LM - BAB 1

3217 Words
Samar-samar Vania mendengar suara microphone yang mulai dipasang. Hingga suara lantang sang Ayah terdengar begitu tegas mengucapkan kata demi kata untuk menikahkan putrinya itu. “Ananda Adrian Cannes Winata bin Winata saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri kandung saya Vania Sasi Kirana binti Kusuma dengan mas kawin berupa perhiasan emas 85 gram  bertahtakan berlian 10 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai” “Saya terima nikah dan kawinnya Vania Sasi Kirana binti Kusuma dengan mas kawin tersebut dibayar tunai”     Ucap Adrian dengan sekali tarikan nafas dan sangat lantang terdengar. “Sah, para saksi?” Tanya penghulu. “Sah…” “Sah..” “Alhamdulillah…” Semua yang menyaksikan prosesi sacral itu mengucap rasa syukur. Begitu juga dengan Vania sampai harus meneteskan air matanya, ia tidak percaya sekarang ia sudah resmi menjadi seorang istri, akan ada banyak tanggungjawab yang harus ia lakukan. Tak pernah terpikirkan olehnya kalau ia akan menikah secepat ini. Vania harus menerima semuanya dengan berlapang d**a. Semua demi kebaikan Ayah dan keluarganya. Vania rela menukar kebahgiaan dan masa mudanya. Sang ibu dan adik perempuannya membawa Vania turun menuju tempat akad. Semua mata tertuju padanya ketika ia memasuki ballroom hotel, beberapa orang memujinya begitu cantik dengan penampilang yang begitu mewah berkat pilihan Mama mertuanya membuat Vania begitu cantik. Sang suami berdiri, pria itu membalikkan tubuhnya untuk melihat wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya, dan kemudian mereka berdua saling menatap. Adrian Cannes Winata sedikit terkesiap melihat penampilang Vania yang begitu cantik. Tapi tak lama setelah itu Adrian bisa mengontrol ekpresi wajahnya. Ketika Vania sudah sampai di meja akad, sang Mama mertua  membuka kursi untuk Vania duduk kemudian Adrian juga ikut duduk disebelahnya. Lalu penghulu memberikan berkas-berkas untuk ditandatangani, kemudian memberikan buku nikah, setelah itu Adrian memasangkan cincin kejari manis Vania, wanita itu pun melakukan sebaliknya memasangkan cincin di jari manis Adrian. Penghulu menyuruh Adrian untuk mencium kening Vania, Adrian mendekatkan tubuhnya pada Vania agar bisa mencium kening istrinya itu. Untuk pertama kalinya Vania merasa getaran aneh, selama dia berhubungan dengan pria baru Adrian yang memperlakukannya seperti ini. Kini Adrian bukanlah orang biasa lagi baginya, tapi sudah menjadi suaminya. Setelah selesai acara akad, acara dilanjutkan dengan rangkaian sungkeman yang dilakukan kedua mempelai kepada orang tua mereka. Pertama Vania dan Adrian melakukan sungkeman pada kedua orangtua Vania. Wanita itu duduk menunduk kepada sang Ibu memohon restu untuk pernikahannya, Vania tidak bisa menghalau laju air matanya ketika memeluk Ibunya, bagaimanapun dia harus berpisah dengan Ibunya membuat Vania sedih. Setelah itu Vania melanjutkannya pada ia memeluk sang Ayah dan memohon restu. Ayahnya bahkan sampai ikut menangis harus melepaskan anak sulungnya itu. Bagaimanapun pernikahan ini terjadi karena Ayahnya yak tak bisa membayar lunas utangnya pada Adrian. Sehingga Ayahnya memintanya untuk menikah dengan Adrian sebagai gantinya. Hal itu sudah sangta sulit bagi Vania tapi ia harus melakukannya demi Sang Ayah. “Maafkan Ayah nduk, maafkan Ayah.” Hanya itu yang bisa Ayahnya katakan. “Doakan Vania supaya bisa menjadi istri yang baik untuk Mas Adrian Ayah.” Ucap Vania tulus pada Ayahnya. Tak ada hal yang bisa dia katakana lagi, menyesal atau mundur pun sudah tidak bisa karena semuanya sudah terjadi bukan? Kemudian setelah Vania selesai pada kedua orangtuanya, Adrian juga melakukan sungkeman pada ibu mertuanya Ibu kandung dari Vania. Sasi, Ibu dari Vania menangis sambil memeluk suami anaknya itu. Sasi berpesan kepada Adrian selalu menjaga Vania dan membimbing Vania menjadi istri yang baik. Adrian hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Lalu setelah selesai Adrian menuju Papanya yang diikuti Vania dari belakang. Adrian sungkeman meminta restu dan suami Vania itu mendapatkan beberapa wejangan dari Papanya. Walaupun ini bukan pernikahan pertama bagi anaknya tapi tetap saja Winata ingin memberi pesan untuk anaknya. Sampai akhirnya Vania yang sungkeman kepada Mama Mertuanya, Riana Mama kandung dari Adrian. Riana menatap haru pada menantunya itu sampai harus meneteskan air mata karena mau menikah dengan anaknya. Adrian bisa melihat raut bahagia tercetak diwajah Mamanya. Karena Mamanya itu mendesaknya untuk menikah lagi dan kini mewujudkan keinginan Mamanya itu. “Terimakasih sudah mau menjadi istri Adrian dan menjadi menantu Mama.” Ucap Riana tulus pada Vania. Satu hal yang membuat Vania yakin dan bisa menerima Adrian, karena Mama mertuanya itu sangat baik dan bisa menerimanya dengan sangat baik. Riana yang memohon dan meyakinkan Vania pada saat itu. Rania dengan tulus meminta Vania untuk menjadi menantunya selain permintaan Ayahnya karena utang. Karena Rania yakin kalau Vania orang yang baik dan tulus. “Sama-sama Bu.” “Panggil Mama, mulai dari sekarang saya Mama kamu.” Vania tersenyum tulus lalu menganggukkan kepalanya. “Iya Ma.” Ulang Vania, terakhir kalinya Rania membawa Vania kedalam pelukannya. Setelah selesai semua ritual sungkeman semua keluarga melakukan foto bersama dengan sang pengantin anak sambung Vania yang merupakan anak dari Adrian juga ikut serta. Vania baru kali ini bertemu dengan kedua anak Adrian. Vania memang menyukai anak-anak, cita-citanya dulu ingin menjadi seorang guru di taman kana-kanak. Sayang Vania harus mengubur semua mimpinya itu karena keterbatasan biaya. Setelah foto bersama kemudian dilanjutkan ke acara resepsi pernikahan mereka. Lumayan banyak tamu yang datang, terlebih undangan dari Adrian beserta dengan keluarganya. Apa lagi Adrian direktur di salah satu perusahaan pertambangan milik negara sudah pasti mempunyai banyak kolega. Acara resepsi pernikahan Vania dan Adrian berjalan lancar, ia dapat melihat banyak tamu yang datang jelas tidak ia kenal. Tapi satu persatu mau memperkenalkan diri yang kebanyakan tamu dari Adrian. Resepsi pernikahan hanya di batasi sampai empat jam saja. Karena Adrian memang mau membatasi undangan dan acara, agar tidak terlalu lama. Setelah selesai Adrian segera membawa istri barunya itu ke rumahnya. Adrian pamit dengan keluarga Vania. Walaupun ia tidak mencintai Vania tetapi ia masih mempunyai tata krama dan mempunyai kewajiban sebagai menantu. Setelah pamit keduanya menuju rumah Adrian dengan istri pertamanya. Vania tidak mempermasalahkan tinggal dimana sekalipun itu rumah Adrian dengan mantan istrinya. Vania cukup tahu diri dengan posisinya. Ia menikah dengan Adrian bukan karena cinta tapi karena suatu hal yang harus di bayar. Walaupun keduanya udah sepakat kalau pernikahan ini bukanlah main-main tetap saja rasanya berbeda. Yap Adrian dan Vania memang sudah berbicara berdua mengenai hubungan mereka sebelumnya. Saat Vania akhirnya menerima lamaran Adrian, keduanya berbicara dengan serius bagaimana kedepannya hubungan mereka. Flashback On “Saya tidak pernah main-main mengenai pernikahan. Saya akan bertanggungjawab untuk kebutuhan kamu. Pernikahan itu sacral, jadi saya tidak mau main-main. Tapi saya tidak bisa mencintai kamu hanya itu yang tak bisa saya lakukan, karena saya mencintai istri saya sampai kapanpun.” Vania terdiam saat itu, ia tahu bahwa tidak ada yang seharusnya di harapkan Vania. Dari awal semuanya sudah jelas tapi entah mengapa tetap saja ketika mendengar hal itu tetap menyakitkan baginya. “Tolong bantu saya mengurus anak-anak. Jujur saya kewalahan mengurus mereka, waktu saya juga terbatas. Mama juga menginginkan saya menikah supaya ada yang mengurus anak-anak dan saya. Tapi kamu nggak usah mengurus saya, kamu mengurus anak-anak itu sudah cukup bagi saya. Kamu tidak usah bekerja lagi, saya yang akan membiayai hidup kamu sama keluarga kamu. Saya tahu kamu juga bekerja membantu mereka, saya yang akan menggantikan itu. Paling penting bagi saya anak-anak saya terawat. Kamu bisa?” Vania menganggukkan kepalanya. Apa lagi yang bisa Vania sampaikan? Bukankah sudah cukup jelas bahwa mereka menikah karena suatu hal. Vania menikah dengan Adrian untuk menutupi utang Ayahnya, sedangkan Adrian membutuhkannya karena untuk mengurus kedua anaknya beserta mewujudkan keinginan Mamanya bukan? Walaupun mereka mengatakan pernikahan ini tidak main-main tetap saja keduanya hanyalah orang asing yang berusaha bersatu demi kepentingan masing-masing. Flashback off “Kita sudah sampai.” Vania sadar dari lamunannya ketika Adrian menyadarkannya dengan mereka sudah sampai di rumah yang sangat mewah untuk Vania. Adrian terlebih dulu turun dan membukakan bagasi menurunkan barang-barang Vania. Wanita itu ikut turun dan seorang laki-laki paruh baya langsung mengambil alih tugas Adrian menurunkan barang. Adrian segera masuk dan Vania mengikutinya. Mereka langsung disambut dengan kedua anak Adrian dan beberapa asisten rumah tangga. “Papa!” Teriak Elzahra Winata anak pertama Adrian dan langsung disusul anak keduanya yang bernama Aska Winata. Adrian berlutut untuk menerima pelukan kedua anaknya. “Papa lama banget sih pulangnya!” Protes Zahra pada Papanya. “Maafin Papa ya, Papa harus nunggu Bunda dulu.” Kata Adrian. “Bunda?” Beo Aska. Adrian melirik sejenak pada Vania yang ada dibelakangnya. Ia bangkit berdiri dan memperkenalkan Vania. “Iya ini Bunda Vania. Bunda Vania akan jadi Bunda kalian sama kayak Mama Rianty.” Jelas Adrian. “Horeeee Aska punya Bunda yeeeee!” Teriak Aska kegirangan membuat hati Vania menghangat dan ia tersenyum. Aska langsung memeluk pinggan Vania dengan erat berbanding terbalik dengan Zahra anak pertama Adrian. “Mama Zahra itu Cuma Mama Rianty! Zahra nggak mau punya Mama baru! Mau Mama, Bunda atau apapun itu! Zahra nggak mau!” Teriak Zahra. Ia menghentakkan kakinya lalu pergi berlari naik ke atas menuju kamarnya membuat Vania kaget dan terdiam. Adrian serta para asisten rumah tangga tersebut juga kaget melihat respon Zahra yang sangat berbeda dengan Aska. Adrian jelas tahu bagaimana keadaan anak pertamanya itu yang sangat menyayangi Rianty apa lagi Zahra sempat merasakan kasih sayang istri pertamanya itu berbeda dengan Aska yang tidak mengenal Rianty hanya tahu wajah dari foto. Karena Rianty meninggal karena pendarahan ketika melahirkan Aska. “Ini asisten rumah tangga yang akan bantu kamu mengurus rumah. Ada Bi Aminah, Mbok Ina, sama Bi Retno. Supirku yang tadi ambil barang Pak Teguh dan supirnya anak-anak sekalian sama supir kamu ada namanya Mang Kasep. Tukang kebun ada Pak Leman satpam di depan ada Pak Waris sama Pak Muklis.” Jelas Adrian pada Vania, wanita itu hanya tersenyum simpul sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. “Aska ke kamar yuk udah malam.” Kata Adrian. “Papa boleh nggak kalau Aska tidur ditemenin Bunda?” Tanya Aska anak berusia lima tahun itu dengan senduh menatap Adrian. Pria itu menatap Vania ingin menanyakan pendapatnya. “Gapapa Mas, aku nemenin Aska ya?” Adrian menganggukkan kepalanya. “Aska jangan bandel sama Bunda ya?” Aska menganggukkan kepalanya dengan antusias. “Ayo Bunda ke kamar Aska.” Aska langsung menarik Vania ke atas menuju kamarnya. Vania dengan senang hati mengikuti anak laki-lakinya itu. Bukankah sekarang anak Adrian juga akan menjadi anaknya? Setelah sampai di kamar Aska langsung menyerahkan buku cerita pada Vania membuat wanita itu mengernyitkan keningnya bingung. Aska langsung tiduran di atas ranjang dan Vania duduk disebelah Aska. “Aska mau Bunda bacain buku cerita sebelum tidur, bolehkan?” Vania tersenyum, akhirnya dia mengerti lalu menganggukkan kepalanya. Kemudian mulai membacakan buku cerita untuk Aska sampai anak itu tertidur. Vania tersenyum, mengusap rambut Aska dengan sayang lalu mencium kening Aska. Menarik selimut untuk anak laki-lakinya itu lalu berjalan keluar kamar Aska. Vania dikejutkan dengan Adrian yang sedang menunggunya di depan pintu kamar Aska. “Kasih waktu untuk Zahra bisa terima kamu, dia butuh waktu. Karena Zahra sangat mengenal Mamanya tidak seperti Aska yang nggak merasakan hadirnya Rianty semoga kamu bisa mengerti.” Vania tersenyum simpul. “Iya Mas aku coba yakinin Zahra nanti.” “Istirahatlah, barangmu sudah ada di bawah. Kamarmu di bawah, kamarku ini.” Adrian menunjuk salah satu kamar diujung, dari luar saja sudah terlihat sangat besar. “Kita tidur terpisah, kamu tahu pernikahan kita tidak seperti pernikahan pada umumnya. Walaupun kita sudah sepakat pernikahan ini bukan main-main, tetap saja saya ingin kita punya privasi masing-masing. Saya harap kamu mengerti.” Vania hanya bisa diam, ia tahu pernikahan ini tidak ada cinta, tapi bukan seperti ini yang diinginkannya. Tak ada sedikitpun dibenaknya kalau ia akan berpisah kamar dengan suaminya sendiri. “Selamat malam.” Pamit Adrian, Vania menatap punggung belakang Adrian sampai masuk ke dalam kamar pria itu. Vania menghela nafasnya kemudian turun dan melihat kopernya di depan suatu ruangan yang bisa ditebak bahwa itu kamar yang dimaksud Adrian. Vania membawa masuk dua koper miliknya dan satu tas besar. Ia meletakkannya di depan lemari tanpa berniat menyusunnya. Ia merasa lelah, hati dan pikirannya sangat lelah. Vania hanya membongkas kopernya mengambil piyamanya, membawanya ke kamar mandi untuk digantinya. Setelah itu Vania naik ke atas tempat tidur dan menatap langit-langit kamarnya. Kamarnya termasuk kamar yang luas sangat berbeda dengan kamar di rumahnya dengan kedua orangtuanya. Tapi bukan kamar itu yang mengusik pikiran Vania saat ini. Tapi nasib dari pernikahannya dengan Adrian. Pernikahan yang sedang dijalaninya saat ini sangat berbeda sekali dengan pernikahan impiannya. Jelas saja Vania mempunyai pernikahan impian di dalam hidupnya. Semua orang pasti punya impian pernikahan, mau seperti apa dan yang bagaimana. Terutama pasti dengan orang yang kita cintai, tapi di awal saja Vania tidak merasakan hal itu. Ia tidak menikah dengan pria yang dicintainya. Ia harus rela menikah dengan Adrian demi membantu Ayahnya. Hal itu jadi mengingatkan Vania bagaimana Ayahnya yang memohon padanya. Flashback On “Ayah mau minta tolong sama kamu.” Kata Kusuma Ayah Vania. “Minta tolong apa Yah?” Tanya Vania bingung, pasalnya baru kali ini Ayahnya meminta tolong padanya sampai seserius ini. “Menikahlah dengan Adrian, boss Ayah.” “Hah?” Vania sungguh terkejut dengan prmintaan Ayahnya. “Kamu tahu biaya pengobatan Ibumu nggak murah, Ayah dapat uang sebanyak itu selama ini dari mana kalau bukan minjam dari Boss Ayah? Kamu tahu nduk gaji Ayah nggak cukup, untuk biaya hidup kita aja pas-pasan nduk.” Seketika Vania lemas dengan perkataan Ayahnya itu. “Jadi maksud Ayah? Vania harus nikah sama Om-om? Apa Boss Ayah yang meminta seperti itu?” Tanya Vania penasaran. “Adrian tidak Om-om seperti yang kamu pikirkan. Usianya memang berbeda dari kamu tapi umur tiga puluh enam tahun tidak terlalu tua seperti yang kamu pikirkan. Ayah yang mengusulkan itu bukan Adrian. Awalnya Adrian juga menolak ide Ayah, tapi akhirnya Adrian menerima karena selalu di desak Mamanya untuk menikah lagi.” “Menikah lagi?” Beo Vania. “Iya, Adrian sudah pernah menikah. Dia juga udah punya anak dua, istrinya meninggal ketika melahirkan anak keduanya. Ibunya minta Nak Adrian segera menikah supaya ada yang mengurus Adrian dan kedua anaknya.” Vania diam, ia tidak bisa berkata apa-apa sekarang. Umurnya masih dua puluh satu tahun, walaupun ia belum kuliah saat ini tapi harapan Vania masih besar untuk melanjutkan keinginannya kuliah. Walaupun ia tidak tahu kapan tapi ia sangat menginginkan melanjutkan sekolahnya itu. “Ayah mohon sama kamu nduk, demi Ayah sama Ibu. Ayah nggak punya cara lain lagi, Ayah mau bekerja sekeras apapun mau kamu bantu juga gaji kita nggak akan cukup membayar semua utang Ayah. Belum lagi kedua adikmu yang masih bersekolah, bantu Ayah nduk. Nak Adrian udah sangat baik selama ini sama Ayah, Nak Adrian banyak bantu Ayah. Ayah yakin kalau Nak Adrian akan jadi suami yang baik untuk kamu nduk, Nak Adrian sangat bertanggungjawab.” “Gimana sama Vania Yah? Apa Ayah pernah mikirin gimana perasaan Vania? Kenapa Ayah nggak ngomong dulu sama Vania soal ini. Gimana masa muda Vania gimana sama mimpi-mimpi Vania Yah gimana?” Tanya Vania frustasi. Kusuma menggenggam tangan anaknya dan sampai berlutut karena menyesal harus mengorbankan anaknya. “Ayah ngapain berlutut?” Pekik Vania dan menarik Ayahnya sampai kembali duduk. “Ayah jahat sama kamu nduk, maafkan Ayah. Maaf kalau Ayah harus mengorbankan masa muda kamu dan hidup kamu. Maafkan Ayah nduk, tapi Ayah nggak punya pilihan sekarang. Ayah nggak tahu harus bagaimana nduk, maafkan Ayah.” Vania akhirnya ikut menangis dengan Ayahnya. Ia juga bingung harus bagaimana, ia sebagai anak sulung juga ikut menanggung beban yang dipikul Ayahnya. “Andai saja keadaan kita tidak begini, pasti Ayah nggak akan minta kamu kayak gini nduk. Maafkan Ayah nduk, maafkan Ayah.” Vania menghela nafasnya kasar lalu menatap Ayahnya dengan sangat lekat. “Kalau Vania menikah dengan boss Ayah itu apa semua utang Ayah akan lunas?” Tanya Vania memastikan. “Iya nduk, pasti lunas. Bahkan Nak Adrian menjanjikan akan membantu Ibumu sampai sembuh dan mendapat donor ginjal yang tepat nduk.” Vania menghapus air matanya dan menatap Ayahnya mantap. “Izinkan anak perempuan Ayah ini menikah. Vania mau menikah dengan pria itu.” Kata Vania dengan mantap. Tidak ada keraguan lagi di dapatinya, bagaimana bisa ia ragu saat kedua orangtuanya sedang dipertaruhkan saat ini? Apa lagi yang bisa Vania lakukan selain menerima semuanya? Bukankah seorang anak harus berbakti pada kedua orangtuanya? Ayahnya tak pernah memintanya sampai sebegininya, ini pertama kali baginya. Maka Vania hanya bisa ikhlas walaupun jujur hatinya sangat berat sekali melakukan hal itu. Ada keraguan tetapi ia bisa apa? Sampai akhirnya ia bertemu dengan Adrian beserta dengan kedua orangtuanya. Adrian jangan pendiam, bahkan menatap Vania hanya sekilas. Jelas sekali tidak ada ketertarikan disana, tapi ia bisa apa? Sampai akhirnya Riana, Mama Adrian mengajak Vania untuk mengobrol berdua. “Tante mohon sama kamu menikah dengan Adrian. Tante setuju dengan kamu, pasti kamu wanita baik-baik. Adrian juga anak yang baik, kamu mau ya?” Ada rasa hangat yang didapatin Vania ketika Riana memohon padanya. Ia bisa melihat ketulusan Rania padanya. Walaupun yang ia tahu dari Ayahnya, kalau Riana mendesak Adrian menikah supaya ada mengurus anaknya dan kedua cucunya, tapi tetap saja Riana tidak bermaksud jelek padanya. Contohnya Riana tidak menuduhnya menginginkan harta Adrian., Riana tahu kalau keluarganya mempunyai banyak utang pada Adrian tapi Riana tak peduli sama sekali akan hal itu. “Tante tahu kamu juga terpaksa mau menikah dengan Adrian karena mau menolong Ayah kamu yang punya utang sama Adrian, Tante nggak peduli. Bagi Tante Adrian menikah dan kamu mau menjadi istri Adrian dan mengurus kedua anak Adrian dengan tulus.” Vania diam ia tidak bisa mengatakan apa-apa. “Tante mohon sama kamu Vania.” Vania tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Riana langsung membawa Vania ke dalam pelukannya. Riana sangat senang dengan keputusan Vania. “Makasih Vania, makasih.” Ucap Riana dengan tulus. “Makasih juga Bu sudah mau menerima Vania.” Riana mengusap punggung Vania dengan tulus. Flashback off Mengingat hal itu membuat Vania sampai harus menghela nafasnya. Vania tidak bisa lagi balik ke masa lalu dan mengulangnya, ia hanya bisa menjalaninya sekarang. Bagaimanapun pilihan sudah diambilnya dan harus menjalaninya. Ia tahu hal ini tak akan mudah tapi ia harus menjalaninya bukan? Tapi belum apa-apa Vania sudah merasa ingin menyerah. Melihat bagaimana sikap Adrian yang sangat dingin padanya. Melihat bagaimana Adrian sangat membangun tembok yang begitu besar, Vania jelas sangat tahu kalau Adrian sangat mencintai istri pertamanya yang bernama Rianty. Bagaiamanapun Vania cukup tahu diri akan posisinya, Rianty istri yang dicintai Adrian sedangkan dirinya? Hanyalah istri yang dinikahi karena utang bukan? Foto pernikahan Adrian dan Rianty saja masih terpasang dengan jelas di ruang tamu. Bahkan Vania sempat melihat foto keduanya di meja sepanjang ruang tamu. Ia bisa melihat kebahagiaan Adrian, senyum tulus suaminya itu tidak sama seperti yang dilihatnya. Adrian tersenyum memang tapi ia tahu itu bukan senyum bahagia maupun senyum tulus. Adrian Cannes Winata yang sudah menjadi suaminya itu tersenyum dengan terpaksa, apa lagi saat para undangan mengucapkan selamat dan mendoakan mereka. Vania tahu bahwa semuanya hanya topeng, semuanya hanya sandiwara. Adrian juga tertekan dengan pernikahan ini, kalau bukan karena kedua anaknya dan Riana mungkin ia juga tidak akan pernah menikah. Hal itu jelas diketahui Vania, karena yang ia tahu dari Mama mertuanya kalau Adrian terus menolak wanita yang dijodohkan padanya karena memang tidak mau menikah karena masih mencintai istrinya. Tidak akan ada perempuan yang menggantikan posisi istrinya, tapi entah mengapa Adrian mau menerima Vania sebenernya menjadi pertanyaan besar, tapi yang pasti Adrian menikah bukan karena dirinya tapi karena orang lain. Vania sampai capek sendiri berkutat dengan pikirannya sendiri sampai tak sadar hari sudah berganti dan ia tertidur dini hari dan masih saja berputar dengan masalah yang ada di dalam pikirannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD