Ch-3 Penahanan sepihak!

1089 Words
Aryana di bawa oleh para pengawal Rendi ke sebuah rumah besar dan megah. Harusnya dia senang karena pria yang membuatnya penasaran pada pagi itu, kini membawanya pulang ke rumahnya. Tapi gadis itu malah menangis tanpa henti. Dia tidak bisa menahan air matanya karena merasa dipenjara oleh orang tak dikenal. "Huhuuuuuu! Aku mohon lepaskan saya! Huuuuhuuu ibu saya pasti mencari-cari saya... Saya mohon presdir.." Pintanya sambil memeluk kaki Rendi ketika para pengawalnya telah pergi. Padahal Aryana tinggal sendirian di sebuah kostan dekat kampusnya. Rendi tersenyum pria itu ikut duduk berjongkok di depan Aryana. Aryana menghentikan tangisannya. "Kenapa kamu malah menangis? Bukankah ini peluang bagus untukmu? Kamu bisa meminta apa saja padaku Syakila." Ucap Rendi seraya mengangkat dagunya agar mendongak menatap wajahnya. "Aku cuma ingin pulang." Tandas Aryana seraya menepis tangan Rendi Saputra. Merasa ditolak pria itu menyeringai lebar. "Jangan-jangan pria di depanku ini terkena gangguan jiwa? Bagaimana mungkin dia salah mengenali tunangannya sendiri?!" Gerutu Aryana dalam hatinya. Dia sudah mencoba seribu macam cara, menangis selama dua jam, mencium kaki Rendi, juga memberanikan diri memeluk pinggangnya. Tapi pria itu tetap tidak berniat melepaskan dirinya. "Seribu satu macam cara gagal! Lalu apa yang harus aku lakukan?" Tanyanya dalam hati. Aryana melihat jam yang melingkari pergelangan tangan kanannya waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. "Sampai kapan kamu akan mondar-mandir seperti itu? Sini tidurlah." Ujar Rendi sambil menepuk tempat tidur di sebelahnya. "Lihat saja! Baru kenal sudah meminta untuk tidur di atas ranjang yang sama! Jangan harap!" Sergah Aryana lalu bergegas keluar dari dalam kamarnya, dan ketika bersiap melangkah menuju pintu depan tiba-tiba pengawal datang dan menyeret dirinya masuk kembali ke dalam kamar Rendi. "Lepaskan akuuuuuuu!" Teriaknya sambil bersungut-sungut kesal menatap tajam wajah para pengawal. Gadis itu kemudian mendekat ke arah tempat tidur Rendi, dia duduk di atas karpet sambil meletakkan kepalanya di tepi tempat tidur pria tersebut. "Oke aku menyerah! Cepat ceritakan tentang gadis tunanganmu itu, yang kamu sebut-sebut bernama Syakila itu." Ujar Aryana seraya menatap tajam wajah pria yang tengah berbaring dengan posisi miring di depannya. "Aku tidak tahu wajah Syakila, karena kita tidak pernah bertemu." Jawabnya ringan sambil tersenyum, seringan helaian bulu angsa yang terbang tertiup angin. "Jadi anda tidak pernah melihat wajah tunangan anda? Jadi anda mengakui kalau anda gila. Oke, lalu?" Tanya Aryana agar pria itu mau melanjutkan ceritanya. "Aku ngantuk sekali, besok saja dilanjutkan lagi. Huahhhhh!" Menguap lebar-lebar lalu membalikkan badannya memunggunginya. "Tap! Tap! Tapi.. aku pak Presdir! Aku butuh kejelasan! Aku mohon pak!" Pintanya sambil mengguncang bahu Rendi. Pria itu tidak menepis tangannya juga tidak menoleh ke arahnya. Aryana melihatnya benar-benar sudah terlelap. Gadis itu memilih berbaring di atas karpet, di bawah tempat tidurnya. "Sial sekali, aku melamar menjadi staf magang, tapi kenapa malah jadi begini sih?" Keluhnya sambil berusaha memejamkan matanya. Saat dia sudah terlelap, dia merasakan tangan kokoh melingkar pada pinggangnya, dan juga rasa hangat sebuah pelukan. Tanpa dia sadar dia malah membalikkan badannya dan menenggelamkan wajahnya pada d**a bidang pria yang kini memeluknya. "Nyaman sekali, parfumnya juga enak! Tunggu! Tunggu, ini parfum si sialan itu kan?" Gumamnya masih menutup kedua matanya. "Aaaaaaaakkkhhhhhh!" Teriaknya tanpa bisa ditahan lagi ketika mendapati dirinya berada di dalam pelukan Rendi Saputra. Rendi tersenyum malah mempererat pelukannya pada pinggangnya. "Tolong, lepaskan aku." Pintanya sambil berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Sekali lagi Aryana harus melihat d**a bidang tanpa pakaian di depan matanya. Jiwanya benar-benar terguncang. First kiss yang dia jaga juga sudah hilang saat kemarin Rendi Saputra mencium bibirnya. "Cup! Tidurlah Syakila hari masih terlalu pagi." Sahutnya seraya mengusap kepalanya setelah melabuhkan bibirnya di kening gadis itu. "Aku tidak mau, bagaimana mungkin seorang gadis tidur di bawah selimut yang sama dengan pria asing?" Serunya tak mau mengalah. "Kenapa kamu tetap bersikeras aku tunanganmu? Padahal kamu tahu sendiri aku bukan dia." Ujarnya pada pria tersebut. Lama sekali Aryana berusaha melepaskan diri darinya, hingga akhirnya dia hanya bisa membalikkan badannya memunggungi Rendi. Mata gadis itu kemudian tertuju pada foto pengantin yang tergantung di dinding. Itu adalah foto pernikahan Rendi dengan wanita yang dia tidak tahu siapa. Awalnya kemarin dia pikir itu artis favorit Rendi, atau lukisan antik, tapi ternyata itu adalah foto pernikahan pria itu sendiri. "Anda sudah menikah Presdir?" Tanyanya lagi mencoba memberanikan dirinya. Karena dia benar-benar merasa pria itu adalah pembohong tingkat atas. "Iya." Jawabnya datar masih memeluk Aryana. "Lalu? Lalu aku, maksudku Syakila?" Aryana mulai tidak bisa mencerna ucapan pria yang masih memeluk erat pinggangnya tersebut. Bibir gadis itu mulai bergetar, mati-matian dia mencoba menenangkan hatinya agar tidak meledak saat itu juga. "Syakila adalah tunanganku." Tandasnya tanpa ragu-ragu. "Maksudmu, kamu bertunangan lagi setelah menikah?" Tanya Aryana semakin tidak mengerti. "Hem." Jawaban yang singkat dan semakin membuat kepala Aryana pusing tujuh keliling. "Jika anda sudah memiliki istri kenapa harus bertunangan lagi, dan wanita tunangan anda itu tidak jelas seperti apa wajahnya dan siapa dia?" Tanya Aryana lagi, dia ingin minta kejelasan sejelas-jelasnya pada pria tersebut. "Memangnya kenapa? Apakah aku tidak boleh memiliki tunangan lagi? Walaupun sudah menikah?" Tanya Rendi seolah-olah itu merupakan hal yang wajar-wajar saja. Kini Aryana berpikir mungkin pria yang memeluknya sekarang itu berniat menjadikannya sebagai seorang istri simpanan. "Maaf aku bukan Syakila, dan aku tidak mau menjadi tunangan anda pak Presdir!" Tegas Aryana lagi. "Memangnya kamu bisa kabur? Ayo coba kabur saja! Kamu pembohong Aryana, kamu sengaja masuk ke dalam ruanganku hanya untuk menarik perhatianku bukan? Katakan berapa yang kamu mau? Aku akan memberikannya!" Aryana terdiam mendengar ucapan Rendi Saputra. "Oke terserah saja! Silahkan berpikir sesuka hati." Keluh Aryana karena tidak memiliki solusi sama sekali. Gadis itu turun dari tempat tidurnya, dan melenggang keluar dari dalam kamarnya. Rendi sangat yakin pengawalnya akan bisa menangkapnya kembali. Tapi dia malah terkejut ketika para pengawalnya berlari tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamarnya. "Anda tidak apa-apa Presdir?" Tanya para pengawalnya dengan wajah was-was. "Kemana wanita itu?" Tanyanya pada para pengawalnya. Mereka kemudian saling bertukar pandang satu sama lain, baru sadar kalau Aryana telah menipu mereka semua, dengan berkata kalau Rendi sedang pingsan di dalam kamarnya. Mereka buru-buru berlari mengejar gadis itu, tapi Aryana sudah naik taksi. Dia merasa sangat bersyukur sekali bisa lepas dari genggaman Rendi Saputra. Pria yang sudah menikah dan bilang kalau dia bertunangan dengan Syakila yang tidak tahu entah dimana rimbanya. Dia masih termenung di dalam taksi, ucapan pria itu saat di ruang penyimpanan adalah ucapan sungguh-sungguh. Dan kini dia mulai ragu karena pria itu sudah memiliki istri. "Mimpi apa aku? Ciuman pertamaku direnggut oleh pria beristri!" Keluhnya lagi, dia sekarang tidak tahu harus magang di mana. Gadis itu berniat untuk menanyakan hal tersebut pada teman-teman di kampusnya. Pikirnya dia bisa turut serta bergabung di perusahaan lain tempat temannya magang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD