3

931 Words
Aku membolak-balik lembar novel yang sedang k*****a, entah lah apa gunanya seperti itu. Tapi pikiranku benar-benar tidak pada tempatnya untuk saat ini. Rasanya otakku benar-benar merekam dengan jelas kalimat Ali semalam. Kini dia tanpa bertanggungjawab telah memorakporandakan hatiku, pergi begitu saja untuk kembali bertugas di kota. Sedangkan aku disini gila memikirkan perkataannya itu setiap saat. "Kaaakkk" "Eh" aku menabok wajah Ero. Refleks. "a***y, muka ganteng aku" ujarnya lebay dan mengusap-usap wajahnya yang kena tabokanku. "Apaan, kamu sih ngagetin kakak" "Aku? Kakak tuh yang senyam-senyum gajelas" Aku mengernyit "Masa sih aku senyum-senyum?" tanyaku "Iya, mikirin yang enggak-enggak kan?" tudingnya. "Ihh apaan, aku mikirin Ali tau" "Ali?" ia tersenyum menggoda. "Hm, semalam dia bilang mau deketin aku" "Jiahhh baper, awas di phpin orang ganteng" ejeknya. Kalo aja tadi Ero adek yang baik, dia pasti bilang gini 'kalo sampe Ali nyakitin dan buat kakak nangis, aku ngga akan segan-segan ngabisin dua' Lah, perkaranya disini Ibu ngga ngelahirin adek yang baik buat aku. "Iya, aku juga mikirnya gitu. Takutnya Ali cuma berencana baperin aku aja. Kalo gitu kan lebih baik aku tetep setia sama Baekhyun" Ero memutar bola matanya jengah "Mimpi mulu kamu kak, mangkanya jangan kebanyakan tidur" ia menoyor kepalaku. Tak sopan. "Aku lebih tua empat tahun dari kamu kurang ajar" ketusku "Coba kakak bilang gitu deh sama Ali, pasti niat Ali ngedeketin kakak langsung batal" "Ihhhh kurang ajar, Ero monyet" Kenapa bawa-bawa umur sih. Kan hayati malu ketahuan udah tua. "Oh, atau nanti kalau kakak misalnya nikah sama Ali, Ali manggilnya apa ya?" ia meletakkan tangannya di dahinya tanda berpikir walaupun sebenarnya dia itu ngga punya pikiran "Kakak? Mbak? Atau tante" ledeknya sambil tertawa jahat dan berlari keluar dari kamarku. "s****n" umpatku melempar bantal padanya, sayangnya ngga kena. Aku kembali mengambil bantal ku sambil mengunci pintu kamar, takut setan wujud manusia masuk kamarku. Lagipula kunci kamar itu juga penting karena di rumah ini ada dua laki-laki. Walaupun mereka bapak dan adikku, tapi tetap saja mereka laki-laki. Kalau ada kesempatan ya kenapa enggak, itu tuh yg jadi patokan untuk melakukan hal jahat. Saat aku membaringkan diri di atas tempat tidur, hp ku bunyi. Ku lihat panggilan dari nomor tak tersimpan. "Halo, dengan Selingkuhannya Sehun. Ini siapa ya?" "Taiii, ini aku Selina" teriaknya penuh amarah padaku. Aku menjauhkan ponselku dari telinga. "Ya sorry lah, aku ngga tau ini nomormu" kataku. Selina ini sahabatku. Dulu dia tinggal di pekan baru tepatnya desa Sukaramai ini juga, cuma waktu masuk SMA dia pindah ke Dumai. Terus kami ketemu lagi waktu ujian masuk perguruan tinggi, kami lolos di universitas yang sama dengan jurusan yang sama juga. Setelah wisuda, aku diajak dia buat ngelamar pekerjaan di SD tempatku sekarang mengajar. Dan ngga disangka, kami jadi sama lagi. Sama sama di terima jadi guru di sekolah itu. "Kapan sih alasanmu ganti?" rutuknya. Mau gimana lagi, aku males banget namain nomor orang di ponselku. Kalaupun ada nama kontak, itu di ponsel satu lagi, khusus buat rekan kerja dan yang berhubungan dengan pekerjaan. "Apaan nelpon?" "Besok aku sama Dave mau ke rumahmu" Dave itu pacarnya Selin. s**l amat kan hidup aku di kelilingi orang-orang yang sudah berpasangan. "Ngapain?" "Ihhh, ngga seneng banget sih temennya mau main ke rumah" protesnya, padahal aku cuma nanya ngapain. "Terserah" putusku. Tuh anak lagian ngga bisa di larang. ⭐⭐⭐ Hari ini Dave sama Selin bener-bener dateng, sekitar jam 4 sore tadi mereka baru sampe di rumah. Aku dengan malas menyambut keduanya. Sedangkan Ibu hebohnya minta ampun nyambut Selin pake segala macem masakan enak. "Sehat Sel?" tanya bapak ketika kami berkumpul di ruang keluarga sehabis makan. "Sehat Om, kalau om sama tante gimana?" "Sehat juga" "Bagus lah Om" "Kapan kalian resminya?" tanya bapak membuatku hampir tak bisa menahan tawa. "Kenapa kamu kak?" tanya ibu membuat semuanya melihatku. Selin melotot padaku agar aku bisa jaga mulutku yang licin. "Gapapa bu" "Doain aja ya om" katanya singkat. Preet. Doain pak, biar dapat restu dari papanya Selin. Hahaha...iya. Selin ini ngga dapat restu dari orangtuanya. Katanya papanya kurang suka sama Dave, entah lah apa alasannya. Ya pasti hal itu cuma Selin sama aku yang tau, Dave ngga tau. ⭐⭐⭐ Aku memainkan ponselku saat Selin sedang cuci muka. Senyum di wajahku terbit gara-gara chat dari nomor tak dikenal yang ternyata nomor Ali. 0821***** Hai Pril, ini aku Ali. Save ya. Save dimana, kartu keluarga Abellio? Jangan, kita nanti buat kartu keluarga baru, sama anak anak kita? Huaaaaaa... Hayati lemes, oksigen mana Oksigen? Aku menggigit bibirku tak dapat menahan senyum ini semakin mengembang. Tuh anak kok bisa sih seenaknya memberantaki hatiku. "Woiii, keluar setan" Haaa Aku terkejut karena Selin berteriak di telingaku dengan kuat. Ia melipat tangan di depan d**a sambil menatapku penuh selidik. "Lagi chat sama siapa?" tanyanya. "Kepo" jawabku singkat kemudian kembali membaca chat dari Ali. Aduh kok ngga bisa berhenti baca kalimatnya ya. Ngga tau mau balas apa. Sampe akhirnya dia ngechat lagi Ngga mau ya? Aku meneguk ludah baca pertanyaannya. Ini serius apa bukan sih? Takut salah paham sama maksudnya doi. Bisa aja kamu? Akhirnya aku cuma bisa balas begitu. Mau gimana lagi, takut salah bales dan buat malu diri sendiri yang kegeeran. Udah malem, tidur. Iya. Jangan lupa mimpiin kita nikah. Ngapain di mimpiin kalo bisa jadi kenyataan. Amin. Aku meletakkan ponselku diatas nakas, memberikan senyum paling manis ketika Selin memandangku tak terima karena ia tak mendapat penjelasan apa-apa tentangku. "Good night Nyet" salamku padanya sebelum tidur. "k*****t, aku penasaran sama yang tadi di chat" katanya marah. "Ogah, sekarang lagi marak penikungan dari sahabat." desisku. Ia menoyor kepalaku. "s****n. Emangnya aku sahabat apaan" umpatnya tak terima. Aku menepuk bahunya sambil terkekeh "Udah, tidur. Aku ngantuk" kataku dengan menguap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD