Chapter 09 - Red Wine

2662 Words
Sacramento Riverfront Street California 08.15 Am          Jacquellin sedang dalam perjalanan menuju bandara ketika suara getar dari ponselnya berdering. Ia mengumpat pada seseorang yang telah menggangu konsentrasi berkendaranya. Siapa sih sebenarnya.Batin Jacky marah. Dan ketika melihat nama yang tertera jelas dilayar ponselnya, ia kembali mendengus kesal. Jacky tidak menjawab panggilan tersebut, memilih mengabaikanya sebelum mati dan nada dering yang memekakan telinga kembali terdengar. Dirinyapun menjambak rambut coklatnya frustasi. Jacky dibuat geram sendiri. "Ada apa Bella!" teriaknya keras. "Tenangkan dirimu, seharusnya aku yang bertanya .Dimana kau,a ku sudah menunggu selama lima belas menit lamanya!" hardiknya dari sebrang telefon. Sekali lagi Jacky menghela nafas kasar. Huh batinya bertetiak. "Aku sedang ada dijalan Bella dan tolong sabarlah, sebentar lagi aku akan sampai!" jelasnya sambil menekan klakson pada mobil mewah dihadapanya. Arghhhh. Teriaknya nyaring ketika sebuah mobil meyalip dan mengambil posisi jalan yang dilewatinya. Dan tanpa sengaja, mobil miliknya menabrak bemper belakang mobil tersebut. Hingga membuatnya terpental kedepan dengan ponsel yang raib membentur dashboard depan. Benturan keras tersebut tidak bisa dielakan lagi. Keadaan jalan California pagi itu sangatlah padat. Sontak kejadian tersebut mengundang denyut kalkson dari beberapa kendaran lain yang terpaksa mengantri dilampu merah karena mobilnya yang berhenti secara mendadak, ditengah jalan. Dan karena panik, belum lagi suara Bella dari ponselnya membuat Jacky semakin geram hingga ia membanting ponselnya asal. Dan suara dari sahabatnya tidak terdengar lagi. Niatnya mundur, agar bamper bagian depan mobilnya dapat terlepas dari mobil mewah didepanya. Setidaknya ia tahu seberapa parah kerusakan yang diakibatkan mobil tuanya. Dan matanya nyaris membelalak ketika suara benturan kembali terdengar. Tubuhnya terguncang kecil kerah belakang. Jacky nyaris menagis ketika melihat kearah belakang dan mobilnya kembali menabrak sisi depan mobil milik orang lain. Iapun kembali menginjak pedal gas sebelum kembali menabrak mobil mewah didepanya dan kerusakan pada badan mobil tersebut bertambah parah. Yahhhh hingga kau dapat melihat lampu bagian belakangnya lepas dan kacanya pecah berserakan. "Apa yang kau lakukan Jacquellin!!!" geramnya membenturkan kepala kesetir mobil. Suara kelakson kembali terdengar nyaring.Hingga ketukan pada kaca sampingnya membuayarkan lamun memelas Jacky. Seorang pria berotot dengan d**a telanjang yang tampak rata dengan tato menyambut matanya pertama kali.          Dirinya segera tahu jika masalah besar sedang menimpanya. Tamatlah riwayatmu Jacky. Dirinya mulai melepas seatbelt dan menelan air liurnya sebelum keluar dari dalam mobil. Jacky sempat melirik sekilas pada ponselnya yang bergetar disudut bawah kursi. Ia hanya mengabaikanya, toh menerima panggilan dari Bella hanya semakin membuat kepalanya berdenyut nyaring. Beberapa pengemudi mobil yang melewatinya menatap dari balik jendela yang diturunkan. Bahakan pengemudi remajanya ada yang tanpa malu mengumpat kearah Jacky. Ya membuat antrian macet menguar dijalanan California adalah mimpi buruk bagi siapapun. Dan malanganya,Jacky sedang terbangun pagi itu. "Kau merusak mobil depanku nona." ujar pria yang sedang merokok tersebut pada Jacky. "Maafkan aku tuan, aku sungguh tidak sengaja. Kau lihat mobilku juga rusak didua sisi!" ujar Jacky dengan nada bergetar. Bagaimana tidak.Tubuh pria tersebut dua kali lebih besar darimu. Bahkan tingginya melewati bahu Jacky. Mungkin tinggi Jacquellin hanya sebatas d**a pria tersebut. Dan ia terpaksa mendongak untuk menjawab ucapan pria dihadapanya. "Nikmati santapanmu Pearl,kalkunya tampak sedap." ucap seorang gadis berambut pirang dari dalam mobil pada pria dihadapanya. Apa yang dia katakan, kalkun? Nikmati santapanya? Sebenarnya apa yang dimaksut dan siapa kalkun tersebut. "Aku ingin kau menggantinya sekarang nona!" jelas pria tersebut penuh seringai. "Aku akan menggantinya tuan tapi sebentar aku tidak membawa uang." ucap Jacky terputus ketika ia membuka pintu mobil dan berusaha meraih tas tanganya. Namun geakanya tergenti. Tubuhnya mematung dan menegang dalam seketika. Aliran arah berdesir dalam tubuhnya. Seseorang telah menyentuh pantanya,dengan tangan besar dan dinginya. Seseorang telah melecehkanya. Dengan sekali hentak, Jacky membalik badan. Kini wajahnya memerah menahan amarah. Bahkan ujung cuping telinganya bersemu. Dagunya mengatup rapat dengan mata setajam burung elang. Tanganya mengepal disamping tubuh. "Kau memiliki b****g yang inah nona.Lembut dan padat berisi, bahkan aku bisa melihat warna celana da...." Plarrrrrr Suara telapak tangan beradu nyaring dengan pipi. Ya Jacky baru saja menampar pria dihaapanya. Ia tidak takut lagi dengan pria kurang ajar dihadapanya ini. Jacky akan membela harga dirinya. Apapun resiko yang akan diterimanya. Namun setelah itu, perlakuan kasar kembali diterimanya. Dengan tidak berperasaanya, pria tersebut mencekik leher Jacquellin dan mebenturkan kepalanya kebelakang mobil. "Dasar jalang tak tau diri! Kau harus mengganti rugi dua kali lipat, kecuali kau memang bersedia menyerahkan tubuhmu." ucap pria tersebut sambil meremas dagu Jacky kasar. Mendadak satu suara membuat tubuhnya menegang. Ya Jacky hafal suara itu. Bahkan masih terngiang jelas ketika ia mendengar untuk yang pertama kalinya. "Lepaskan gadis itu atau kau akan berurusan denganku tuan!" Dan saat itulah Jacky merasakan cengkraman pada tubuhnya melonggar. Hingga sekarang ia bisa bernafas dengan lega. Tapi sepeerinya masalah belum selesi disini saja. ⏳⏳⏳ Tiga hari berlalu sudah. Dan selama dalam perjalanan bisnis kartelnya, Orion tidak menemukan kendala berarti. Berbagai masalah dan penyelewengan dapat teratasi dengan mudah. Bahkan ia sempat bertemu dengan daddynya, Leucotea yang memang menyempatkan diri untuk ikut hadir dalam pertemuan besar di Spanyol. Setelah memutuskan semua beres dan terkendali.Ia akhirnya melakukan penerbangan kembli ke Amerika. Dan pagi ini,jet pribadi yang ditumpanginya mendarat dengan mulus dilandasan pacu milik keluarganya. Will dan Leon tidak ikut pulang bersamannya. Masih ada pekerjaan yang menuntut dua anak buahnya untuk tinggal disana hingga dua pekan kedepan. Setelah turun, Orion langsung mengendarai mobil mewah miliknya. Sedan BMW SUV berwarna putih. Ia masih merasakan jatleg dan ingin segera mengendarai mobil pulang ke New York dan baru akan kembali akhir pekan nanti. Tapi ia meminta agar jet mendarat di California. Ada sesuatu yang menggerakan hatinya dan Orion tak tahu apa. Tapi yang jelas,ia akan berkeliling sebentar dikota pariwisata tersebut. Kini matanya yang dibingkai kacamata hitam mengamati jalanan padat kota dengan iklim tropis tersebut. Ia sedang melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang ketika lampu hijau diperempatan akan segera berganti merh. Dengan pasti,ia melajukan mobilnya menyalip sebuah sedan tua yang tampak reot dan usang.Irinya sedikit heran jika masih ada mobil semacam itu dijalanan California. Dan malangnya, lampu berubah merah bahkan saat dirinya belum berhasil menyamai laji sedan tua tersebut. "Damn!" "Kenapa kau mengumpatiku Orion!" Suara seorang gadis belia terdengar nyaring dari sebrang telfon. Karena ulah cerobohnya, sebuah benturan menghantam keras bagian belakang mobil yang dikendarainya. "Sampaikan salamku pada Percy. Aku akan menghubungimu lagi Jacky!" "Orion apa kau baik-baik saja,apa terjadi sesuatu?" cecar suara gadis muda. "Tidak tuan putri. Aku rindu mom dan dad!" "Maka pulanglah Orion, rumah selalu terbuka untukmu!" "Aku akan memikirkan hal itu.Sampai jumpa" Orion tahu siapa yang menabraknya.Toh ini juga karena dirinya yang tidak ingin mengantri meski hanya di lampu merah. Tak ingin ambil pusing.Ia berniat diam dan tidak menggubris kerusakan pada mobilnya.Marcus akan menguris ini ketika ia sampai dirumah sebelum terbang lagi keNew York. Tapi saat ia sedang menunggu lampu hijau,kekacauan besar kembali terjadi,pengemudi mobil butut tersebut kembli menabrak pengendara dibelakangnya. Awalnya Orion tidak peduli. Ia beranggapan pengemudinya adalah pasangan lansia miskin yang kehilangan asuransi pensiunya. Terpaksa menjual mobil mewah mereka untuk membayar tunggakan listrik. Tepat setelah anaknya pergi kekota dan tidak pernah kembali. Namun matanya nyaris membelalak keluar setelah tanpa sengaja melirik dari spion,tentang siapa yang ternyata keluar dari sedan butut tersebut. Seorang gadis muda. Dan Orion tahu siapa wanita tersebut. Mungkin ini akan menjadi tontonan yang menyenangkan. Batinya menghibur. Dan sebersit ide gila muncul diotak jeniusnya. Orion terus menatap interaksi tersebut dari kaca spion mobilnya. Matanya khidmat menyaksikan kejadian yang membuat matanya nyaris tidak berkedip. Namun tanganya mengepal ketika ia menyaksikan sendiri , bagaimana tangan berdosa tersebut menyentuh puncak p****t Jaquellin dengan santai dan tak berdosanya. Bahkan, Orion harus mengalami mimpi buruk dan terpaksa bangun ditengah malam ketika mengingat betapa indah tubuh tersebut. Jangan lupakan pula manis bibir ranum yang selalu tampak merah tersebut. Dan tanpa menunggu lebih lama lagi, ia segera keluar dari dalam mobil. Langkahnya semakin cepat ketika melihat pria sialan tersebut mencekik leher Jacquellin. Menekan rahangnya dengan sangat erat hingga wajah putih tersebut memerah kesulitan bernafas. Emosinya memuncak tapi sebisa mungkin Orion meredakanya. Ia tidak ingin menambah masalah lagi. Bahkan Orion sempat mengwhntikan langkahnya Ia tak tahu kenapa dirinya bisa begitu peduli.  Sepertinya sifat keturunan dari sang ibu meningkat berlebihan jika sudah menyangkut gadis tersebut. Ini tidak baik. "Lepaskan gadis itu atau kau akan berurusan denganku tuan." hardik Orion dengan nada tajam dan tatapan mengintimidasi. Dan tanpa diduga, pria tersebut melepaskan cengkramanya pada tubuh Jacquellin dan dalam sekejap tubuh mungil tersebut jatuh merosot. Ia ingin menangkapnya, tapi lagi-lagi. Ego dalam dirinya memberontak. Kenapa kau peduli Orion. Gadis tersebut terbatuk sambil memegangi lehernya yang terasa panas. Dan tampak darah mengalir dari sudut bibirnya. "Apa kau kekasih dari gadis tak tau diri ini?" tanya pria tersebut mengancam. "Kau lihat,mobil mewahku rusak lebih parah dari mobil jelekmu tuan. Dan berhentilah bersikap seolah kau korban satu-satunya. Dan kuingatkan, jika seandainya kau mencekik gadis tersebut satu menit lebih lama, kau bisa membuatnya mati kehabisan nafas.Itu artinya tidak akan ada yang menggantikan uang kerusakanya. Aku tidak mau hal itu terjadi." jelas Orion panjang lebar. Dirinya menatap kearah Jacquellin yang sedang mengatur nafasnya kembali normal. Tatapan gadis itu kosong, namun kilatan kebancian masih terihat jelas dinetra coklatnya. Bahakn ia tampak tersengal mendengar ucapan yang baru dikatakan Orion. Memang terlalu menyakitkan, tapi itu jalan keluar satu-satunya. Sedangkan mengaku sebagai kekasih Jacquellin adalah ide buruk. Masalahnya akan semakin runyam. "Dia benar sayang,aku tidak ingin tinggal dipenjara jika gadia itu sampai mati ditanganmu." ucap seorang gadis dengan bikininya,keluar dari dalam mobil dan bergelayut manja sambil mengelus d**a berbulu pria besar tersebut. Dasar bitchess. Batin Orion melirik jengan kearah wanita yang sekarang sedang mengerling kearahnya sambil menjilati bibir bawahnya nakal. "Kemana hotpantsmu Ariana?" tanya pria tersebut. "Aku merasa gerah mengenakan pakaian itu Pearl. Lagipula ini California." belanya dengan suara dibuat mendesah. "Hemmm." deham Orion membuyarkan kemesraan dua manusia yang tanpa malu sedang berciuman. "Maaf," desah wanita yang tadi dipanggil dengan nama Ariana. "Bagaimana jika kau menuliskan nominal yang kau butuhkan untuk mengganti kerusakam pada benda menyedihkan milikmu itu. Aku akan memberikan ceknya dan nanti gadis ini akan membayarnya padaku, sekaligus kerusakan yang diakibatkanya pada mobil mewahku." jelas Orion yang langsung dibalas anggukan mantab. Orion langsung memberikan ponsel miliknya dan pasangan gila dihadapanya segera sibuk menatap layar ponselnya. Mata mereka sempat bertemu dan Orion mengetahui sorot kaget dari gadis tersebut. Tapi ia tidak bisa melakukan apapun,termasuk untuk membela dirinya sendiri. "Apa aku bisa menjamin ucapanmu?" tanya pria tersebut tajam. "Apa kau meragukanku? Kau bisa melihat namaku tertera dibagian atasnya. Itupun jika kau bisa mengejanya." "Baiklah, kalian bisa pergi sekarang!" ujar Orion yang lebih terdengar seperti nada mengusir. Dengan gerakan jari tangan seperti simbol menyapu secara kasar. Dan kemudian dengung suara mobil membelah jalanan padat tersebut. Orion mengarahkan tatapanya pada gadis yang masih menunduk diaspal jalan. "Trimakasih." satu nada lembut terdengar menyapa gendang telingan Orion. Kemudian mereka kembali bertatapan. Kali ini mata indah dengan kelopak besar tersebut membuka menatap kearahanya. Tidak ada lagi pandangan penuh benci. Yang ada hanya tatapan pasrah dan lemah. Itu membuat Orion menggertakan giginya. Entah mengapa ia tidak senang air mata menetes dari sudut indah tersebut. Mendadak, ia sangat senang dengan mata tersebut. "Aku tidak merasa melakukan sesuatu yang benar,nyatanya aku melipat gandakan hutangmu padaku nona." ujar Orion tenang. Ia tidak ingin perasaan hangat dari dalam hati menguasai dirinya. Ia berusaha serasional mungkin. "Aku rasa itu bukan alasan aku tidak menyampaikan terimakasihku pada anda. Untuk yang kesekian kalinya kau telah menyelamatakanku. Bahkan nominal tersebut tidak berarti bagiku." ujarnya sendu sambil memaksakan tersenyum. Namun seketika ia memegangi sudut bibirnya yang terluka,meringis menahan rasa perih. "Jangan tersenyum, bibirmu sobek nona. Dan aku baru menyelamatkan nyawamu dua kali,yah seingatku." "Berapa nominal yang ditulis pria tadi?" tanya Jacquellin ketika mereka kembali hening. Sedangkan klakson mobil beberapa kali terdengar. "Aku rasa kau akan pingsan mengetahuinya." "Benarkah?" tanyanya sedikit panik. "Entahlah, hanya dugaanku melihat mobil yang kau kendarai. Aku hanya tidak yakin. Pria tadi benarlah seorang bajingan." "Sebanyak itukah?"tanyanya swkali lagi. Orion hanya mengangguk samar. Ia tidak sampai hati mengatakan yang sesungguhnya meski nominal tersebut kecil baginya. Toh semua berjalan sesuai rencana awalnya. "Apa kau menyesal aku menyelamatkanmu nona, seharusnya aku mebiarkanmu saja." ucap Orion berusaha menghibur jika apa yang tadi dikatakan tentang jumlah nominal tersebut dapat mengurangi rasa sedih yang begitu kentara diwajah pucat tersebut. "Tidak. Aku yakin nyawaku tak terselamatkan jika bukan anda yang menolongku. Toh tidak akan ada yang menghentikan laju mobil mereka hanya untuk mengurusi masalah orang lain. Mereka terlalu sibuk dan kau tahu, ini California tuan"ujarnya. "Yah kau benar, ini California." "Nyawa memang harus dibayar mahal. Dunia memang keras!" ucapnya sambil terkekeh. Orion yang mendengar hanya diam mematung. Pernyataan tersebut sangat menyentuh hatinya,seperti diucapkan pada seseorang yang tidak pernah mendapat kebahagian dalam hidupnya. "Aku rasa kau butuh obat untuk mengobati lukamu nona." ujar Orion. "Yah,terasa sakit sekarang.Sekali lagi trimakasih dan maaf atas kerusakan pada mobil anda tuan." ujarnya menggantung kata erakhirnya, seolah meminta Orion melanjutkannya. "Luciano. Orion Luciano." "Yah tuan Luciano. Pertolongan anda sangat berarti bagi saya." Gadis tersebut tampak bangkit dari duduknya. Bahkan ia tidak memperkenalkn namanya pada Orion. Meskipun ia sudah tahu nama gadis ini, tapi rasanya tidak sopan jika hanya dia yang menyebutkan namanya saja. Dasar gadis sombong. Tapi cukup melegakan jika ia dapat berinteraksi dengan Jacquellin. Hanya saja, sikap waspada masih terlihat begitu nyata darinya. Mungkinkah ia masih mengingat kejadia ciuman waktu itu. Membayangkanya membuat Orion merona dan tanpa sengaja mengarahkan pandanganya pada bibir merekah yang sedang terluka itu. "Maaf,apa ada sesuatu." ucapnya dengan nada tajam dan sedikit meninggi. Ia mulai melindungi dirinya dengan tatapan menyelidiknya pada Orion. Mampus.Kenapa kau slalu terlihat m***m didepan gadis itu Orion. Bahkan sepertinya gadis dihadapanmu tampak alergi denganmu. Pria m***m tak tau malu. "Tidak.Hanya saja bibirmu tampak membengkak, maaf karena menatapnya tidak sopan sebelumnya." jelas Orion dengan nada santai. Ia sempat melihat ekspresi tidak suka dari wajah biasa tersebut namun sedetik berikutnya kembali normal. Gadis dewasa yang menarik. Bahkan ia bisa menahan dirinya untuk tidak menampar bibir silan Orion. Wajahnya tidak cantik. Tapi entah mengapa disitulah perpaduan sempurna yang sesungguhnya. Mungkin benar Brian,seleranya turun drastis sekarang. "Aku harus pergi, sampai berjumpa Mr.Luciano dan ini kartu namaku." ucapnya berusaha menyalakan mobilnya. Namun dewi fortuna sedang berpihak pada Orion kali ini. Mobil tua tersebut mogok dan tidak bisa menyala. Tampak ekspresi sebal diwajah gadis tersebut. Dan itu membuat Orion gemas hingga nyaris tertawa terbahak. Menggelikan. Iapun berih merogoh saku jasnya, menarik ponsel miliknya keluar dan tampak menghubungi seseorang. Hingga satu suara terdengar. "Ada yang bisa saya bantu tuan." Itu suara Marcus. "Yah,bawakan aku mobil kekawasan selatan California Marcus. Bawa juga mobil derek dari kantor polisi. Aku ingin kau tiba dalam lima belas menit. Terimakasih." ucapnya langsung mematikan sambungan telefon. Sedangkan gadis tersebut hanya melirik sekilas sebelum kembali fokus pada mobil miliknya. "Apa yang akan kau lakukan?" tanya Orion melihat gadis tersebut tampak membuka kap depan bagian mobilnya. "Aku akan membenarkan akinya, aku rasa ada kabel yang putus atau bermasalah. Biasanya memang seperti itu dan tinggal diikat akan kembali menyala." jelasnya panjang lebar. "Benarkah? Sebegitu seringnya mobil ini mogok?" tanya Orion dengan nada suara dibuat rendah sambil menendangkan ujung sepatu kulitnya kesisi depan mobil dan bersandar dibagasi mobilnya. Dengan tangan bersedekap. Jacky tidak menggubris. Ia tahu maksut ucapan tersebut.Kalimat menghina yang biasa diuapkan oleh kalangan kaya. Ia biasa menerima ejekan semacam itu, dirinya sudah kebal. "Ayolah." bisiknya dengan mata terpejam.Berharap keajaiban akan datang menolongnya. "Kau melakukan hal yang sia-sia Miss.Jacquellin Parker." ujar pria bernama Orion tersebut sambil mengeja nama pada kartu yang diberikanya. Dan secara bersamaan datanglah Marcus bersama rombongan mobil polisi. Dan yang paling menarik perhatian adalah keberadaan dua mobil derek. Jacky tampak terkejut dan menatap Orion meminta penjelasan. "Selamat pagi Miss.Parker dan Mr.Luciano." sapa ramah seorang polisi tua. Dan setelah berbicara selama beberapa saat. Akhirnya dengan amat terpaksa, Jacky merelakan mobil bersejarah sekaligus keayangan baginya dibawa kekantor polisi oleh mobil derek. Nasibnya malang sekali hari ini. Bahkan ia harus membayar denda akibat ulahnya menciptakan macet dijalan. Kini semua orang telah pergi. Termasuk tiga pria bersetelan jas yang tampak berbincang akrab dengan Mr.Luciano. "Aku rasa kau memerlukan tumpangan nona." usul Orion. "Aku harus pergi kesuatu tempat." ujar Jacky memelas. "Aku tidak bertanya. Lagipula tidak akan ada bus dijalan khusus mobil pribadi ini. Bahkan Taxi tiak akan lewat sebelum pukul tujuh malam." Jelas Orion tampak memperburuk keadaan. "Aku akan menghu....Ya Tuhan, aku meninggalkan tas dan ponselku didalam mobil" teriaknya panik,menjambak rambut coklatnya frustasi. Dan setelah itu Orion tampak menghubungi nomer seseorang. "Marcus bisakah kau kekantor polisi sekarang. Amankan tas dan ponsel milik nona Parker sebelum kami tiba disana,kami harus pergi kesuatu tempat dahulu." ujar Orion sambil menatap tajam kearah Orion. "Selesai dan naiklah kemobilku. Aku tiak ingin berdiri terlalu lama lagi disini." gertak Orion mulai kehilangan kesabaran pada gadis dihadapanya ini. "Tapi," "Kau ingat. Masih ada urusan yang harus kau selesaikan dengan pasangan bertato tadi nona. Tapi jika kau masih keras kepala untuk disini. Silahkan selesaikan saja urusanmu,orangku yang akan datang menemuimu. Tentu sebelum dua manusia yang kau tabrak tadi mendatangimu, karena sudah jelas aku tidak akan mengirimkan uangnya" Kini Orion mulai menggunakan kemampuan mengintimidasinya. Raut wajah bingung kentara jelas tapi ia tahu gadis tersebut tidak bodoh. Orion yakin keputusan yang diambil sesuai dengan dugaanya. Tapi gadis ini berbea. Ia tidak bisa diprediksi oleh kemapuan membaca pikiran yang dimiliki Orion. Dan itu membuatnya semakin penasaran. Siapa sebenarnya Jacquellin Parker. Kenapa kemapuanya tidak berguna pada dirinya. Ini aneh. Sungguh aneh.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD