1

1411 Words
"Bu, Prilly keliling desa dulu ya" izin ku pada Ibu yang sedang memasak. "Ya ampun kak, kamu tuh sekali-sekali pulang ya bantu Ibu masak lah. Bukan malah keluyuran" protes adikku yang gantengnya ngga ketulungan tapi cerewetnya lebih ngga ketulungan lagi. "Besok, kakak kan baru libur. Pengen liatin kampung dulu, udah lama ngga pulang" "Ck, ngakunya anak gadis. Tapi yang masak masih Ibu aja" dengusnya membuatku kesal. "Ck, iya-iya. Ribet kamu" kesalku mencebikkan bibir padanya. Aku dengan pasrah berjalan ke dapur dan duduk bersama Ibu yang sedang mengulek sambel. Bibirku tak henti-henti menggerutu karena Ero si kurang asam. "Kakak mau bantu?" tanya Ibu. Aku mengangguk pasrah. "Itu tolong ikannya di goreng terus di sambel. Cabenya udah Ibu ulek itu" "Iya Bu" Aku menggoreng ikan dengan sesekali memainkan ponsel saat menunggu. Tapi belum lama dengan ponsel kesayangan ku itu, sebuah suara menegurku. "Kamu itu anak gadis bukan sih kak, masak kok pake hp" cibirnya. Siapa lagi kalau bukan Ero. "Aku anak Ibu bukan anak gadis" ketusku membuatnya tertawa. Aku mendengus kasar beberapa kali berusaha meredam kekesalanku yang semakin menjadi pada adek kurang ajar itu. Selalu aja protes dengan apa yang aku lakukan. Ini nih susahnya jadi cewek, apa-apa aja harus banyak yang dijaga karena bakalan banyak yang ribet ngomentarin kayak Ero. "Berisik banget sih kamu. Sana nonton tv aja. Aurora mau masak dulu" kataku mengusirnya. Selepas Ero pergi, aku malah di beri pertanyaan horor sama Ibu "Belum ada calon juga kak?" Aku menggaruk kepala karena bosan dengan pertanyaan yang Ibu sendiri pasti sudah tau jawabannya. "Kamu mau ngga Ibu jodohin?" aku sontak menatap ibu terkejut atas pertanyaannya. "Sama?" "Anaknya Bu Talita sama Pak Yudis." Biar aku jelasin dulu ya, anak bu Talita itu ada 3 orang. Yang pertama namanya Yael, dan dia udah menikah. Ngga mungkin kan selingkuhannya Sehun dijadiin istri kedua. Terus, anaknya yang kedua itu namanya Rafali, umurnya 25 tahun, seumuran sama adik aku, sahabatnya si Ero juga lagi. Ya kali aku sama berondong. Mau di taro dimana muka aku? Nanti kalo udah nikah kan ngga lucu kalo dia manggil aku mbak. Terus anaknya yang ketiga itu namanya Revan, masih bau kencur banget, masih umur 19 tahun. Ya kali, aku ngga segila itu kali, walaupun mukaku awet muda. "Ihh Ibu, Yael kan udah nikah" protes ku menyampaikan uneg-uneg yang melekat di kepalaku membuat Ibu tertawa sambil mencubit lenganku. "Ya siapa juga yang mau nikahin kamu sama Yael. Ibu mau jodohin kamu sama Rafali, anak keduanya Bu Talita" Hah? Aku melongo kaget menerima kenyataan yang baru saja ku dengar dari bibir Ibu. Aku ngga salah dengarkan? Kayaknya kuping aku banyak tainya deh, tapi kemaren aku baru korek kuping loh. "Ah Ibu, horor ah bercandanya" kekeh ku "Ibu serius tau. Dari pada kamu ngga laku gini terus" ujar ibu lembut namun kata-katanya tajam. Aku membelalak kaget mendengar ejekan Ibu yang di sambut tawa menggelegar oleh Ero yang entah sejak kapan udah di dapur lagi aja. Itu anak emang kayaknya ngga bisa jauh dariku deh. "Sakit amat yak dengernya" desisnya menghina ku. "Diem kamu" tegurku memarahinya. Aku ngga mau jadi kakak yang hina. Masa di ejek sama Adek. "Aku ngga mau Bu, masa nikah sama anak bau kencur" protesku. "Bau kencur bibirmu. Ali itu udah sukses tau ngga, diumur dia yang 25 udah dapat pangkat perwira" ujar ibu seolah membanggakannya. Padahal Ali anak orang, bukan anaknya. "Tapi kan dia lebih muda dari Prilly Bu" "Yaudah, Ibu juga ngga maksa. Kan tadi Ibu bilang kalo mau, kalo ngga mau ya udah" ujar Ibu menghentikan aksi protesku. Gimana ya? Malu lah kalo punya kakak ipar mantan sendiri. Aduh, kenapa juga dulu aku pernah pacaran sama Yael. "Yaudah, Prilly pikir-pikir dulu" putus ku tanpa diminta. "Eleh, gaya kamu sok nolak kak, tapi masih mikir-mikir dulu" ledek Ero lagi. Tuh anak emang paling ngga bisa ya mingkem bentar aja. "Ya wajarlah, ini untuk masa depan aku tau. Aku harus pertimbangin mateng-mateng, nggak bisa langsung nolak gitu aja. Secara kan Ali juga ganteng" Ngga bisa dipungkiri kalo Ali emang ganteng apalagi kalo pakai seragam pas badan yang nunjukin bodi peluk-ablenya. Bikin ngiler deh. "Elah, bilang aja yang kamu petimbangin itu karena Yael mantan kamu kan?" Skak mat. Jurang mana? Jurang? Pengen nyemplung. Ngga bisa apa ya si Ero sekali-kali ngomong jangan asal jeplak. Ngenak mulu kalo ngomong. Ibu terkekeh sambil mencuci beberapa peralatan masak yang kotor "Lagian kan Yael udah nikah, udah mau punya anak lagi" "Tapi gengsi lah Bu, kan ngga lucu banget kalo ada gosip yang judulnya 'Suamiku adik mantanku'. Horor banget" "Kebanyakan nonton sinetron kamu kak" "Ngga ya, orang aku nonton drakor kok" "Terus kok hidupmu lebay begitu?" Penuh drama" "Ihhh, kamu tuh ngga bisa apa ya diem bentar aja. Malu sama yang dalem celana---aww...sakit Bu" belum selesai ngomelin Ero, malah udah dapat cubitan aja dari Ibu. "Anak gadis kok ngomongnya begitu" protes Ibu. "Ya abisnya Ero Bu, nyari ribut terus sama kakak" "Nyari ribut apanya, orang aku ngomong sesuai fakta kok" belanya. "Diem Ero, Ibu pusing denger kalian ribut mulu" tegur Ibu akhirnya membuat pria berbibir perempuan itu diam dengan patuh. Aku menjulurkan lidah padanya karena ia di marahi Ibu. ⭐⭐⭐ "Kak, kamu udah nganter oleh-olehnya buat tante Talita?" Aku menoleh sebentar ke arah Ibu yang sedang melipat pakaian yang sudah bertumpuk di keranjang "Ibu aja lah nanti yang ngasih" kataku. "Ngga sopan kamu kak, nyuruh ibu" komentar Ero. "Ihhh, bukan nyuruh tau" "Terus apa namanya?" "Udah-udah, lagian nanti Ibu ngga bisa, harus ke ladang nganter makan siang Bapak" "Tuh denger, sana anterin sendiri. Sekalian silaturahmi, jangan sombong" desisnya lagi membuatku melemparnya dengan remot televisi. "Heh, remot Ibu itu jangan di lempar-lempar" "Ero nih Bu" "Udahlah, kamu juga sama. Sana anterin oleh-olehnya sama tante Talita" marah Ibu membuatku meneguk ludah. "Iya-iya" pasrah ku segera ke dapur dan mengambil beberapa makanan khas kota perantauanku. Aku segera memasukkan toplesnya ke dalam plastik. Dengan tak rela aku berjalan menuju pintu rumah yang akan mengeluarkan ku dari surga. Beberapa hari ini kota Pekanbaru benar-benar sangat panas, hingga terasa seperti neraka. Walaupun aku sendiri tak tau bagaimana rasanya di Neraka. Mana rumah tante Talita jauh lagi, harus jalan ke simpang g**g dulu. Kan males. Belum lagi nanti pasti banyak yang menggoda hayati yang cantik ini. Dengan males-malesan aku melangkahkan kaki hingga sebuah klakson motor membuatku menoleh. "Prilly" Sialan nih anak. Cuma manggil nama doang sama aku. Aku kan lebih tua empat tahun dari dia. Eh, tapi malu juga sih kalo dipanggil mbak sama calon suami. Iih, aku mikir apa sih? Kok bisa-bisanya aku menyebut dia calon suami. "Hei, Pril" Tapi wajar juga sih kalo dia manggil aku Prilly aja karena Ero juga manggil Yael tanpa embel-embel bang. "Kamu mau kemana?" tanyanya. "Ke rumahmu" "Ngapain?" "Mau anter oleh-oleh buat tante Talita" "Ayo, aku boncengin" "Ah, udah deket baru kamu nongol" dengusku namun tetap menaiki motornya. Ia kemudian menjalankan motornya. "Gimana kerjaan kamu?" tanyanya. "B aja" "B aja?" tanyanya bingung. "Maksudnya biasa aja pakpol. Makanya up-to-date dikit" "Oh" Aku kemudian turun ketika motornya berhenti di depan rumahnya. Kok tiba-tiba ada hawa-hawa serem ya? Apa karena ini rumah mantan? "Ayo" ajak Ali mengagetkanku. "Ma, ada Prilly nih datang" teriaknya agak kuat. "Ngga usah teriak-teriak juga kali, malu" protes ku. Ali menatapku "Tahu malu juga kamu?" tanyanya membuatku menabok lengannya. Ia hanya tertawa ganteng. Sialan. Kok aku bilang ganteng ya? Ah emang hati ngga bisa bohong, mataku aja dari tadi ngga pengen berpaling dari mukanya. Apalagi badannya yang di balut kemeja ngepas hingga membentuk otot-otot seksih. Ck, kayaknya enak banget buat di peluk. "Mama ngga di rumah" kata seseorang membuatku melihat orang itu. Dia itu Lalalalisa eh kok jadi nyebut nama ig Lisa blackpink ya. Maksud aku tadi dia Lala, istrinya mantan. "Siapa Li?" tanyanya. Wajar sih dia ngga kenal aku, soalnya pas dia nikahan sama Yael aku ngga datang. Malu lah, yg pertama karena aku waktu itu sibuk. Yg kedua, karena Yael mantan aku. Dan yg ketiga, karena aku belum punya gandengan...huaaaa. "Oh ini kak, mantannya bang Yael" Taiii banget. Pengen nokok kepala Ali saat itu juga. Ngapain pake ngenalin aku sebagai mantannya Yael sih. Aku meneguk ludah susah payah saat Lala menatapku agak-agak gimana gitu. Apa cuma perasaanku aja kali ya? "Prilly" kataku mengulurkan tangan. "Lala" katanya. Ingin ku berkata 'udah tau' tapi ngga mungkinlah, nanti di kira aku stalking mantan, sampe udah tau nama istrinya. "Kamu cantik, kok bisa putus sama Yael?" tanyanya. Apa sih yang ngga bisa di dunia ini. Nikah, bisa cerai. Pacaran bisa putus. Jomblo? Bisa apa coba? "Oh, itu. Kemaren aku lebih milih Park Jimin daripada Yael"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD