19 - Keraguan Devina.

1021 Words
Saat ini, Dean sudah bersama dengan Devina. Dean memutuskan untuk mengobrol di kamar Devina, dan Devina selaku pemilik kamar sama sekali tidak merasa keberatan. Dean dan Devina duduk dengan posisi saling berhadap-hadapan, itu artinya, keduanya duduk di sofa yang berbeda. "Jadi ada apa, Om?" Sejak tadi, Dean hanya diam, tidak kunjung bersuara, dan itu benar-benar membuat Devina kesal . Devina pun jadi tak bisa menahan diri untuk bertanya. Dean membalas pertanyaan Devina dengan seulas senyum tipis. Sejak tadi Dean memang sengaja diam, karena menunggu Devina mengajukan pertanyaan padanya. "Bacalah dengan teliti, Devina." Dean menyerahkan sebuah amplop berwarna cokelat berukuran cukup besar pada Devina. Devina bergeser mendekati Dean, menerima amplop tersebut meskipun kebingungan. "Apa isinya, Om?" tanyanya sambil menatap Dean dengan salah satu alis yang terangkat. "Kamu akan tahu apa isi dari amplop itu setelah membukanya, Devina." Dean tidak akan memberi tahu Devina apa isi dari amplop tersebut. Dean mau, Devina membacanya sendiri. "Ok, aku akan membukanya." Dengan terburu-buru, Devina membuka amplop tersebut. Devina mengeluarkan semua isinya, lalu mulai membaca satu-persatu kertas dalam amplop tersebut secara seksama. Dean sengaja menaruh hasil laporan tersebut secara berurutan. Pertama hasil tes Devina, kedua hasil tes Krystal, ketiga hasil tes Carlos, dan yang terakhir adalah hasil tes dari Benedick, pria yang saat ini berstatus sebagai kekasih Devina. Setelah membaca hasil tes laporan milik dirinya sendiri, Devina menatap Dean, dan Dean meminta Devina untuk terus membaca semua laporan tersebut sampai selesai. "Krystal positif," gumam devina sesaat setelah membaca hasil tes milik Krystal. Setelah tahu hasil tes milik Krystal posistif, Devina membca laporan selanjutnya dengan sangat terburu-buru, dan luar biasa shock begitu tahu kalau Carlos juga positif. Devina tahu, laporan yang terakhir pasti milik kekasihnya, Benedick. Devina memejamkan kedua matanya, kemudian menarik dalam nafasnya, lalu menghembuskannya secara perlahan. Devina membaca laporan milik Benedick, seluruh tubuhnya seketika lemas tak bertenaga saat tahu kalau hasil tes Benedick ternyata sama seperti kedua temannya, positif. "Bukan hanya itu yang mau Om tunjukkan, Devina." Dean tidak akan memberi Devina jeda, jadi Dean akan langsung ke tahap selanjutnya, memberi tahu Devina tentang betapa brengseknya Benedick. "Ada lagi yang mau Om tunjukkan?" Devina seketika merasa sangat takut. Dean mengangguk. "Ada lagi, Devina." "Apa itu jauh lebih buruk dari yang ini?" tanya Devina seraya mengangkat hasil laporan miliknya, Krystal, Carlos, dan juga Benedick. "Iya." Tanpa ragu, Dean menjawab pertanyaan Devina. Begitu mendengar jawaban Dean, detak jantung Devina pun semakin cepat dari sebelumnya. "Apa kamu sudah siap?" Devina menggeleng. "Devina tidak siap, Om. Tapi Devina ingin tahu, apa isi dari amplop yang saat ini Om pegang," jawabnya sambil menunjuk amplop yang berukuran sama besarnya seperti tadi. "Lihatlah, Devina." Dean meletakkan amplop tersebut di atas meja. Kali ini Devina tidak langsung mengambil amplop tersebut dari meja. "Kenapa, Devina? Kamu tidak mau melihatnya? Kalau kamu tidak mau melihat apa isinya, maka Om akan mengambilnya kembali." Dean tidak memberi Devina kesempatan untuk menjawab pertanyaannya. Dean akan kembali mengambil amplop tersebut, tapi di saat yang sama, Devina juga bergerak mengambil amplop tersebut, dan Devina berhasil meraihnya. Sama seperti sebelumnya, Devina membuka amplop tersebut dengan tergesa-gesa. Devina melihat isinya, dan begitu tahu jika isi dari semua amplop tersebut adalah foto-foto, Devina menuangkan semua isi dari amplop tersebut ke atas meja. Dengan cepat, Devina meraih salah satu foto yang menarik perhatiannya. "Apa-apaan ini?" gumam Devina dengan raut wajah shock. Devina jelas sangat shock. Siapa yang tidak akan shock saat melihat sang kekasih sedang b******u di dalam mobil dengan seorang wanita yang tentu saja bukan Devina. Devina tidak bisa melihat wajah sang wanita yang karena posisiny membelakangi kamera. "Itu foto Benedick yang sedang b******u dengan kekasihnya." Meskipun pelan, tapi Dean mendengar jelas gumaman Devina, jadi Dean memutuskan untuk menjawab pertanyaan Devina. Devina menatap Dean dengan mata melotot. "Kekasihnya?" teriakya tanpa sadar. "Iya, wanita yang kamu lihat sedang b******u dengan Benedick saat ini adalah kekasihnya." Devina menggeleng, menolak untuk percaya pada ucapan Dean. "Enggak, itu enggak mungkin!" Devina meraih foto-foto lainnya, semakin shock saat tahu kalau ternyata ada banyak sekali wanita berbeda yang sedang Benedick cumbu. "Ini semua pasti hanya rekayasa Om, kan? Om pasti mengedit semua foto-foto ini, kan?" Devina bertanya pada Dean dengan mata yang memerah, bahkan air mata sudah menggenang di kedua pelupuk mata Devina. "Om sama sekali tidak merekayasa semua fofo-foto itu, Devina." "Enggak!" Devina berteriak. "Ini semua pasti bohong, kan?" lanjutnya sambil menangis. Dean mendekati Devina, lalu memeluk Devina yang mulai menangis histeris. Dean tahu kalau Devina sangat shock, dan tidak bisa menerima semua kenyataan yang ada. "Om sama sekali tidak merekayasanya, Devina. Pada kenyataannya memang seperti itu, semua foto itu asli, Devina." Devina kembali menggeleng, menolak untuk mempercayai penjelasan yang baru saja Dean berikan. "Ini semua pasti hanya salah, paham," gumamnya disela tangisannya. Dean tidak lagi menanggapi ucapan Devina. Ternyata apa yang Dean takutkan benar-benar terjadi. Devina benar-benar berpikir kalau Dean merekayasa semua foto-foto yang saat ini berserakan di meja juga lantai. Kesimpulannya adalah, Devina berpikir kalau Dean hanya sedang menakut-nakutinya, dengan tujuan untuk memisahkannya dengan Benedick. Dean mau supaya hubungannya dengan Benedick berakhir. "Tidak ada pilihan lain selain melihat semuanya dengan mata kepala kamu sendiri, Devina," bisik Dean. Devina melepas pelukan Dean dari pinggangnya, lalu menjauhan tubuhnya supaya dirinya bisa melihat wajah Dean. "Maksud ucapan Om barusan apa?" "Kamu tidak percaya pada foto-foto itu kan?" Dean menunjuk setumpuk foto yang ada di atas meja. "Iya, aku tidak percaya." Devina menjawab tegas pertanyaan Dean. "Kalau kamu tidak percaya pada foto-foto itu ya tidak apa-apa, kamu hanya harus melihat semuanya dengan mata kepala kamu sendiri, Devina." Tanpa sadar, Devina meneguk kasar ludahnya, tahu apa maksud dari ucapan Dean. "Kita tidak bisa pergi malam ini, jadi kita akan pergi besok siang. Bersiaplah, Devina." "Aku tidak mau melakukannya." "Kamu tidak bisa menolak, Devina!" Dean menyahut tegas. "Baiklah," jawab lirih Devina. "Sekarang tidurlah, ini sudah malam." Dean tahu, malam ini pasti Devina tidak akan bisa tidur dengan pulas. Devina memang mengatakan kalau Devina tidak mempercayai semua foto-foto tersebut, tapi Dean tahu kalau jauh dari dalam lubuk hati Devina yang terdalam, saat ini Devina mulai meragukan Dean. Dean keluar dari dalam kamar Devina, meninggalkan Devina yang saat ini sedang menatap foto Benedick yang sedang berada di sebuah klub malam bersama dengan Carlos dan Krystal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD