PROLOG

202 Words
"Selamat pagi! Saya Reina akan menyampaikan langsung kabar terkini, tentang penangkan Amelia. Seorang penulis Djanty yang telah melakukan pembunuhan selama 5 tahun terakhir." "Amelia! Apa yang kamu pikirkan saat membunuh mereka?" "Menyenangkan." Perempuan itu tersenyum senang. "Sebentar lagi, salah satu dari kalian akan mati!" Polisi segera menarik Amelia untuk segera diintrogasi. 000 Ruangan interogasi sangat mencekam. Namun, Melia tidak takut dan terus tersenyum. Bahkan, sesekali dia tertawa. "Bagaimana cara kamu membunuh mereka?!" Seorang polisi bertanya padanya. "Aku?" Ia mengulum senyum. "Aku hanya pintar bermain pisau dan pena." "Maksudmu?" "Tulisan Djanty. Hanya aku yang bisa menuliskannya. Membuat mereka nyaman dan bersemangat. Karena, mereka tahu siapa aku sebenarnya." "Dasar biadab!!" Pria itu segera menampar Djanty. "Satu ... dua ... tiga ...." "Apa yang kamu hitung?! Kamu kira, kamu bisa beb ...." "Saya pengacara dari saudari Amelia. Saya juga sudah membawa surat pembebasan!" "Huff! Hahahaha!" Amelia tertawa. "Tak semudah itu kalian menangkapku!" "Bye bye!" Amelia pergi diikuti oleh seorang pengacara. "Pak?" "Biarkan saja. Kita juga belum menemukan bukti konkret, kalau dia yang membunuh mereka. Aku merasa ada yang aneh." "Maksud Bapak?" "Kamu akan mengerti nanti. Ayo, pergi! Ada hal yang harus dikerjakan." "Baik, Pak!" Dua polisi itu segera pergi meninggalkan ruangan. Mereka bergegas menuju TKP untuk mencari bukti lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD