Ch-2 Sebuah Ingatan!

1185 Words
"Halo? Pak Presdir? Apa ada masalah?" Tanya Aryana karena sudah tidak tahan melihat beberapa orang mulai berkasak-kusuk di belakang punggungnya. Gadis itu beberapa kali mendengar cibiran pedas, ada yang bilang kalau dirinya datang hari itu hanyalah untuk mendapatkan perhatian dari Rendi Saputra. "Tidak ada." Ujarnya santai sambil mengulurkan berkas data dirinya kembali kepada Aryana. "Ini apa maksudnya pak?" Tanyanya bingung, karena Rendi tidak bilang kalau menerimanya sebagai apapun di perusahaan miliknya tersebut. Aryana juga melihat para penyeleksi di sebelah presdir tersebut, mereka tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dengan tatapan penuh ejekan. "Lucu sekali, Aryana! Kamu berpikir masih pantas menginjakkan kaki di sini setelah mengetahui siapa aku? Masih berpikir aku menganggap kesalahanmu pagi tadi hanya angin lalu?" Ujarnya sambil menatap antrean para sekretaris di sana yang lumayan panjang. "Berikutnya!" Panggilnya pada peserta yang lain. Mendengar hal itu Aryana meremas berkas biodata dirinya, lalu segera berdiri dari kursinya. Dia menghentakkan kakinya sebelum keluar dari dalam ruangan tersebut. "Iya seharusnya aku tidak datang saja! Persetan dengan magang!" Keluhnya kesal sekali sambil menekan tombol lift. Karena marah dia lupa malah menekan tombol lantai dua. Sampai di sana gadis itu celingukan ke sana kemari, Aryana melihat tulisan 'RUANG PENYIMPANAN' yang tergantung di sana, dia berpikir lantai tersebut digunakan sebagai ruang penyimpanan oleh perusahaan. Dia melihat banyak berkas berjajar di rak, dan buku-buku lainnya. Hanya ada beberapa petugas kebersihan yang sedang menyapu dan mengepel lantai. "Aku tidak yakin ini hanya digunakan sebagai ruang penyimpanan? Kenapa bersih dan rapi sekali? Lebih mirip seperti ruang baca?" Ujarnya sambil meraba buku-buku yang berjajar rapi di dalam rak. Anehnya para pekerja tersebut segera keluar dari dalam ruangan melihat Aryana masuk ke sana. "Kenapa mereka malah pergi?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Gadis itu mengambil sebuah buku yang merupakan buku novel, dan mulai membacanya baris demi baris kata. Dia melihat nama pena yang tertera di sana Syakila Adriana. Aryana tidak tahu siapa penulis tersebut, tapi tulisan karyanya begitu menarik minatnya untuk membaca lagi dan lagi. Tak terasa waktu sudah berlalu lebih cepat dari biasanya. Aryana masih menikmati membaca novel tersebut. Dia duduk di sebuah kursi panjang yang ada di sana. Dia terkejut ketika tiba-tiba seseorang merebut buku tersebut dari atas meja. "Aku belum selesai!" Teriaknya spontan, dia sangat terkejut ketika melihat siapa yang merenggut buku tersebut dari genggaman tangannya. Rendi Saputra! Pria itu meletakkan kembali buku tersebut ke dalam rak. "Kenapa? Apa aku juga tidak boleh membacanya?" Tanyanya lagi tanpa rasa bersalah sama sekali. "Kamu tidak tahu masuk ke mana? Karyawanku pun tidak ada satupun yang berani menginjakkan kaki, apalagi duduk-duduk nyaman di sini!" Teriaknya sambil menarik kerah baju Aryana agar berdiri dari kursinya, seolah-olah gadis itu adalah sarang kotoran di matanya. "Jangan tarik-menarik! Aku akan keluar dari sini! Satu hal yang harus kamu tahu! Aku bukan karyawanmu, dan juga aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku di sini lagi! Tidak akan!" Teriaknya lantang sekali. "Sriiiinggggg!" Mendadak telinga Rendi berdengung, nyaring sekali beberapa ingatan tentang seorang wanita kembali terlintas dalam benaknya. "Syakila..." Panggilnya saat menatap wajah Aryana, satu detik kemudian pria itu pingsan jatuh dalam pelukannya. "Apa-apaan ini!? Hoi bangun! Hoi! Presdir? Jangan pura-pura pingsan!" Teriaknya sambil mendorong tubuhnya ke belakang yang akhirnya malah jatuh tergeletak di lantai. "Jadi dia beneran pingsan?" Tanyanya pada dirinya sendiri, dia bingung sekali matanya celingukan kesana-kemari mencari seseorang. Karena tidak melihat satu orangpun ada di sana. Aryana berniat menempelkan daun telinganya pada d**a Rendi, agak ragu-ragu dia melakukannya. Selain takut dikira melakukan kejahatan, dia juga takut dituduh melakukan tindakan terselubung untuk mengambil kesempatan saat pria itu pingsan. Ketika mendengar detak jantung yang normal, dia segera menjauhkan daun telinganya dari atas dadanya. Aryana mencari minyak angin dari dalam tasnya, dia menempelkan pada lubang hidung Rendi agar pria itu segera tersadar dari pingsannya. Rendi segera terjaga, tapi bukannya berterima kasih yang dia dapatkan. Pria itu malah membentaknya gara-gara alergi dengan aroma minyak angin. "Kamu sengaja! Uhuk! Uhk! Uhk! Huachi! Huachi!" Rendi menutupi hidungnya karena terus menerus bersin dan terbatuk-batuk. Wajah pria itu terlihat memerah, karena alergi. "Wajah anda kenapa merah begini? Huahahhahahhahaha!" Tanya Aryana seraya menyentuh pipinya dia tertawa keras sekali melihat wajah pria di depannya itu sudah menyerupai udang rebus. "Jangan menertawaiku! Huachi! Huachi!" Bentaknya pada Aryana. Rendi bangkit duduk sambil mengusap-usap hidungnya karena gatal sekali. "Iya, aku pergi dulu, huahhahahaaa! Apa itu? Di jaman modern begini masih ada orang alergi gara-gara minyak angin?" Ujarnya sambil tersenyum menatap wajah merah di sebelahnya. "Kamu mengenal Syakila Adriana?" Tanyanya kemudian, Aryana yang sudah sampai di ambang pintu mendadak menghentikan langkah kakinya. Gadis itu terdiam sesaat kemudian menoleh ke belakang menatap wajah Rendi, pria itu terlihat sangat serius menatap tajam ke arahnya. "Tidak dan tidak mau kenal sama sekali!" Ujarnya sambil melengos pergi. Justru ucapan terakhirnya itu membuat Rendi segera bangkit berdiri, dan mengejarnya. Suara hentakan-hentakan sepatu Rendi berlari ke arahnya membuat gadis itu segera menoleh ke belakang punggungnya. Dia terkejut sekali dia pikir pria itu berniat menuntutnya gara-gara dirinya tanpa sengaja melihat seluruh tubuhnya pagi tadi. "Saya benar-benar tidak sengaja! Sungguh! Pagi tadi saya tidak sengaja menabrak anda! Dan juga tidak tahu kalau lantai delapan adalah ruangan anda!" Jelasnya sambil menundukkan kepalanya, Aryana menatap ujung sepatu milik Rendi yang kini berdiri berhadapan dengannya. Anehnya dia melihat sepasang kaki itu maju dua langkah lebih dekat lagi ke arahnya. Dengan terpaksa Aryana mendongakan kepalanya karena rasa penasaran yang tidak dapat dia tahan lagi dalam hatinya. "Umm!" Ciuman Rendi singgah pada bibirnya. Aryana masih mematung pada posisinya berdiri. Dia tidak bisa berkata-kata, dia tidak memiliki pikiran apapun! Otaknya tiba-tiba terasa kosong melompong. Aryana segera mendorongnya menjauh. "Apa-apaan ini?" Tanyanya pada Rendi. "Syakila! Akhirnya aku menemukanmu!" Ujarnya seraya meraihnya dalam pelukan. "Saya? Syakila!? Bukan! Saya Aryana! Saya Aryana tuan presdir!" Teriaknya histeris karena Rendi tidak mau melepaskan dirinya. "Kamu Syakila! Kamu tunanganku!" Ujarnya tetap bertahan dengan keyakinannya. "Mana mungkin? Jika saya adalah Syakila? Bagaimana anda tidak mengenali tunangan anda sendiri? Kenapa saat saya tiba di pintu perusahaan anda tidak mengenali wajah saya? Dan sekarang tiba-tiba malah menjatuhkan vonis bahwa saya adalah tunangan anda?" Keluhnya kesal. "Ceritanya panjang, tapi aku sangat yakin kamu adalah Syakila!" Tandasnya tidak mau dibantah lagi, Rendi kemudian menghubungi seseorang melalui ponselnya. Entah siapa yang dia panggil, saat Aryana berniat pergi pria itu melotot sambil memperkuat genggaman tangannya pada pergelangan tangannya. "Apa-apaan ini?" Ujarnya sambil mengibaskan tangan Rendi dari pergelangan tangannya. "Aku ingin kamu tinggal di sisiku! Syakila!" Ujarnya sambil menyeringai lebar. Senyum tampannya membuat gadis itu kehilangan kesadarannya dirinya seraya membumbung tinggi ke langit walau hanya beberapa detik, lalu kembali terhempas jatuh ke tanah beralaskan batu-bata! Sakit sekali, apalagi ketika melihat para pengawal datang berlari menyerbu ke arahnya. "Anda salah orang! Mungkin tunangan anda itu hanya mirip satu persen dengan saya, tapi saya bukan tunangan andaaaaaaa!" Teriaknya sambil meronta-ronta karena beberapa orang memegangi lengannya, membawanya pergi yang dia sendiri tidak tahu kemana. Siapakah sebenarnya Syakila Adriana tunangan Rendi Saputra itu? Apakah dia pengarang terkenal yang tertera namanya pada barisan novel yang berjajar di rak? Koleksi novel milik pria itu? Ataukah wanita lain di luar sana yang masih memiliki hubungan dengan Aryana? lalu kenapa keduanya begitu mirip menurut sosok Rendi Saputra? Dan kenapa pria itu tidak mengenalinya jika memang Aryana adalah Syakila saat awal mereka berdua bertemu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD