1. Vino

1609 Words
Bagaimana mungkin aku yang belum menikah bisa di panggil seorang ibu oleh seorang bocah kecil. Oh memikirkan itu pun aku tidak pernah. **** Perkenalkan namaku Meisie usiaku saat ini sudah memasuki usia 23 tahun, tapi di usiaku yang ke 23 tahun. Aku seharusnya masih kuliah bukan? Tetapi aku justru memutuskan untuk tidak berkuliah. Sebab mencari uang di kota besar ini tidak semudah yang aku bayangkan. Aku bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaaan terbesar di london, sudah hampir 6 bulan aku menduduki jabatan ini, tapi sayangnya, aku belum pernah bertemu atasanku yang aku temui hanya orang kepercayaannya saja, tapi tidak apa, bukankah lebih baik begitu. Aku tidak perlu cemas lagi apalagi takut di marahi oleh atasanku yang aku tahu dari gosip - gosip di perusahaaan ini. Pemilik perusahannya adalah seorang duda tajir melintir, bukan berarti aku mata duitan ya. Hehehe. Tentu saja tidak, aku hanya menceritakan apa yang aku dengar saja, oke segitu saja yang bisa aku ceritakan pada kalian. Saat ini aku tengah memeriksa beberapa file yang akan aku kirimkan kepada atasanku, aku cukup menyukai pekerjaan ini karena gajinya yang lumayan dan pekerjaannya juga tidak sulit. "Siang Meisie. Ini ada beberapa laporan yang harus kau cek secara detail, ini permintaan bos kita," Ujar seorang pria paru baya yang merupakan manajer keuangan di kantor ini. "Baik pak, Oh iya. Bagaimana caranya aku memberikan file yang sudah aku koreksi ini? Sedangkan aku tidak tahu ciri - ciri wajah atasanku sendiri. Melihatnya saja aku tidak pernah, apa lagi mengetahui ciri - cirinya." Kata Meisie. "Tidak perlu di antar tinggalkan saja di atas meja miliknya, ia akan datang ketika sudah mulai sepi di kantor. Euhm, yang aku tahu dia tidak suka keramaian," Ujar seorang manajer keuangan yang tidak lain adalah Toni, sang manajer keuangan. Membuat Meisie mengernyit, pasalnya ia merasa aneh kenapa atasannya tidak menyukai keramaian. "Jangan ditanya kenapa. Aku pun tidak tahu," Ujar Toni sambil melangkah pergi sebelum Meisie melontarkan pertanyaan lebih pada dirinya. ***** Sore hari adalah jam pulang kantor. Meisie berjalan untuk segera sampai ke stasiun kereta secepat mungkin, karena jika tidak cepat-cepat. maka Meisie akan kehilangan bus di jam 5 sore dan jika ia benar - benar kehilangan bus itu maka ia harus menunggu di jam 7 malam, akan sangat menakutkan bagi dirinya bukan. "Huh, Aku sudah tidak sabar lagi untuk segera sampai di apartemenku. huh, aku lelah sekali. Aku membutuhkan segelas jus jeruk," Batin Meisie saat dirinya tengah memikirkan segelas jus jeruk yang akan membasahi tenggorokannya nanti. Mengingat itu membuat Meisie semakin bersemangat untuk pulang. "Huh.... huhuhu... Mommy hiks... hiks... Mommy," Isak tangis seorang bocah laki - laki membuat Meisie menghentikan langkah kakinya. Kedua mata Meisie membulat saat melihat seorang bocah laki - laki tengah menangis tidak jauh dari halte bus, membuat Meisie dengan cepat melangkah untuk mendekati sosok bocah laki - laki itu. "Hiks... hiks... Mommy, huh... huh....," Isak tangis bocah itu semakin menyedihkan, membuat banyak masyrakat menatap iba pada sosok bocah kecil itu. "Hei, Sayang kau kenapa?" Tanya Meisie dengan nada lembutnya, membuat bocah laki - laki itu mendongak dengan kedua mata bulat miliknya yang sudah berbinar saat ini. "Mommy," Teriak anak kecil itu langsung bangkit dari posisi menyedihkannya itu dan berlari untuk segera memeluk kedua kaki mungil Meisie, membuat Meisie hampir saja terjungkal kebelakang jika tidak segera menahan tubuh mungilnya saat ini. "Hei sayang lepaskan aku. Aku bukan Mo--mmymu," Panik Meisie saat dirinya menatap sekeliling untuk melihat banyak pasang mata yang juga tengah menatap dirinya tajam, membuat Meisie semakin panik bukan main. "Huaa... huaa... Mommy jangan buang Vino, Vino takut sendirian di sini Mom. HIKS... hiks...," Ujar bocah laki - laki yang menyebut dirinya adalah Vino membuat Meisie panik bukan main. "Sa---sayang ayo lepaskan kaki Tante, Tante ini bu----bukan Mo..!!! "Huaa Mommy, JANGAN tinggalkan Vino. Vino janji gak bakal nakal lagi. Hiks... hiks... tapi Vino mohon bawa Vino pulang Mom," Lirih Vino semakin sesenggukan membuat tubuh Meisie semakin dibuat menegang saja. "Di--a bu---kan anakku, aku ti--dak men....!!! "Dasar wanita jaman sekarang, kalau sudah hamil diluar nikah ya seperti itu, membuang anaknya tanpa belas kasihan," Sinis beberapa ibu - ibu membuat Meisie melongok tidak percaya, ia di katai hamil diluar nikah. Bagaimana mungkin? Meisie bukan gadis seperti itu, hamil saja tidak pernah. "Bu, saya bisa jelaskan aku tidak mengenal anak kecil ini. Aku tidak hamil diluar nikah," Jujur Meisie mencoba untuk memperbaiki pemikiran orang terhadap dirinya. "Huaa.... huaa Mommy, Vino sayang Mommy. Vino mau pulang sama Mommy hiks... hiks," Ujar Vino sambil duduk di bawah kaki Meisie, membuat orang - orang semakin menatap Meisie dengan tatapan benci dan sinisnya. "Kau sangat tidak punya hati ya, anak sekecil itu yang tidak punya dosa kau buang seperti itu, padahal ia sudah meminta maaf padamu," Ujar seorang ibu - ibu semakin tidak terima, saat melihat sifat meisie yang sungguh terlalu tega pada seorang anak kecil. "Ta---pi dia bukan anakku bu, aku saja belum me....??? "Huaaa Mommy, Vino sayang Mommy, jangan buang Vino. Mommy..?" Ujar bocah cilik itu sambil bangun dari duduknya, tidak lupa bocah itu kembali menatap Meisie dengan kedua mata bulatnya, membuat hati Meisie tersentuh seketika. "Ayo di bawa pulang putranya, kasihan pasti belum makan dari siang. Soalnya sudah nangis sejak siang," ujar seorang bapak - bapak membuat Meisie pada akhirnya mengusap sayang puncak kepala Vino dengan penuh kasih sayang. "Baiklah, namamu Vino kan?" Tanya Meisie dengan nada lembutnya dan langsung dibalas anggukan patut dari bocah cilik itu." Baiklah Vino mau ikut ta....!!! "Mau Mommy, Vino mau ikut Mommy. Vino sayang banget sayang Mommy, muach," Ujar Vino sambil mengecup pipi memerah milik meisie membuat Meisie tersenyum kecil. Meisie segera menggendong tubuh Vino yang lumayan berat itu. Karena Meisie tidak akan tega bila menyuruh anak kecil itu berjalan, melihat anak kecil itu menangis sejak siang yang Meisie dengar dari bapak - bapak tadi. "Hapus air matamu ya," Ujar Meisie sambil menghapus dengan lembutnya air mata yang berada di wajah tampan bocah bernama Vino itu. Meisie tersentak kaget saat melihat sebuah bus sudah berhenti tepat di halte bus, Meisie hampir lupa dengan bus di jam 5 sore dengan sedikit berlari membawa bocah itu agar segera sampai di depan pintu bus. "Huh... huh tunggu pak," Kata Meisie sambil menghembuskan nafas lelahnya dan Vino masih saja di dalam gendongannya memeluk leher jenjang Meisie erat. Meisie segera masuk ke dalam bus sambil mencari tempat duduk. "Untung masih ada satu," Lirih Meisie sambil tersenyum senang. Gadis itu pun duduk di kursi pojok dan Vino berada di pengakuannya saat ini, menatap dirinya dengan tatapan yang amat begitu polos. "Mommy capek ya?" Tanya Vino yang merasa bersalah, mendengar pertanyaan Vino membuat Meisie menatap haru pada bocah cilik yang memanggil dirinya Mommy. Sekilas Meisie merasa geli mengingat di usianya yang baru 23 tahun sudah di panggil Mommy. Tapi mengingat bocah cilik bernama Vino membuat hati Meisie menghangat, tidak rugi juga di usianya yang ke 23 tahun sudah memiliki anak sebesar Vino mengingat itu membuat Meisie terkekeh geli. "Mommy kenapa tertawa?" Tanya Vino menatap heran pada Mommy cantiknya itu. "Hehehe, tidak apa - apa sayang Mommy hanya bahagia saja karena bisa memiliki anak setampan dirimu," Ujar Meisie tidak sepenuhnya berbohong. "Vino juga bahagia punya Mommy secantik Mommy," Balas Vino semakin memeluk sayang Meisie, membuat Meisie tersenyum haru. Vino berbaring di d**a hangat Meisie, mencari ketenangan membuat Meisie memeluk sayang tubuh Vino yang memiliki bobot lumayan berat. "Tidak masalah juga Meisie, jika di usiamu di panggil dengan sebutan Mommy. Bukankah itu lucu," Batin Meisie sambil menahan senyumannya. ******* Apartemen... Meisie dan Vino telah sampai di apartemen pada jam 17:49 sore, hampir malam tentunya. Meisie melihat bagaimana tingkah Vino yang tengah menatap sekeliling apartemen miliknya. Membuat Meisie merasa malu dengan kondisi apartemen miliknya, yang nampak begitu kecil. Mengingat jika pakaian Vino terlihat berkelas membuat Meisie berpikir jika Vino sepertinya adalah anak orang kaya. Pikir Meisie, mungkin Vino tersesat bisa saja bukan tapi mengingat Vino memanggil dirinya Mommy? Membuat Meisie berpikir jika Vino bukannya tersesat mungkin saja memang Vino anak dari panti asuhan yang sangat merindukan seorang ibu mungkin saja bukan. "Kenapa? Vino gak suka dengan tempat tinggal tan....!!! "Suka banget Mommy, sejuk," Ujar Vino sambil melangkah memasuki apartemen milik Meisie, membuat Meisie merasa lega dan mengikuti langkah kaki Vino yang berjalan memasuki apartemen miliknya." Mommy tinggal sendiri?" Tanya Vino membuat Meisie mengangguk sambil melangkah ke arah dapur, niat Meisie ingin membuat segelas jus tapi mengingat ada Vino tentu harus dua gelas bukan. Selesai membuat jus, Meisie melangkah ke arah Vino yang tengah duduk di sofa single. "Ini untuk Vino," kata Meisie. "Thank you Mom," Balas Vino sambil meminum jus jeruk yang nampak begitu segar di dalam tenggorokannya. "Oh iya, jika ta.....!!! "Mommy, bukan Tante," Lagi dan lagi bocah cilik itu memotong ucapan Meisie, membuat Meisie mengingat jika setiap ia ingin mengucapkan kata 'Tante' selalu berakhir di potong oleh bocah laki - laki itu, membuat Meisie paham akan sikap sensitif bocah laki.- laki itu. "Oh ia. Mommy lupa," Sesal Meisie, membuat Vino tersenyum manis," Oh ya, putra Mommy kenapa ada di jalanan?" Tanya Meisie yang merasa geli saat mengaku dirinya sebagai Mommy pada bocah cilik itu. Pertanyaan Meisie membuat bocah kecil itu menunduk dengan kepala menatap kedua kaki mungilnya. Membuat Meisie menatap penasaran pada bocah cilik itu yang terlihat terdiam, padahal tadi bocah itu dengan beraninya memotong ucapannya. "Vino sayang, Mommy tanya Vino kenapa ada di jalanan?" Tanya Meisie sekali lagi membuat Vino mendongak dengan kedua mata sudah memerah membuat Meisie bungkam seketika. "Sorry Boy, jangan sedih lagi ya. Mommy tidak akan bertanya lagi," Lirih Meisie sambil mendekap tubuh kecil Vino, membuat bocah cilik itu seketika terisak membuat Meisie cemas bukan main. "Mommy jangan tinggalkan Vino ya, Mommy itu milik Vino," Ujar Vino dan mendapat anggukan haru dari Meisie. Mungkin sekali lagi Meisie harus bungkam mengenai keluarga bocah cilik itu. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD