirik jam tangan dipergelangan kirinya. Bahkan tatapan memuja yang dilayangkan oleh kaum hawa yang menatapnya secara terus terang, ia sudah terbiasa akan hal itu. Bahkan sejak kecil. Tapi menunggu adalah hal yang tidak disukainya. Dua pria berjas hitam lengkap dengan kacamata mereka tampak berada disampingnya. Pengumuman dari petugas bandara berdenyut ditelinganya. Pesan yang disampaikan seputar penerbabgan menuju Spanyol akan dilakukan dalam 15 menit lagi. Dan saat suara mereka tersebut hilang.Tampak salah satu orang kepercayaanya datang dengan map hitam ditanganya. Berjalan mantap dan sedikit tergesa kearah Orion. "Maaf membuat ada menunggu tuan muda.Macet menjebak saya dalam perjalanan" "Tidak masalah dan itukah map yang kutunggu?" tanya Orion dengan nada ringan. "Ya tuan. Semua yang anda minta ada disana." jawabnya sopan sambil menyerahkan pada Orion. Dan sedetik berikutnya telah berpindah tangan. "Trimakasih Paul. Aku menunggu kelanjutannya darimu." "Si tuan." "Baiklah jika sudah selesai aku akan segera berangkat." ucap Orion sambil menyerahkan map tersebut pada salah satu pria yang berdiri dibelakangnya. "Tentu dan semoga perjalanan bisnis anda menyenangkan tuan." ujar Paul sambil tersenyum. "Ini bukan perjalanan bisnis. Paul, lebih tepatnya misi kematian mafia. Tapi tenang,aku tidak akan mati, setidaknya bukan saat ini." balas Orion sambil terkekeh. Dan hal tersebut hanya dibalas dengan gelak tawa oleh tiga pria yang ada disana. Terkadang tuan mudanya tersebut sangatlah lucu .Berbeda dengan ayahnya yang tegas dan berwibawa. Mungkin karena usia. Tapi jika diperhatikan, Orion Luciano mewarisi pesona berkalikali lipat dari snga ayah. Belum lagi arah bangsawan ibunya. Membuat pria berusia 27 tahun tersebut tampak sagat sempurna. Memang hal umum jika keluarga Luciano terlihat sangat loyal dan bersahaja pada orang lain.Mereka sangat sederhana dan rendah hati. Pengaruh besar yang dibawa Nyonya Luciano. Si cantik bermata biru,Lubicana Napoleon Luciano.Ibu kandung Orion dan Jacquetta. Wanita hebat yang menyandang gelar nama mafia paling ditakuti abad ini setelah menikah dengan Leucotea. Akhirnya Orion berjalan masuk kawasan ladasan. Setelah menerima anggukan dari Paul. Ia bergegas menjauh dari kerumunan wanita yang mebicarakannya secara gamblang. Ia sedang dalam perjalanan bisnis, ya mungkin istilah yang digambarkan Paul lebih tepat. Ada beberapa pertemuan yang perlu dihadirinya selama tiga hari diSpanyol. Tentu pertemuan penting mengingat kartel milik keluarganya adalah yang terbesar. Sebenarnya ia bisa memerintahkan Paul untuk menggantikanya. Tapi Orion malas mendapat teguran dari ayahnya. Toh dirinya rasa pergi keSpanyol dapat membantu menjernihkan pikirannya. Ia bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. Kenapa ia begitu terobsesi pada gadis bernama Jacquellin tersebut. Bahkan ia tidak bisa melupakan ekspresi marah sekaligus tersipu ketika Orion melepas ciuman tak terduga mereka. Ada yang salah dengan otak kecilnya. Dan pergi sejenak meninggalkan Amerika adalah pilihan yang tepat. Toh akhir pekan nanti ia akan tetap bertemua dengan gadis yang telah menghantui mimpi dalam tidur malamnya beberap hari terakhir. Selama didalam pesawat, Orion diam dan tidak banyak berkutik. Ia fokus pada layar laptop diatas pangkuanya. Kacamata bertengger dinetra birunya, meski menyamarkan keindahan dibalik sorot tenang tersebut,tetap saja tidak ampuh menyembunyikan keindahnnya. Bahkan ia mengabaikan beberapa layanan yang diajukan oleh pramugari cantik yang dengan sengaja mendesahkn kalimat ketika menawarkan kopi pada Orion. Nyatanya ia memang tidak teetarik, baik pada pramugari berpakaian super sexy dengan kuku berwarna merah, ataupun dengan kopi yang ditawarkannya. Yang difikirkan Orion adalah cara tercepat yang dapat dilakukanya untuk menyelesaikn tugas yang begitu menggunung. Tentu agar dirinya dapat dengan segera membaca tuntas isi map yang tadi diberikan oleh Paul. Tanganya sudah gatal ingin segera membuka map yang tergemeletak dimeja sisi tempat duduk kelas bisnisnya. ⏳⏳⏳ Pagi menyingsing.Jacquellin menggeliat malas diatas tempat tidur berukuran sedang dikamar apartemen mewahnya. Sinar matahari masuk menembus tirai putih disisi nakas tempat jam baker berdering sangat nyaring. Panasnya yang hangat menerpa kulit terbukanya memaksa Jacky membuka mata. Kepalnya berputar karena pusing. Setelah kejadian tak mengenakan tadi pagi, ia memutuskan untuk menelusuri jalan sepnjang kota California, berkendara dalam rasa cemas. Berharap jejak tiga pria misterius dapat ditemukanya. Tapi hasilnya nihil. Ia hanya menghabiskan sisa pagi dengan kepulan asap pada sedan tua miliknya. Dan setelah menjerit frustasi disebuah perempatan, Jacky memutuskan untuk pulang keapartemen. Terlalu jauh jika ia harus kembali berkendara ke butik. Dan disinilah dia, bergemul bagai gadis dengan masa depan kacau. Dikamarnya yang bernuansa putih dan emas. Badanya terasa remuk bagai habis ditimpa sebuah truk besar bermuatan babi. Tulangnya beradu hingga menimbulkan suara aneh ketika Jacky memaksa memutar haluan tubuhnya guna meraih jam baker yang sangat berisiak tersebut. Tapi kenapa nada jam alrmnya berubah. Dan ternyata ia salah. Yang sedari tadi bunyi bagai radio milik ibunya yang rusak setelah terendam air dicloset bukanlah jam baker melainkan telefon genggam miliknya. Baiklah. Jika dipikir, sesampainya dikamar, Jacky langsung menjatuhkan tubuhnya. Tanpa melepas sepatu, jadi sangat tidak mungkin jika ia kembali bangun dan sempat megatur alarm. Lalu dimana sebenarnya benda pipih tersebut. Ia tudak dapat menemukan ditempat biasa ia disimpan. Ayolah. Tubuhnya masih terasa lelah untuk bangkit. Bahkan ia hanya tidur selam 3 jam saja. Rekor luar biasa. Pertahankan sebelum penyakit tifusmu kambuh Jacquellin. Tangan panjangnya terulur meraih tas ransek dikolong tempat tidurnya. Dan sedikit mengaduk-aduk isi bagian dalamnya, akhirnya Jcky menemukan benda berisik yang kini suaranya semakin membuat telingamu berdenyut karena sakit. "Ada apa Bella!" hardiknya ketika menatap sekilas pada nama seseorang yang telah menggangu tidur nyentaknya. "Kecilkan suaramu atau kupotong tali BHmu Jacquellin Parker!" balas gadis disebrang telefon dengan suara tak kalah menggelegar. Bahwan kini Jacky terpaksa menjauhkan ponsel dari telingan kanannya.Hanya mwngantisipasi kerusakan yang dapat diakibatkan dari suara cempreng tersebut. "Katakan dengan segera nona,aku tidak punya waktu banyak." ujarnya dengan menutup mulut ketika seang menguap. "Baiklah baiklah. Dasar sok sibuk!" "Oke kututup dulu ya, tak kusangkan kau menelfonku hanya untuk mengatakan hal semacam itu." "Berhenti bergurau dan dengarkan aku tukang ngupil!" "Aku sedang mendengarkanmu  Bella, bahkan sejak tadi. Dan apa kau baru saja memanggil nama belakangmu sendiri nona tukang ngupil." balas Jacky dengan penekanan   pada tiga kata terakhirnya. "Baiklah Jacky. Aku tidak jadi pulang hari ini.Ada acara mendadak yang tidak bisa kutinggalkan di Barcelona. Jadi kau tidak perlu menjemput dibadara, aku akan mengabarimu lagi kapan jelasnya aku terbang ke Amerika, kemungkinan tiga atau dua hari lagi." Tidak ada jawaban dari mulut Jacquelli. "Jacky apa kau masih mendengarkanku? Hallo? Jacquellin?" Setelah hening beberapa saat, akhirnya Jacky kembali bersuara. "Kau tahu Bella,bahkan aku lupa jika mestinya hari ini aku harus menjemputmu." "Yaaaaaaaaa. Dasar kauuuuuu!" "Jaga dirimu. Aku merinduknmu dan sampai jumpa." cecar Jacky sebelum mematikan sambungan secera sepihak. Setelah itu Jacky beranjak bangkit dari tidurnya, mengikat rambutnya secara asal dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Sepertinya menyiram diri dengan air dingin dapat merenggangkan sarafnya yang tegang. Toh dirinya harus segera pergi kebutik. Banyak persiapan yang masih harus diselesaiknya. ⏳⏳⏳ Kini Jacquellin telah siap dengan pakaian kantornya.Sederhana tapi tidak meningalkan kesan elegan dan berkelasnya. Pagi itu ia mengenakan pakaian yang biasa. Bahkan terkesan sangat biasa. Hanya crop top berwarna hitam yaang dipaadukanya dengan terusan bermotif. Penampilanya dilengkapi dengan mules berwarna hitam yang dipercantik dengan pita gold, memberi kesan mewah tersendiri. Lengkap dengan tas jinjing berwarna marron, jika kalian tahu, tas tersebut terbuat dari kulit kuda nil asli. Ia tidak membuat sarapan terlebih dahulu. Ya karena memang isi kulkas miliknya telah kosong sejak kemarin. Dan sepeeti yang kalian tahu, Jacky terlalu sibuk untuk pergi ke toko terdekat. Lagipula kan percuma, dirinya akan jarang pulang ke apartement dan menghabiskan waktunya dibutik. Nanti saja ia akan ke supermarket. Setelah menitipkan luther di pat shop apartemen dilantai dasar. Jacky bergegas menuju basment. Ia sempat melewati supermarket apartement. Dan keadaan pagi itu cukup ramai. Kenapa tidak belanja kebutuhan  disana saja. Huh tidak akan pernah dilkukan seorang bernam Jacquellin. Ia akan dengan senang hati berkendara keujung kompleks apartement dan memilih membelanjakan uangnya disana. Daripada harus bertatapn dengan wanita gemuk yang doyan merokok. Siapa lagi jika bukan penjaga toko.Apalagi mulut pedas dan sikap galaknya. Jika kau mengenal wanita yang akrab disapa nyonya roner.Pasti kau juga melakukan apa yang Jacky budayakan satu tahun terkhir. Tidak pergi ketoko atau hanya sekedar bertegur sapa. Bukan tanpa alasan Jacky melakukan itu semua, terjadi sekitar musim panas tahun lalu ketika ia memutuskan untuk membeli beberapa kaleng s**u bersama Luther. Tidak ada yang salah memang,tapi apa yang dilkukan oleh wanita penjaga toko tersebut membuat Jacky yakin agar tidak menginjakan kakinya kesana lagi. Bagaimana tidak.Ia berteriak jika Jacky bersekongkol dengan luther untuk menyelundupkan kaleng tanpa membayar. Bahkan ia harus diseret kekantor keamanan apartement dan diintrogasi semalam penuh. Hanya karena luther membawa kabur satu kaleng berisi sarden ikan laut kering. Ayolah, itu hanyalah seekor anjing kecil. Lagipula Jacky sudah meminta maaf dan bersedia menggantinya dengan bayaran dua kali lipat. Bisakah dengan tidak berteriak jika dirinya adalah pencuri. Tak ingin terlarut dalam bayangan memalukan tersebut, Jacquellin segera mengarahkan kakinya menuju pintu lift. Dan tak butuh waktu lama berdiri, pintu besi tersebut berdenting dan terbuka. Menampakan seorang pria yang sepertinya hendak turun. Tapi setelah bertatapan dengan Jacky. Tidak ada gerakan berarti dan akhirnya mereka kembali naik keatas. Mungkin ada barang yang tertinggal, batin Jacky meyakinkan jika pria yang seang berdiri dibelakangnya bukanlah orang jahat yang berniat menguntit atau merampoknya. Jika dilihat dari pakaian yang dikenakanya, cukup untuk menjelaskan asal  kalangan pria dewasa tersebut. Ia jelas bukan dari orang biasa seperti dirinya. Kaya adalah kata yang mewakili gaya parlentenya. Jadi tidak mungkin ia merampok Jacky yang bahkan dapat dikatakan miskin. Setidaknya untuk hari ini, tidak tahu nanti ataupun esok. Tapi sepertinya akan bertambah miskin. Mengingat hutangnya semakin berbunga setiap harinya. Memikirkan hal terdebut membuatnya tanpa sadar menghela nafas kasar. Kapan ia akan terbebas dan hidup tenang tanpa surat-surat yang mendatanginya setiap hari Minggu. Kepalanya mengadah menahan rasa perih yang membuat matanya berkaca. Cairan bening tersebut tidak boleh menetes. Ya tidak boleh. Ternyata pria tersebut turun dilantai tiga, syukurlah .Berada didalam lift sendirian membuat dirinya lebih bebas. Iapun memilih menyandarkan punggung didinding lift. Setelah beberapa menit, lift kembali berdenting dan terbuka. Ia telah sampai dibasment apartement dan segera mengarahkan kaki jenjang yang terbalut sepatu miliknya menuju tempat dimana sedan bututnya terparkir.         Jacquellin memutuskan untuk pergi kekantor polisi guna melaporkan kejadian yang dialaminya semalam. Jika kalian menilai ini terlaku berlebihan, terserah. Jacky tidak peduli. Toh yang dilakukanya benar. Tidak ada yang menjamin jika tiga pria misterius kemarin tidak melakukan hal tersebut lagi, bahkan untuk yang kedua kalinya bisa jadi lebih ekstrem. Matanya berbinar bulat. Meski ia memiliki keturunan Asia yang identik bermata sipit,syukurnya ia sungguh beruntung. Jika dilihat, tidak mudah menyadari jika dirinya keturunan Korea. Rambutnya saja berwarna coklat tidak hitam seperti kebanyakan keturunan asli Asia. Sepertinya sang ibu hanya mewarisi kulit bening dan tubuh proposionalnya. Sedangkan sisanya adalah warisan berharga dari ayahnya yang konon memang asli keturunan Eropa. Ia memarkirkan mobilnya dipelataran bangunan megah bergaya stalin. Pagi itu matahari bersinar terang di California. Burung merpati tampak terbang dicakrawala. Langit putih membias dengan birunya awan. Udaranya juga hangat, seperti musim panas sungguhan. Dengan langkah mantap dan anggun, Jacquellin berjalan masuk. Ia memberi senyum ramah keberapa orang yang tanpa sengaja berpapasan denganya. Dan tak butuh waktu lama, seorang polisi muda menyambut keatanganya. "Srlamat pagi Miss Parker . Ada yang bisa saya bantu?" tanya polisi tersebut sambil mengerling nakal kearah Jacky. "Selamat pagi syerif,aku ingin melaporkan tindak pelanggaran privasi yang dilakukan oleh tiga pria dewasa padaku kemarin malam." "Baiklah.Jika begitu ikutlah dengan saya nona,kita akan membuat laporan terlebih dahulu." ujarnya sopan tanpa menghilangkan senyum dari wajahnya. Dan itu membuat Jacquellin semakin muak. Setelah nyaris dua jam berada didalam ruangan serba putih tersebut. Akhirnya Jacky bisa berlalu pergi. Sungguh menyesakan ada didalam sana, apalagi bersama pria yang sepertinya menaruh rasa padamu. Sebenarnya kegiatan membuat laporan hanya memakan waktu tidak lebih dari atau jam. Tapi kau tidak bisa meninggalkan ruangan dengan seorang polisi muda yang seang berbagi cerita tentang tugas pertamanya di perbatasan Mexico. Cerita yang tidak menarik kecuali pada bagian ketika ia terpaksa pulang kekantor hanya mengenakan celana dalam dan kaus sobek setelah mendapat serangan tak terduga dari anjing liar disana. Setelah berbasa-basi dan pamit. Jacquellin segera menyeret kakinya keluar secara cepat .Menaiki mobil andalanya dan melesat pergi kesebuah kedai. Ia perlu mengisi perutnya yang keroncongan. Bagaimana kesalnya engkau jika harus diam mendengarkan cerita dari seorang polisi muda tanpa ada suguhan apapun. Setelah sampai,ia langsung memesan makanan dan duduk dikursi single dekat kaca jendela. Dan saat itulah seseorang menyapanya. "Miss Parker, kita bertemu lagi." ujar wanita dengan gaun minim yang mengekpose bebas bagian belahan dadanya. "Takuella," jawab Jacky seolah ia terlihat antusias. Dirinya tidak tahu harus menyapa wanita tersebut dengan nama apa. Ya karena yang diketahuinya hanyalah nama Takuella saja, tidak ada embel-embel lainya. "Aku tidak memyangka kita akan bertemu kagi disini." balasnya dengan senyum ramah dan setelah saling bertegur sap hingga membicarakan cuaca California yang selama sepekan akan salalu berangin ringan. Takuella dan pasanganya memilih pergi menuju kursi lain. Ternyata pria yang bersamanya adalah pria yang ditemuinya didalam lift tadi. Pantas Jacky sempat membatin jika wajah tersebut tidaklah asing. Ternyata ia teman kencan Takuella. Atau mungkin bisa disebut sebagai pelanggan tetangga kamarnya. Setelah selesai dengan piring besarnya, Jacky meegak jus jeruk kesukaanya dan beranjak bangkit. Ia akan mampir kesupermarket terdekat untuk membeli beberapa kebutuhan dapurnya. Jika dipikir, pengeluaranya meningkat tajam ketika ia harus makan diluar secara terus menerus. Jadi alangkah lebih baiknya ia mulai menghemat anggarn dan menyisihkanya untuk pergi berbelanja. Memasak menjadi solusi tepat untung krisis keuanganya belakangan ini. Masih ada banyak prioritas yang tidak bisa diduakanya. Ya mulai malam ini ia akan memasak sendiri lagi. Sesibuk apapun pekerjaanya,ia tidak boleh manja. Tidak mungkin jika ia harus memesan salad sebagai makanananya seharihari. Selain karena harganya yang sangat murah, hanya itulah makanan terbaik dari segala pilihan yang ada. Jika ia memesan makanan junkfood. Jacky harus berfikir ulang untuk makanan pemenuh nutrisi lainya. Meskipun hidup pas-pasan. Pola sehat harus tetap diterapkanya. Atau kau akan mengeluarkan uang kebih banyak jika tubuhmu meminta asupan dari rumah sakit. Setelah tanganya penuh dengan kantung belanjaan. Jacquellin langsung menuju mobil. Ia sengaja tidak memilih jasa pengangkut barang. Tentu saja untuk menghemat. Toh dirinya masih bisa membawa meski tanganya terasa perih dengan vekas luka memerah,menahan berat belanjaan. Kini ia sedang dalam perjalanan menuju butiknya. Dan tak membutuhkan waktu lama bagi Jacky tiba ditempat yang menjadi satu-atunya semangat ia hidup. Keadaan butik saat ia datang tampak sangat ramai. Mungkin karena sebentar kagi akan diadakan FS besar dan banyakan dari penikmat fashion hanya penasaran dengan butik kecil miliknya. Lokasinya yang berada tepat diajantung kota California menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemburu barang berkelas dan mahal. Sekilas tidak ada yang berbeda.Bahkan ia sempat bertegur sapa dengan Mrs.Betty. Pelanggan setianya yang dengan sukarela menghabiskan uangnya untuk berbagai koleksi premium butik miliknya. Dan Jacquellin baru menyadari kehadiran dua pria diruang tunggu meeting butiknya.   Disana telah berdiri dengan kakhu Susan. Dari bahasa tubuh yang daoat dibaca Jacky,ia tahu jika aura menegangkan seang menyelimuti ruangan bernuansa gold tersebut. "Ini dia Miss Parker." ucap Susan ketika diriku semakin berjalan mendekat kearahnya. Tatapan mata itu menatapku dengan penuh kebingungan. Seolah-olah ia meminta penjelasan pada Jacky. Padahal Jacky sendiri tidak paham dengan apa yang sedang terjadi. "Hemm aku tidak thu jika ada tamu dibutikku, maaf membuat anda menunggu tuan-tuan." ujar Jacky dengan suara yang dipaksakn senormal mungkin. "Tidak masalah nona, kami baru duduk lima menit yang lalu." balas Mr.Scott. Ya satu pria tersebut adalah si tua berperut buncit.Yang pagi itu tetap seperti biasanya. Berpakaian ala para pebisnis kaya yang gila wanita dengan dasi yang dilonggarkan bagian atasnya. Tapi jika diperhatikan lebih jelas.Ada aura duka yang tersirat diekspresi wajah mesumnya. Bahkan ia berbicara sambil menatap sendu kearah Jacky. "Aku terbiasa mematikan ponsel ketika sedang berkendara, mungkin aku melewatkan panggilan dari Susan. Sekali lagi maafkan aku." Tidak ada jawaban keluar dari seluruh orang dalam ruangan tersebut. Termasuk Mr.Scott yang tampak tidak tertarik. Dan itu semakin membuat Jacky resah. "Maaf, sepertinya kalian lupa mengenalkan seseorang disini." ucap Jacquellin sambil tertawa renyah. "Dia Mr.Anderrson,dan Sir perkenalkan ini Miss. Parker,owner tunggal Won corp." "Marcus Anderrson." ujarnya menjabat tangan Jacky ramah. Senyum tulus mengembang diwajah berumurnya. Menenangkan. Dan Jacquellin merasakan aura positif ketika menatap netra hitam tersebut. Seperti menemukan sosok ayahnya yang telah lama hilang. "Aku Jacquellin Parker dan senang berkenalan dengan Anda tuan." balas Jacky sambil tersenyum lebar. "Dia yang akan menggantikan SAU sebagai pemegang saham utama Won corp. Beliau pula yang bertanggungjawab atas semua hutang milikmu Miss.Parker." jelas Mr.Scott yang membuat Jacky mematung bagai disambar petir. Ada apa ini. Kenapa sekarang pria asing yang bahkan baru dikenalnya satu detik yang lalu bertanggungjawab atas semua hutang dan butiknya. Bahkan hutangnya saja menumpuk sekian banyak.Bagaimana ia harus melunasinya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD