5. Demi vino

1321 Words
Apa aku terlalu jahat tidak mengerti keinginan terbesar putra kecilku? Apa aku memang tidak memiliki hati sejak dulu sehingga... sehingga... ***** "Vino. Bangun Sayang, Daddy mohon bangun," Pinta Kavin dengan butiran kristal sambil mendorong cepat brankar pesakitan milik putranya. Ya, saat ini Vino langsung di larikan kerumah sakit, karena wajah Vino tiba - tiba saja menjadi pucat bagai mayat hidup saat ini. Membuat wajah Kavin memerah karena menangis. "Vino, bangun Sayang. Daddy mohon. hiks... hiks... maafkan Daddy sa....??? "Maaf tuan. Sebaiknya anda tunggu diluar saja, karena anda tidak bisa ikut masuk," Ujar seorang suster menahan tubuh besar Kavin untuk ikut memasuki ruang UGD. "Tapi Sus, saya ingin menemani putra saya, saya tidak mau terjadi hal yang buruk dengan Vino," Lirih Kavin menahan dirinya untuk tidak rapuh di depan semua orang. Tidak... Tidak Kavin tidak mau di anggap lemah. "Tapi tetap tidak bisa tuan, tolong tuan jika tidak segera di tangani ini akan berakibat fatal," Ujar Suster tanpa menunggu jawaban Kavin, pintu ruangan UGD segera di tutup. Membuat Kavin hanya mampu berdiri dengan hati dan jantung yang amat sesak. "Maafkan Daddy sayang, karena kesombongan Daddy kau justru terkena imbasnya," Batin Kavin menahan rasa sakit dihatinya. ***** 20 menit kemudian, pintu UGD terbuka menampilkan seorang Dokter muda membuat Kavin segera berdiri. "Bagaimana keadaaan Vino dok?" Tanya Kavin was - was. "Mari ikut saya, mungkin selama ini anda tidak mengetahui kondisi putra anda," Ujar sang Dokter muda sambil mengajak Kavin ke ruangan pribadinya. Saat ini Kavin baru saja keluar dari ruang Dokter yang menangani putra kecilnya itu, tubuh Kavin saat ini terlihat sangat lemah dan kacau saat beberapa kata yang di ucapkan oleh Dokter tadi. Membuat setiap organ tubuh Kavin seakan mati rasa. Bahkan... bahkan air mata Kavin menetes tanpa dirinya minta, Kavin berjalan di koridor rumah sakit dan ucapan Dokter muda itu selalu terngiang - ngiang di dalam hati dan jiwanya. Kavin menggeleng kuat seakan menolak takdir yang tuhan berikan kepada putra semata wayangnya, putra kebanggaannya itu. "Sebaiknya anda mengabulkan permintaan kecilnya, bukankah sebagai seorang ayah tidaklah sulit mengabulkan permintaan sekecil itu," Ujar Dokter itu membuat Kavin terus saja terbayang - bayang akan ucapan Dokter tadi. Sungguh hati Kavin sangat... sangat sakit jika saja Kavin tahu putranya seperti ini. Demi tuhan, Kavin tidak akan mungkin menghina Meisie seperti tadi. Wanita yang telah membuat putranya bahagia, tapi Kavin melakukan itu agar putranya tidak salah memilih seorang wanita yang ia jadikan ibu baginya. Bukan karena Kavin tidak ingin putranya bahagia, hanya saja. Bagi Kavin ibu tiri itu jahat, Ya. Sangat jahat, karena dulu, Kavin pernah teraniaya oleh ibu tiri dalam arti istri papanya dan Kavin tidak ingin putranya bernasib sama dengan dirinya. Apa salah? Jika Kavin selalu posesif untuk menjaga putra semata wayangnya itu, "Tuan Kavin," Suara Dodi membuyarkan lamunan pria itu, Kavin mendongak menatap bawahannya yang tengah menunduk hormat pada dirinya. "Ada apa Dodi?" Tanya Kavin segera menghapus air matanya. "Tuan muda sudah sadar dari pingsannya, ia tengah mencari - cari Tuan saat ini," Ujar Dodi saat dirinya menatap majikannya ia tahu pasti ada sesuatu yang tengah di tutup-tutupi oleh majikannya. Melihat kedua mata majikannya yang terlihat membengkak saat ini. Mendengar jika putranya mencari dirinya membuat Kavin melangkah dengan langkah lebar agar segera sampai ke ruang rawat dimana putranya berada. Ckreekk Pintu dibuka Kavin membuat bocah 5 tahun itu tersenyum dengan tatapan seduh miliknya. "Daddy," Panggil bocah yang tidak lain adalah Vino sambil mengulurkan kedua tangan mungilnya meminta di peluk, dengan langkah cepat Kavin mendekap tubuh mungil putra kecilnya. "Maafkan Daddy Sayang, maafkan Daddy," Lirih Kavin sambil meneteskan air mata pilunya sambil menciumi kepala mungil putra kecilnya itu. "No Daddy, No," Jawab Vino sambil melepas pelukan Daddy-nya. Pria kecil itu bahkan tersenyum manis walau tidak dapat di bohongi hati Vino sangat terluka dengan penolakan Meisie pada dirinya, membuat bocah kecil itu berusaha untuk menutupi rasa sakitnya saat ini, Ya. Vino berusaha untuk menutupi kesedihannya saat ini. Vino juga tidak mau Daddy-nya semakin sedih dan Vino berjanji akan melupakan keinginan terbesarnya untuk memiliki seorang Mommy, toh Vino sudah tahu jika Daddy-nya tidak setuju dan Vino tidak ingin semakin menyakiti hatinya. Cukup dirinya saja yang sudah menyakiti hati Daddy-nya, bahkan baru detik ini dia telah menyakiti hati daddy tersayangnya itu. "My little man what you want? Just say it, (Pria kecilku apa yang kau inginkan? katakan saja)?" Tanya Kavin, Kavin bersumpah akan mengabulkan keinginan kecil putranya itu. Tapi naas, putranya justru mengelengkan kepalanya. "Vino, gak butuh apa - apa, Vino gak mau meminta apapun. Vino hanya mau Daddy terus bersama Vino," Ujar Vino menghapus air mata Daddy-nya. Membuat Kavin semakin meneteskan air mata di kedua kelopak matanya saat ini, pantas saja tubuh putranya tidak pernah berubah ternyata ada alasannya membuat hati Kavin semakin sakit saja. "Sayang, Vino mau punya Mo---Mommy?" Tanya Kavin dengan bibir bergetar menahan tangis. "No Daddy, Vino gak mau punya Mommy.. Mommy tiri itu jahat, kan Daddy yang bilang sama Vino dulu," Balas Vino walau hati kecilnya menginginkan seorang Mommy untuk menjaga Daddy-nya suatu hari nanti. Kavin tersenyum kecut ia tahu putranya berbohong, ia sangat tahu keinginan putra kecilnya membuat Kavin tersenyum kecut bukan karena Kavin tidak tahu, ia sangat tahu, karena ia tidak sengaja membaca buku diary milik putra kecilnya. "Daddy kapan Vino boleh pulang? Vino gak suka disini," Ujar Vino membuat Kavin mengusap sayang puncak kepala Vino. "Besok Vino baru boleh pulang, sekarang Vino istirahat dulu ya. Daddy harus ke kantor dulu," Bohong Kavin membuat Vino mengangguk patuh. "Dodi, kau jaga Vino dengan baik ya jika terjadi sesuatu segera hubungi aku," Ujar Kavin setelah mendapat anggukan patuh dari Dodi. *** Saat ini Kavin tengah berada di sebuah apartemen mini. Kavin masih betah di dalam mobil tanpa mau keluar atau mengetuk pintu apartemen milik seseorang. Seseorang yang Kavin lukai beberapa jam yang lalu, tapi Kavin akan memohon maaf agar wanita yang ia hina tadi siang mau memaafkan dirinya. Demi putra kecilnya, demi hidup putranya, Kavin akan menurunkan harga dirinya demi putra yang sangat ia cintai. Kavin membuka pintu mobil miliknya sambil menurunkan satu kaki miliknya yang memakai sepatu mahal dan kilat miliknya. Membuat beberapa apartemen mini yang sampai menatap takjub pria tampan yang terlihat sangat tampan dan kaya raya itu. Tentu mereka tahu Pria itu pasti sangat kaya rasa melihat mobilnya saja keluaran terbaru. Kavin menatap sekeliling apartemen mini itu satu hal yang perlu kavin ingat jika putranya pernah disini, ya disini. "Mari tuan," Suara pengawal membuyarkan lamunan Kavin, Kavin menganggukkan kepalanya. Sambil melangkah ke arah apartemen mini dan rusuh itu, membuat beberapa tetangga takjub melihat ketampanan seorang Kavin Ardana Abiputra. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu membuat seorang gadis yang tengah memasak menghentikan aktivitas kecilnya, sambil membersihkan tangan kotornya dan melangkah untuk membukakan pintu. Ckreekk Pintu apartemen terbuka membuat tubuh Kavin menegang, "Untuk apa kau kemari? belum puaskah kau menghina aku?" Tanya seorang gadis yang tidak lain adalah Meisie dengan tatapan benci dan sinisnya. Membuat Kavin memberanikan diri untuk berbicara kepada wanita itu. "Apa kau mempunyai waktu? Aku butuh ber.....??? "Aku tidak ada waktu untuk berbicara dengan orang sombong seperti dirimu," ujar Meisie memotong ucapan Kavin dan. Braaakk Pintu apartemen miliknya dibanting kuat oleh sosok Meisie, bahkan segera di kunci dari dalam oleh wanita itu membuat Kavin dan orang - orangnya tersentak kaget dengan perlakuan Meisie yang tidak mempunyai rasa sopan sedikit pun. "Tuan apa kami perlu memberi pelajaran pada wanita itu. Yang sudah sangat tidak sopan pada tuan?" Tanya pengawal seakan tidak menyukai sikap Meisie yang tidak sopan pada majikannya mereka. "Tidak perlu," Jawab Kavin, ia paham apa yang di rasakan Meisie membuat Kavin menatap setiap sudut apartemen milik Meisie agar ia hafal jika esok hari jika ia datang kembali. Kavin tidak akan menyerah begitu saja apalagi demi putranya, akan Kavin korbankan harga dirinya, asal putranya bahagia dan asal Meisie mau kembali bertemu dengan putranya. Setidaknya Kavin sudah mengabulkan permintaan kecil putranya itu.... "Kau tenang saja sayang, Daddy tidak akan menyerah untuk membawa Mommy yang sudah kau anggap menjadi Mommy-mu itu," Batin Kavin melangkah pergi tapi untuk kembali tentunya. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD