3. Siapa Mommy Meisie?

1521 Words
Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika tanpa dirinya di sisiku. Jika ada dia hidupku seakan berwarna. ***** "Vino. Sayang, ayo bukan mulutmu," Pinta Meisie kembali, saat ia menatap gemas pada bocah kecil itu yang hanya diam dengan tatapan was - was miliknya. Tanpa menjawab panggilan Meisie, bocah cilik itu langsung menarik kuat telapak tangan besar Meisie hingga es krim yang tinggal sesuap itu tumpah di atas rerumputan hijau. Membuat Meisie hampir saja jatuh, karena tarikkan tiba - tiba itu, untuk saja Meisie bisa mengontrol tubuh mungilnya agar tidak tersungkur. Vino menarik telapak tangan Mommy-nya untuk bersembunyi di balik semak - semak, membuat Meisie terpaksa mengikuti keinginan Vino yang seakan tengah di kejar oleh seorang penjahat saja. "Vino sayang ka... Euhmm," Bibir Meisie di bungkam dengan telapak tangan mungil milik Vino. "Mommy syut. Mommy diam dulu jangan bicara sama Vino, Okey," Perintah Vino dibalas anggukan patuh dari Meisie. Seakan Vino adalah orang yang lebih tua dari dirinya. Vino melepas bungkaman pada bibir Mommy-nya sambil menundukkan kepalanya, agar tidak ada yang tahu jika ia tengah bersembunyi. "Apa kau sudah menemukan tuan muda?" Tanya Dodi yang cemas bukan main. "Belum tuan, kami belum menemukan tuan muda," Jawab pengawal lainnya. "Cari sampai dapat, kita harus menemukan tuan muda secepatnya jika tidak nyawa kita akan menjadi bayarannya," Ujar Dodi dengan nada was - was. Membuat Vino yang mendengar ucapan para pengawal itu tetap bungkam, Vino menggelengkan kepalanya. ia tidak mau pulang, ia masih ingin bersama Mommy-nya, ia rindu akan kasih sayang seorang Mommy terhadap dirinya. "Daddy. Maafin Vino ya, Karena Vino pergi tanpa memberitahukan hal ini pada Daddy, Vino hanya merindukan kasih sayang seorang Mommy. Vino ingin seperti anak - anak lainnya, yang mempunyai seorang Mommy, Vino sedih. Dad, karena Vino gak punya Mommy," Batin Vino sambil meneteskan air matanya, tapi segera di hapus cepat oleh bocah cilik itu. karena Vino takut jika Mommy-nya sampai tahu jika ia tengah di cari. Berbeda dengan Meisie yang hanya bisa diam dan menuruti keinginan bocah itu, Meisie sungguh tidak paham kenapa bocah itu ingin bersembunyi. Bersembunyi dari siapa? Meisie pun tidak tahu, yang Meisie tahu mungkin itu hanya tingkah dari bocah itu saja yang hanya ingin bermain - main saja. Pikir Meisie. "Kau menemukannya?" Tanya sang pengawal. "Tidak. Sebaiknya kita mencari di tempat lain, tidak mungkin tuan muda disini sendirian lagi. Itu jelas tidak mungkin ," Ujar Dodi orang yang bertugas untuk menjaga Vino, Dodi melangkah meninggalkan lokasi itu. Membuat Vino menghela nafas leganya, melihat gerakan aneh yang di tunjukkan Vino, Membuat Meisie bertanya - tanya apa artinya. Kenapa sikap Vino terlihat sangat aneh seakan tengah di kejar oleh seseorang? Membuat pria kecil itu memilih kabur, memikirkan itu membuat Meisie merasa sangat pusing saat ini. ***** Pagi hari Meisie tengah bersiap - siap untuk berangkat ke kantor tapi dirinya berpikir kepada siapa ia menitipkan Vino, sedangkan ia tidak mempunyai saudara, memikirkan itu semua membuat Meisie kalang kabut. "Good morning, Mommy," Sapa Vino dengan suara khas anak berusia 5 tahun. "Morning, Sayang. Hari ini Mommy akan berangkat ke kantor dan Mommy bingung mau menitipkan kamu pada siapa, sedangkan Mommy tidak mempunyai sana saudara," Ujar Meisie lesu. "Mommy, Vino bisa kok tinggal di apartemen ini sendirian, Mommy gak perlu khawatir, Vino bakal jaga diri Vino sendiri, Mommy berangkat kerja saja," Ujar Vino dengan senyuman manisnya membuat meisie seakan tidak rela jika meninggalkan bocah itu sendirian di apartemennya. Bukan karena takut Vino mencuri, Meisie takut Vino kenapa - kenapa dan takut Vino di culik orang, jujur saja, Meisie mulai menyayangi Vino seperti anaknya sendiri, Meisie tidak ingin kehilangan Vino. Meisie tidak akan pernah rela membiarkan Vino jauh darinya. "Sayang, Mommy tidak bisa membiarkan Vino sendirian, sebaiknya Vino sarapan dulu dan ikut Mommy ke tempat kerja. Nanti Vino Mommy titipkan sama orang kantin tempat Mommy kerja, jadi Mommy merasa kau tidak akan sendirian dan Mommy akan merasa lega jika kau disisi Mommy. Mau ya sayang?" Tanya Meisie dengan lembut. "Mau Mommy, Vino bakal menurut apa kata Mommy. Asal Mommy gak ninggalin Vino lagi," Kata Vino sambil mengunyah sarapannya membuat Meisie merasakan rasa hangat saat mendengar ucapan tulus dan lembut dari pria kecil itu. Selesai sarapan keduanya menaiki angkutan umum, 20 menit Meisie dan Vino sudah sampai di sebuah perusahaan terbesar di london. "Ayo sayang kita masuk, ini tempat kerja Mommy," Ujar Meisie lembut tanpa Meisie ketahui jika kedua kaki mungil Vino seakan sangat berat untuk melangkah mamasuki perusahaan tempat Meisie bekerja. "Inikan kantor Daddy," batin Vino was - was saat menatap sekeliling takut - takut ada Daddy-nya. "Sayang ayo masuk," Panggil Meisie merasa bingung dengan tingkah pria kecil itu. "Mo---mmy, Vi---no di apartemen saja ya, Vino ku--rang nya--man di---si....?" "Tuan muda Vino," Panggilan seseorang membuat pria kecil itu tersentak kaget." Tuan Vino, oh syukurlah, anda disini saya sangat cemas tuan," Ujar pria yang memanggil yang tidak lain adalah Dodi, Pria itu bahkan berlutut agar sejajar dengan tinggi tubuh pria kecil itu. "Pa---man Dodi, ngapain disini?" Tanya Vino sambil melangkah mundur, ia belum ingin pulang, ia masih ingin bersama Mommy-nya, walau Vino tahu Meisie bukanlah Mommy kandungnya. Tapi, tapi Vino terlanjur menyayangi Meisie.. Sedangkan Meisie berdiri tidak jauh dari Vino, otak pintar Meisie sedang berpikir apa hubungan Vino dengan Pria dewasa itu. "Tuan Vino, ayo pulang tuan besar mencari tuan muda. Jika tuan muda tidak mau pulang kami akan terkena amukan dari tuan besar," Mohon Dodi. "Tidak mau, Vino gak mau pulang. Vino mau sama Mommy saja," Ujar Vino segera berlari dan memeluk Meisie yang masih berdiri, membuat Dodi menatap ke arah Meisie. "Kau sekretaris tuan Kavin bukan?" Tanya Dodi. "Anda...?" Ucapan Meisie terhenti, seakan mengenali siapa pria dewasa ini. "Aku dodi, yang merupakan orang kepercayaan tuan Kavin yang selalu memberikan tugas untuk kau kerjakan," Ujar Dodi, membuat Meisie mengangguk karena sudah mengingat siapa pria di hadapannya itu. Siapa lagi jika bukan orang kepercayaan atasannya, berarti... berarti, Meisie menatap Vino dengan tatapan yang sulit di artikan oleh Vino. "Jadi. Vino ini?" Tanya Meisie ragu-ragu "Dia putra atasanmu. Tuan Kavin Ardana Abiputra," Ujar Dodi membuat Meisie tersentak kaget. "Ja....? "Vino," Panggilan seseorang membuat ketiganya menoleh ke asal suara tersebut, tubuh Vino membeku seketika saat di hadapannya berdiri sang Daddy dengan orang - orangnya. "Daddy," Lirih Vino sambil melangkah mundur dan bersembunyi di belakang tubuh mungil Meisie, membuat pria yang tidak lain adalah Kavin Ardana Abiputra segera melangkah untuk mendekati putra semata wayangnya. "Vino, Sayang, Daddy merindukanmu nak kau kemana saja?" Tanya kavin sambil menarik tubuh kecil Vino kedalam pelukannya. "Hiks... hiks... Daddy, maafin Vino yang pergi tanpa memberitahukan pada Daddy, Vino rindu seorang Mommy. Vino ingin punya Mommy, Vino ingin kayak teman - teman Vino lainnya," Adu Vino sambil terisak dan membalas pelukan Kavin yang merupakan Daddy tercintanya itu. Mendengar ucapan Vino membuat Kavin mengepalkan kedua tangannya, seakan tidak bisa dan tidak akan pernah bisa untuk mengabulkan keinginan putra semata wayangnya. "Daddy, Vino mau punya Mommy, kayak Mommy Meisie," Ujar Vino membuat Kavin melepaskan pelukan Vino dan menatap kedua mata putranya itu. "Mommy meisie, siapa dia?" Tanya Kavin seakan menuntut akan jawaban siapa Mommy Meisie itu. "Ini Dad, ini Mommy Meisie. Mommy-nya Vino," Kata Vino yang langsung menggenggam telapak tangan Meisie, membuat Kavin menatap tajam sosok Meisie, membuat yang di tatap menahan nafas saat ini. Bagaimana tidak? Tatapan Kavin seakan seperti sebuah belati yang siap menerobos untuk menghentikan detak jantung seorang Meisie. Membuat Meisie harus menahan nafas saat ini. Bukan hanya Meisie beberapa karyawan ikut menahan nafas mereka karena tatapan Kavin seakan adalah tatapan pembunuh saat ini. Setengah dari karyawan perusahaan ini memang tidak pernah bertemu secara langsung dengan pemilik perusahaan ini. Entahlah, yang mereka tahu pemilik perusahaaan ini di kenal tegas dan disiplin. Bukan hanya itu saja, sifatnya juga sangat dingin terhadap siapa pun. "Aku ingin bicara denganmu nanti," Ujar Kavin terdengar seperti bisikkan di telinga Meisie, membuat Meisie menahan nafasnya sebisa mungkin. "Vino ikut paman Dodi dulu ya, Daddy ada urusan sebentar," Kata Kavin menahan dirinya agar tidak membentak putranya itu. "Vino gak mau ikut paman Dodi, Vino mau ikut pulang sama Mommy Meisie saja," Kata Vino membuat kedua mata tajam Kavin menatap benci pada sosok Meisie, karena Meisie sudah berani mencuci otak putra semata wayangnya itu.. Sejauh yang Kavin tahu putranya tidak pernah berani menolak perintahnya dan hari ini Vino berani menolak dirinya, membuat Kavin berpikir jika Meisie-lah dalang dibalik pemberontakan putranya itu. Kavin menahan sekuat mungkin agar tidak membentak putranya itu, Kavin berlutut dihadapan putra kecilnya itu, yang saat ini mulai tumbuh dewasa. "Sayang, Daddy hanya ingin berbicara sebentar dengan Mommy Meisie, apa Daddy tidak boleh berbicara pada Mommy-mu euhm?" Tanya Kavin berharap putranya itu mau menuruti keinginannya saat ini. Vino menundukkan kepalanya, sambil berpikir apa ia harus pergi sebentar agar Daddy-nya bisa mengenal Mommy-nya itu "Baiklah Daddy, tapi nanti Vino diijinkan untuk ikut Mommy pulang kan?" Tanya Vino hati - hati membuat Kavin terpaksa mengangguk, yang terpenting saat ini ia bisa memberikan pelajaran pada gadis yang sudah berani menganggu kehidupannya. Setelah melihat Vino telah pergi bersama Dodi. Kavin berbalik menatap tajam pada Meisie yang tengah menatap dirinya takut - takut saat ini. "Ikut aku ke ruanganku SEGERA," Bentak Kavin membuat Meisie tersentak kaget sambil mendongak untuk menatap wajah Kavin sang atasan yang mulai memerah saat ini... TBC,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD