4. Wanita ular

1696 Words
Perasaaan ku sakit, saat di tuduh yang tidak - tidak. Aku sungguh menyayangi putranya, lalu kenapa aku di tuduh se-hina itu. ***** Saat ini Meisie sudah berada di dalam ruangan milik atasannya, lebih tepatnya miliknya juga. Karena dirinya satu ruangan bersama dengan Kavin selaku atasannya di kantor. Kavin berdiri dengan tubuh tegap menatap ke luar jendela tebal miliknya menatap padatnya kota london saat ini. "Aku tidak pernah menyangka. Gadis yang aku terima sebagai sekretarisku ternyata adalah wanita ular yang berani melakukan berbagai cara untuk menyelesaikan misinya," Ujar Kavin membuat tubuh Meisie menegang seakan tidak percaya dengan cara tatap atasannya saat ini. "Apa mak---sud anda?" Tanya Meisie tidak mengerti membuat sudut bibir Kavin tertarik ke atas berbentuk senyuman miring. "Kau bertanya apa maksudku? Kau Berpura - pura bodoh atau pura - pura polos. Aku CUKUP mengerti tipe wanita semacam apa dirimu ITU, aku tahu kau sengaja mencuci otak putraku agar dia mau menuruti kemauanmu, aku sungguh tidak menyangka gadis yang aku anggap polos ternyata seorang ular berbisa," Kata Kavin tajam membuat Meisie hampir saja mengeluarkan air matanya. Sungguh perkataan Kavin sangat... sangat... menyakiti hatinya, Meisie tidak pernah mencuci otak bocah cilik itu, Meisie bertemu bocah itu saat ia pulang lalu kesalahan apa yang Meisie perbuat, kenapa lelaki di depannya malah menuduh dirinya seperti ini. Membuat hati Meisie seakan ikut merasakan rasa sakit itu. "Anda salah paham, aku tidak pernah mencuci otak putra anda. Aku menemukan Vino saat aku pulang dari kantor, anda bisa bertanya pada Vino," Lirih Meisie menahan rasa sakit karena di tuduh sekejam itu. "Kau kira aku percaya dengan ucapanmu itu? KAU KIRA AKU BODOH, KAU MUNGKIN SUDAH MENCUCI OTAK VINO DENGAN KEBOHONGANMU, JANGAN BERPURA - PURA SOK SUCI DI HADAPANKU," Bentak Kavin yang tidak lupa menatap tajam sosok Meisie. Membuat Meisie tersentak kaget sambil melangkah mundur. "Aku tahu keinginan seorang wanita ular seperti dirimu, apa lagi jika bukan uang., Kau adalah wanita yang sangat.... sangat... menjijikkan bagiku, dengan mudahnya kau menjual harga dirimu demi uang. Tapi kau salah, karena telah berniat menjual harga dirimu padaku, karena aku tidak mungkin TERGODA oleh wanita menjijikkan seperti DIRIMU ITU," Teriak Kavin saat dirinya menatap jijik pada sosok Meisie. Membuat Meisie hanya mampu bungkam mendengar semua hinaan yang dilontarkan atasannya untuk dirinya, sejujurnya hati Meisie di dalam sana sangat.... sangat... sakit mendengar penghinaan dari pria itu. "Tuan kau sa....??? Ucapan Meisie terhenti saat sebuah kertas kecil dilemparkan dengan tidak manusiawi di wajah cantiknya, hingga kertas itu dengan tidak berperasaan menyentuh wajah cantiknya. "Isi berapa nominal yang kau inginkan? Isi saja berapa nominal harga dirimu di mataku. Kau tenang saja aku sanggup membayarmu dengan nominal yang kau inginkan dan aku ingin kau bertelanjang di hadapanku saat nominal yang kau isi adalah harga dari seluruh tubuhmu i....???? Plaaakk Ucapan Kavin terhenti saat sebuah tamparan cukup keras menampar wajah tampannya. Membuat wajah Kavin tertoleh ke samping. Kedua mata Meisie memerah menahan sekuat tenaga agar tidak menangis di hadapan pria sombong seperti atasannya itu. "Aku bukan w************n seperti pemikiran anda tuan. Aku memang dari keluarga miskin, tapi bukan berarti aku sehina itu. Dengan mudahnya menjual harga diriku untuk uang yang tidak ada apa - apanya bagiku. Walau semua uangmu kau berikan padaku, itu tidak akan pernah cukup untuk membeli harga diriku. Aku tidak butuh uangmu itu," Ujar Meisie sambil merobek kertas berisi cek kosong yang bisa di isi Meisie, tapi justru Meisie merobeknya tepat di hadapan Kavin. Bahkan kertas yang di robek Meisie.. Dengan tidak sopannya Meisie lemparkannya ke arah wajah tampan atasannya itu, membuat Kavin bungkam seketika mendengar ucapan Meisie barusan. "Dan perlu kau tahu aku menyayangi putramu seperti darah dagingku sendiri, tapi jika kau menginginkan aku pergi dari kehidupan putramu, katakan saja, kau tidak perlu menghinaku seperti itu." Kata Meisie tidak terasa air matanya menetes karena tidak mampu lagi untuk ia tutup - tutupi. "Kau sangat pinter bersandiwara Nona," Ejek Kavin membuat Meisie menatap kembali pada wajah pria itu yang terlihat sangat sinis pada dirinya, membuat Meisie sangat membenci pria itu dan juga terluka atas ucapan pria itu pada dirinya. "Aku tidak menyangka wanita ular seperti dirimu sangat lihai bersandiwara. Wah. Kau bisa menjadi seorang aktor Nona," Sinis Kavin sambil terkekeh geli membuat Meisie menghapus kasar air matanya, sungguh ia memang miskin tapi ia sangat menjaga harga dirinya. Bagi Meisie harga dirinya nomor 1 dari pada uang yang tidak ada harganya. yang tidak bisa ia bawa mati. Tidak seperti harga dirinya yang bisa ia bawa mati bahkan di akhir hidupnya. "Kau sungguh ti....!!!! Ckreek "MOMMY," Teriak seseorang saat pintu ruangan dibuka tidak sabaran, membuat kedua orang berbeda kelamin itu menoleh menatap seorang bocah dan beberapa pengawal di belakang bocah cilik itu. "Mommy," Panggil bocah yang tidak lain adalah Vino sambil berlari memeluk kedua kaki Mommy cantiknya itu," Mommy, Vino sangat merindukan Mommy, baru beberapa menit gak ketemu Mommy hati Vino sudah hampa," Gombal Vino dengan senyuman manisnya. Membuat Meisie menatap Kavin dengan tatapan datar miliknya membuat Kavin ikut membalas dengan tatapan tajam milik pria itu. "Mommy, Mommy gak di apa - apain Daddy kan? Daddy baik kan sama Mommy?" Tanya Vino dengan tatapan polosnya membuat Meisie menatap kasihan pada bocah kecil itu. Tapi jujur saja, hati Meisie sudah terlalu sakit. Bukannya Meisie ikut membenci pria kecil itu, tidak, Meisie tidak mungkin bisa membenci pria kecil itu, pria yang sudah menemani dirinya selama 2 hari ini. Membuat Meisie merasakan rasa nyaman tapi mengingat ucapan ayah dari pria kecil itu membuat Meisie mengepalkan kedua tangannya di bawah sana. "Mommy, Vino ta....?... "CUKUP, JANGAN MEMANGGIL AKU MOMMY, AKU BUKAN MOMMY-MU BAHKAN DEMI TUHAN KAU BUKAN ANAKKU, AKU TIDAK SUDI DI PANGGIL MOMMY OLEHMU MINGGIR KAU," Teriak Meisie sambil mendorong tubuh kecil Vino yang tengah memeluk kedua kakinya. Membuat tubuh pria kecil itu tersungkur ke bawah lantai, membuat Kavin, Dodi dan orang - orangnya sampai tersentak kaget saat melihat putra dari majikannya di dorong dengan sangat tidak manusiawi saat ini. Sedangkan pria kecil itu terlihat membeku bagai mayat hidup dengan air mata yang menetes tanpa di minta, bahkan tidak perlu untuk menangis terlebih dahulu untuk menghasilkan air mata. Dengan sendirinya air mata itu jatuh membasahi wajah tampan dan mungilnya saat ini. "Dengarkan aku baik - baik, aku bukan MOMMY----MU, AKU TIDAK MENGENALMU, JADI BERHENTI MEMANGGIL DIRIKU MOMMY KARENA SAMPAI KAPANPUN, AKU TIDAK AKAN PERNAH SUDI DI PANGGIL MOMMY OLEHMU," Tunjuk Meisie tepat di wajah Vino membuat hati terdalam pria kecil itu merasakan rasa sakit atas penolakan dari Mommy cantiknya itu. Bahkan tubuh kecilnya yang SEMPAT di dorong seakan tidak merasakan rasa sakit, hanya rasa sakit di hati terdalamnya saja. Bahkan d**a kecil Vino terasa sesak dan nyeri saat ini. "Kau dan kau berhenti menganggu hidupku, singkirkan bocah SIALAN... itu dari hidupku, aku muak....AKU SANGAT MUAK DENGANNYA," Teriak Meisie berapi - api. Sambil melangkah bahkan melangkahi tubuh pria kecil itu yang masih setia berbaring di bawah lantai dengan tubuh kaku miliknya, bahkan air mata Vino kian menetes saat ini. "Mommy," panggil PRIA kecil itu sekali lagi dengan suara lembut miliknya menatap Mommy-nya dengan tatapan memohon. Ya, memohon jika yang baru saja ia lihat hanya mimpi, Merasa di panggil Meisie menoleh dengan kedua mata memerah miliknya. Ada perasaan hancur dan tidak rela tapi Meisie terpaksa melakukan hal kejam itu, bahkan Meisie mengutuk kedua tangan dan mulutnya yang dengan tega berbicara hal yang sangat... sangat menyakitkan untuk di dengar. Apa lagi, di dengar oleh pria kecil itu. Tapi Meisie terpaksa agar pria kecil itu bisa melupakan dirinya, bahkan bisa membenci dirinya, setidaknya Meisie bahagia karena pria kecil itu membenci dirinya, dari pada harus merindukan dirinya. Sesungguhnya Meisie mulai menyayangi Vino tapi mengingat ucapan Kavin tadi membuat hati Meisie semakin perih dan hancur. "Maafkan Mommy. Sayang, Mommy terpaksa menyakiti hati dan jiwamu hanya ini yang bisa Mommy perbuat. Mommy sakit hati dengan penghinaan Daddy-mu, andai... andai saja kau bukan anaknya, demi tuhan Mommy akan dengan senang hati untuk mengangkat dirimu sebagai putra Mommy, tapi Sayangnya Kau anaknya, anak dari pria kejam seperti dirinya," Batin Meisie semakin hancur saat ini. Meisie segera mengubah wajahnya yang tadi menatap seduh pada bocah itu kini menatap tajam pada bocah kecil itu. "Apa kau TULI, SUDAH AKU KATAKAN JANGAN PANGGIL AKU MOMMY KAU BENAR - BENAR ANAK TIDAK TAHU DIRI," Bentak Meisie sambil mencengkeram kuat kedua bahu mungil Vino yang semakin membeku, seakan tubuh kecil Vino tidak mampu lagi pria kecil itu gerakan. . Tadi... Tadi... saat dirinya dengan berani memanggil Mommy pada Meisie, pria kecil itu bahagia, dikira Vino, Meisie akan kembali mengingat dirinya dan itu hanya bercanda saja. Tapi beribu - ribu sayang, di detik terakhir senyuman manis Vino luntur dengan jatuhnya air mata yang sangat banyak kali ini bahkan sangat deras. "Lepaskan putraku. Berani sekali kau menyakiti dirinya," Ujar Kavin melepas cengkeraman Meisie pada bahu mungil Vino, tapi beribu - ribu sayang bocah itu tidak merasakan rasa sakit, justru yang sakit saat ini hanyalah jiwanya, YA. Jiwanya sangat perih saat ini. Meisie berdiri dengan tatapan angkuhnya sambil membersihkan kedua tangannya seakan sangat jijik bila dia bersentuhan dengan Vino, membuat hati Vino kian sakit. "Syukurlah, aku juga tidak mau bersentuhan dengannya, aku tidak mau terkena kotoran dari anakmu," Bohong Meisie menahan dirinya untuk tidak menangis sambil menatap wajah Vino untuk terakhir kalinya. Sungguh Meisie terpaksa, ia terpaksa melakukan hal sekejam itu, Meisie yakin pria kecil itu akan membenci dirinya. Ya, Meisie yakin itu. Dengan langkah cepat Meisie melangkah keluar dari ruangan atasannya, yang akan menjadi mantan atasannya juga karena Meisie tidak akan sudi lagi untuk bekerja di kantor ini. Melihat Meisie telah pergi membuat Kavin tersenyum puas dengan begitu putranya akan sangat.... sangat... membenci wanita itu. Sungguh Kavin sangat bahagia karena wanita itu dengan sadar diri pada akhirnya memilih meninggalkan putranya dengan perasaan hancur dan Kavin yakin putranya akan mudah melupakan wanita ular itu. "Vino sayang, kau tidak perlu bersedih ada Daddy yang akan selalu bersama denganmu. Kau tidak perlu seorang Mo....!!!! Bruukkk Tubuh Vino yang sudah dibantu oleh Kavin untuk berdiri, tiba - tiba terjatuh tidak sadarkan diri dibawah lantai. Membuat Kavin tersentak kaget. Saat melihat wajah pucat putra semata wayangnya yang seakan tanpa darah saat ini. "Vino kau kenapa sayang? VINO KAU KENAPA," Teriak Kavin sambil mengguncangkan tubuh mungil Vino yang sudah tidak bergerak lagi, membuat Dodi dan para pengawal lainnya berlarian mendekati tubuh kaku majikan mudanya... TBC,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD