2. Tuan muda hilang

1673 Words
Mungkin pertama kali aku tidak begitu nyaman tapi setelah lama melihatnya, hatiku merasakan rasa hangat entahlah akupun tidak tahu. ***** Malam hari setelah Meisie dan Vino menyelesaikan makan malamnya, Meisie mengajak bocah laki - laki tersebut memasuki kamar miliknya. Yang tidak terlalu besar atau tidak terlalu mewah, setidaknya itu sudah cukup bagi Meisie. "Nah, mulai hari ini, Vino akan tidur di kamar ini, Mommy harap Vino betah ya," Kata Meisie dengan nada keibuannya. "Vino, pasti betah kok Mom. Asal ada Mommy di samping Vino," Balas Vino sambil menaiki ranjang milik Meisie yang tidak terlalu besar itu dan berbaring disana." Mommy, tidurnya harus meluk Vino ya," Pinta Vino di balas anggukan patuh dari Meisie. Meisie pada akhirnya tidur dalam posisi memeluk Vino, membuat bocah itu tersenyum dalam tidurnya seakan menikmati pelukan hangat dari Mommy cantiknya. Pagi hari keduanya sudah berada di meja makan, Vino, si bocah cilik itu tengah menunggu roti panggang yang tengah dibuatkan oleh sang Mommy. "Mommy hari ini, Mommy mau kemana?" Tanya Vino saat pria kecil itu telah fokus menatap sosok Meisie. "Sepertinya Mommy akan dirumah sehariannya ini, karena hari ini adalah hari libur dan Mommy tidak perlu berangkat bekerja," Kata Meisie saat meletakkan dua potong roti panggang sambil menyiapkan dua gelas s**u coklat. "Mommy. Bagaimana jika kita jalan - jalan ke mall saja?" Tanya Vino sambil menggigit roti panggang miliknya, membuat Meisie menatap Vino dengan tatapan malu. Pasalnya jika ke mall akan menghabiskan banyak uang, mengingat gajinya, hanya pas untuk biaya hidupnya dan biaya apartemen yang ia sewa saat ini. Meisie mengambil tas salempang miliknya, sambil mengambil dompet miliknya. Meisie menghela nafas lelahnya, uang di dompet miliknya tinggal 5 lembar mengingat dirinya masih lama untuk gajian bulanan. Sebenernya Meisie mau sekali membawa Vino jalan - jalan ke mall, tapi. Barang - barang di mall itu lumayan mahal. Meisie akan mendapatkan gaji bulanan kira - kira masih 15 hari lagi, jika uang ini habis ia dan Vino mau makan apa. Bocah cilik itu menatap gerak gerik Meisie, membuat bocah itu paham jika Mommy cantiknya itu tidak memiliki uang membuat Vino tersenyum manis. "Mommy, bagaimana jika kita ke mall-nya besok - besok saja, dipikir - pikir Vino merasa bosan juga jika ke mall," Ujar Vino. Yang jelas tengah berbohong saat ini, membuat wajah murung Meisie kembali tersenyum. "Kau yakin sayang?" Tanya Meisie dibalas anggukan antusias dari Vino, membuat Meisie sedikit lega. "Lalu. Vino mau Kemana? Jika tidak ke mall?" Tanya Meisie. "Ke taman disana saja Mom, tadi pas Mommy bawa Vino jalan. Vino gak sengaja lihat taman yang indah itu," Ujar Vino sambil tersenyum lucu. Membuat Meisie merasa malu jika sebenernya Vino sudah tahu bahwa ia sebenarnya tidak memiliki cukup banyak uang saat ini. "Vino," Panggil Meisie lirih. "Yes, Mom," Balas Vino antusias. "Sorry, gara - gara Mommy. Vino gak bisa ke mall yang Vino mau," Ujar Meisie sambil menundukkan kepalanya, membuat Vino turun dari kursi dan memeluk tubuh Mommy cantiknya itu. "Mommy jangan sedih, nanti kalau Vino sudah besar biar Vino yang kerja cari uang buat Mommy," Kata Vino dengan dewasanya, membuat Meisie langsung mendongak untuk menatap Vino dengan tatapan lembutnya. Meisie bahkan membalas pelukan bocah laki - laki itu. "Thank you Boy, Mommy janji akan mencari uang untuk putra tampan Mommy ini," Kata Meisie, membuat Vino yang mendengar semakin erat memeluk Meisie. Seakan keduanya adalah ibu dan anak kandung, yang berbahagia tapi tidak bisa dihindari jika keduanya tidak memiliki hubungan darah, tapi bukankah darah lebih kental dari air dan Meisie yakin jika ia tulus menyayangi Vino seperti darah dagingnya sendiri. Sebelum ke taman meisie tidak lupa memberikan baju ganti untuk Vino, meskipun pakaian yang Meisie berikan hanyalah pakaian biasa. Tetapi. Perlakuan tulus Meisie nembuat sosok Vino semakin menyukai gadis itu. ***** Mansion Suasana di dalam mansion saat ini sangat kacau balau. Tuan muda mereka-----> Putra dari Tuan besar mereka tiba - tiba saja menghilang, membuat seisi mansion kalang kabut. Bagaimana tidak, bisa habis mereka jika sampai tuan besar mereka tahu jika putra kebanggaannya hilang tanpa jejak. "Vino, Vino sayang, kau dimana? Daddy membawakan beberapa pesanan untukmu," Panggil seorang pria berpakaian rapi dengan jas mahal yang melekat di tubuhnya, pria itu tengah melangkah memasuki mansion membuat seisi mansion terlihat menegang kaku saat ini. Pria itu menatap sekeliling mansion, yang biasanya jika ia memanggil putra tunggalnya. Tidak akan menunggu lama bocah kecil itu sudah berdiri dengan senyuman termanis miliknya. "Vino. VINO," Teriak pria itu membuat para pelayan dan pengawal berdiri dengan tubuh kakunya. "Dimana Vino? Aku memanggil dirinya kenapa putraku belum juga membalas panggilanku. DIMANA VINO?" Bentak pria itu dengan tatapan setajam silet saat ini. "Ma---af tu---an, tu--an mu---da hi---lang," Ujar seorang pelayan dengan gagapnya, membuat kedua bola mata pria itu semakin menatap mereka dengan begitu tajam. "Apa maksudmu? APA MAKSUDMU?" Bentak pria itu sambil melangkah mendekati para pekerjaannya yang berdiri dengan tubuh bergetar saat ini. "JAWAB AKU BODOH?" Bentak pria itu kembali, membuat semua para pekerja dengan beraninya mendongak menatap wajah majikan mereka yang sudah memerah saat ini. "Maafkan atas kelalaian kami tuan, kami tidak tahu sejak kapan tuan muda menghilang dari mansion ini," Ujar seorang pengawal yang di tugaskan untuk menjaga putra kecilnya itu. "Dasar kau yang bodoh, menjaga anak kecil saja tidak bisa. SIALAN... AKU TIDAK MAU TAU CARI PUTRAKU SAMPAI KETEMU ATAU NYAWAMU SEBAGAI GANTINYA," Tunjuk pria itu menekan d**a pengawal pribadi milik putranya itu. "Ba----ik tuan, saya mohon beri saya waktu untuk mencari keberadaan tuan muda." Mohon pengawal pribadi milik putranya yang tidak lain adalah Dodi. "Aku beri kau waktu, jika sampai kau tidak mampu menemukan keberadaan putraku kau akan tahu akibatnya Dodi. Aku tidak pernah main - main dengan ucapanku itu," Ancam pria yang merupakan majikan dan Daddy dari------Vino. "Saya berjanji tuan Kavin, saya pasti akan segera menemukan tuan muda sesegera mungkin," Ujar Dodi yang merupakan pengawal pribadi Vino yang masih sangat muda di usianya yang baru 25 tahun itu. "Baik. Aku beri kau waktu, waktu adalah uang dan aku tidak ingin kau membuang waktuku," Ujar pria itu yang tidak lain adalah Kavin Ardana Abiputra. Ayah dari Vino, Kavin Ardana Abiputra berjalan menaiki anak tangga tanpa menatap para pekerjaannya. Kavin Ardana Abiputra berusia 30 tahun saat ini, di usianya yang masih muda dirinya sudah memiliki seorang putra berusia 5 tahun yang sangat ia sayangi. Istrinya meninggal saat usia Vino baru 1 tahun, membuat seorang Kavin Ardana Abiputra merasa sangat posesif terhadap putra semata wayangnya itu. Kavin Ardana Abiputra akan menjadikan putranya, Vino Ardana Abiputra sebagai pewaris seluruh kekayaannya. Kavin tidak berniat menikah lagi, ia ingin hidup berdua saja bersama putra kecilnya, ia tidak ingin menikah karena tidak ingin putranya mempunyai ibu tiri. Entahlah, Kavin hanya tidak mau putranya di beda - bedakan nantinya. Saat ini Meisie dan Vino sudah berada di sebuah taman yang di inginkan oleh bocah kecil itu. "Sayang. Kau ingin es krim, biar Mommy berikan?" Tawar Meisie. "Mau Mommy, tapi biar Vino yang pergi beli saja ya. Mommy duduk disini saja," Ujar Vino membuat Meisie mengangguk sambil memberikan selembar uang 100 untuk bocah kecil itu Dan langsung di ambil oleh Vino. Vino melangkah ke tukang penjual es krim sambil menatap Mommy cantiknya yang tengah tersenyum pada dirinya. "Paman. Pesan 1 ya," Ujar Vino. "Baik, tunggu sebentar," Ujar si tukang es krim, sambil menyiapkan pesanan Vino. Setelah membayar dan mengambil uang kembalian Vino kembali melangkah sambil membawa es krim. Yang sudah berada di mangkuk es krim, sambil tersenyum manis ke arah Meisie. "Mommy, ini untuk Mommy dan ini uang kembaliannya," Ujar Vino sambil memberikan semangkuk es krim dan uang kembaliannya pada Meisie. Membuat Meisie mengambil dan menatap Vino dengan tatapan bingungnya. "Sayang. Kenapa hanya beli 1?" Tanya Meisie. "Vino gak suka es krim Mom," Bohong Vino, pasalnya ia suka es krim, tapi mengingat uang Mommy-nya tinggal sedikit membuat Vino tidak tega pada Mommy-nya itu. "Maafkan Vino ya Mommy, sebenarnya Vino hanya berbohong saja. Vino itu suka es krim. Ta---pi Vino gak mau uang Mommy habis," Batin Vino sedih. Mendengar ucapan Vino membuat Meisie menatap bocah kecil yang ada di hadapannya, Meisie tahu itu hanya alibi Vino saja. Bocah itu takut menghabiskan uangnya, Meisie tahu sekali jika Vino hanya berbohong. "Vino tahu? Mommy paling tidak suka sama anak pembohong jika Mommy tahu ada anak pembohong, anak itu akan Mommy usir dari kehidupan Mommy," Ujar Meisie membuat tubuh Vino menegang kaku seketika. "Vi---no bukan anak pembohong kok Mommy. Jadi Mommy gak boleh buang Vino ya," Ujar Vino dengan nada ketakutan. "Vino hanya bohong kan sama Mommy? Bilang gak suka es krim padahal Vino paling suka es krim benar tidak?" Tanya Meisie, dibalas anggukan lemah dari bocah itu." Lalu kenapa Vino cuman beli satu dan berani bohong sama Mommy? Vino harus tahu bahwa Mommy gak suka sama anak pembohong," Ujar Meisie kembali. "Sorry Mom, Vino sebenarnya bohong sama Mommy. Vino itu suka es krim, tapi? Vino gak mau habisi uang Mommy. Makanya Vino cuman beli satu dan terpaksa bohong sama Mommy hiks... hiks...," Isak tangis Vino membuat Meisie semakin terharu saja, mengingat anak seusia Vino dapat berpikir sedewasa itu. "Sudah sayang jangan menangis lagi, Mommy minta maaf ya," Ujar Meisie sambil mendekap tubuh mungil Vino dalam pelukannya itu. "Mommy gak perlu meminta maaf, Vino yang salah. Bukan Mommy," Kata Vino membuat Meisie semakin menyayangi bocah kecil itu. "Ya sudah, es krimnya kita bagi berdua saja, dalam arti menikmati bersama - sama, Vino tahu berbagi makanan lebih nikmat dari pada menikmati sendiri loh," Kata Meisie, membuat Vino mengangguk," Vino mau Mommy suapi?" Tanya Meisie kembali. "Mau Mommy, Vino sering dengar juga jika berbagi makanan lebih enak bukan begitu Mommy?" Tanya Vino di balas anggukan dari Meisie. Keduanya akhirnya saling menyuapi satu sama lain, menikmati es krim secara bersamaan. "Vino ayo buka mulutnya. Tinggal satu suap lagi loh, Aaaa.... Sayang," Kata Meisie tanpa menyadari jika kedua mata bocah kecil itu sudah membulat dengan tatapan was - wasnya. Karena saat ini ada seseorang yang tengah berdiri tepatnya tidak jauh dari keduanya berada. Membuat Vino menelan kasar salivanya yang terasa begitu mencekik dirinya saat ini. "Vino. Sayang, ayo bukan mulutmu," Kata Meisie kembali sambil menatap gemas pada bocah kecil itu yang hanya diam dengan tatapan was - was miliknya itu. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD