Story Of Love - Bab 2

1608 Words
Bab 2 Beberapa jam kemudian, Bayi mungil itu datang. Ia tertidur di dalam gendong perawat bernama Mirna, katanya perawat ini calon istri dari Marvel. Senyumannya ramah sekali, “Halo Kak Davis,” sapa Mirna, “Halo Naira,” sapanya pada Naira, ia memang sangat mengenal Davis dan kebetulan Mirna adalah adik kelas dari Davis sendiri. “Jagoan kalian datang nih!” Saat mendengar kalimat itu, Naira segera tersenyum dan ingi segera menggendongnya. “Sebentar sayang, biar aku bantu!” Ucap Davis sembari membantu Naira untuk bangun dari rebahannya, Mirna memberikan bayi tersebut ke dalam pelukan Naira. Saat wajah mungil yang tampan itu hadir di pelupuk matanya, air mata Naira menetes. Ia tak kuasa menahan air mata tersebut, “maafkan Mama dulu sempat tak menginginkan mu sayang!” Ucap Naira dengan wajah yang sangat sendu. “Saat ini, nanti dan selamanya... mama akan menjaga mu!” “Papi juga!” Timpal Davis, Bryan menghampiri Davis, “Foto dulu ya,” Cekrek, Cekrek... 2 poto berbeda gaya pun di potretkan oleh Bryan, ia sangat menikmati kebahagiaan wanita yang dulu sempat ia sukai itu dan saat ini Bryan menganggap Naira sudah seperti adiknya sendiri. Apalagi Bryan resmi di angkat menjadi anak oleh Dave dan Andini, dan hal itu merupakan kebahagiaan tersendiri dari Bryan juga Catherine. “Coba aku lihat!” Pinta Davis. “Waaaa, cantik sekali kamu sayang!” Puji nya pada Naira, Naira tersenyum dan kembali menatap wajah anaknya. Wajah anaknya benar-benar mirip dengan Davis, matanya, hidungnya, hingga lesung pipi nya pun sangat mirip dengan suaminya. Andini dan Reva mendekat seraya ingin menatap wajah tampan cucunya itu, “Mama mu mengandung mu nak, kau lahir malah mirip Papi mu!” Ledek Naira di hadapan Andini dan Reva, “Ya seperti Davis, mirip Papa banget kan?” Ujar Andini. Reva pun membalas pernyataan Andini, “Wajar sih besan, Naira dan Naila juga lebih mirip Ayahnya padahal anak perempuan katanya selalu mirip ibu!” Timpal Reva di iringi tawa yang cukup riang. “Tapi sebenarnya memang seperti itu besan, anak perempuan memang selalu mirip dengan ayahnya.” Ujar Andini. “Iya sepertinya seperti itu!” Sahut Reva sembari tersenyum. “Memang sudah seperti itu dari sananya yang buat juga kan ayahnya, ya pantas jika memang harus mirip dengan Ayahnya.” Ledek Dave, semua tertawa mendengar kalimat yang Dave ucapkan. Tok tok tok Tawa mereka terhenti kala mendengar suara ketukan pada pintu ruangan milik Naira, “Masuk!” Titah Davis. “Halo,” Marvel datang sekedar untuk menyapa, “Halo Naira, Bagaimana keadaan mu saat ini?” Tanya nya. “Sudah membaik Kak Marvel, terimakasih sudah mau membantu ku!” Ucapnya dengan pelan. “Ah iya, jam 4 sore nanti aku akan memeriksa mu kembali!” Ucapnya, “kalau hasilnya baik, esok kau sudah boleh pulang.” Tambahnya. “Baiklah jika seperti itu, memang sudah seharusnya aku pulang kak. Aku merasa tidak betah diam di rumah sakit lama-lama.” Sahut Naira Davis pun menimpali percakapan mereka, “siapa yang akan betah tinggal di rumah sakit sayang?” Sembari menarik tangan Naira, Davis berbicara demikian. “Dav, bisakah kita berbicara?” Tanya Marvel sedikit berbisik di telinga Davis. “Dimana?” “Di ruangan ku!” Ucapnya kembali. “Baiklah, kau pergi duluan nanti aku menyusul!” Ucap Davis, Marvel menganggukkan kepalanya lalu berpamitan kepada mereka. Tak berselang lama, Davis pun menghampiri Marvel yang sedang duduk santai di ruangannya. Tok tok Davis mengetuk pintu ruangan Marvel dengan sangat pelan, “Silahkan Masuk!” Ucap Marvel. Davis segera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam ruangan itu, lalu ia duduk di hadapan Marvel. Setelah itu Marvel memulai pembicaraannya, “Dav ada hal yang harus aku katakan!” Ucapnya, Davis mencoba mendengarkan. “Apa itu? Apakah hal yang berbahaya?” Tanya Davis. “Sedikit berbahaya jika aku tak mengatakannya!” Ucap Marvel. “Baiklah aku akan mendengarkannya!” Sahut Davis. Marvel mulai menjelaskan apa yang terjadi kepada bayinya itu, “Bayi mu harus melakukan perawatan intensif, sebenarnya aku memberikannya pada Naira hanya dalam waktu 1 jam kedepan!” Jelas Marvel. “Masalah apa Vel?” Tanya Davis. “Saat di lahirkan bayi mu tidak menangis sama sekali, bahkan nyaris kehilangan nyawanya. Nafasnya sempat tersendat, mungkin karena air ketuban yang seharusnya tidak terminum dan malah terminum olehnya!” Ucap Marvel, “Dan ini, “ Marvel memberikan hasil diagnosa nya, Davis pun mencoba melihat hasil dari pemeriksaan nya tersebut. “Ini apa Vel?” Tanya Davis. “Ini adalah flek yang tersimpan di dalam paru-paru nya dan sepertinya kita harus melakukan perawatan hingga flek tersebut hilang, aku memberitahu mu agar kau bisa memberitahu Naira dengan sangat pelan!” Ucap Marvel, Davis sedikit menganggukkan kepalanya dan mencoba memahami penjelasan yang Marvel berikan. “Baiklah aku mengerti, lakukan saja hal yang terbaik untuk anak ku dan biarkan aku yang membujuk Naira.” “Ada satu lagi Davis!” Ucap Marvel. “Apa Vel? Apakah mengenai kesehatan Naira?” Tanya nya. “Iya, aku harus mengatakan ini juga.” “Baiklah, ada apa dengan istriku?” “Rahimnya sangat lemah, bahkan nyaris tipis. Aku menyarankan agar Naira memiliki jarak untuk hamil anak kedua dan itu artinya Naira harus memakai alat kontrasepsi agar tidak secepatnya hamil!” Ucap Marvel, “Maaf aku harus mengatakan ini, ini semua untuk kesehatan Naira dan aku harap kau mengerti!” Ucap Marvel kembali. “Kebetulan, aku tidak memaksa ataupun memberikan Naira target untuk memiliki banyak anak! Aku pun mengerti dengan hal itu dan aku merasa kasihan jika jaraknya terlalu dekat!” Sahut Davis. “Baiklah, kalau begitu aku akan memberikan saran alat kontrasepsi yang baik untuk Naira nanti. Kau temui saja Naira dan katakan hal yang menyangkut kesehatan anakmu!” “Aku berharap kau dan Naira saling menguatkan!” Ucapnya kembali. Davis mengangguk-anggukkan kepalanya, benar sekali apa yang di ucapkan oleh Marvel dan sudah seharusnya Davis memberikan kekuatan untuk Naira. Davis berpamitan kepada Marvel dan segera menghampiri Kedua orang tua juga mertuanya untuk memberitahu mengenai permasalahan ini, setelah Dabis berbicara dengan mereka, Davis pun mencoba mengatakannya kepada Naira. “Sayang!” “Iya,” sahut Naira, ia tak melepaskan pandangannya untuk anak bayi yang sedari tadi tertidur dalam gendongannya. Bahkan ia sangat ingin belajar menyusui bayi tersebut, namun sebelumnya Mirna mengatakan bahwa Naira belum bisa memberikan Asi kepada bayinya. “Tampan sekali kamu ini,” ucap Naira. “Sayang!” “Iya, kenapa?” Tanya Naira sembari menatap wajah Davis. “Begini, besok kau pulang! Tapi sepertinya bayi kita ditahan disini, dia tidak bisa pulang dan ikut bersama kita!” “Kenapa? Ada apa Davis?” Tanya Naira, ia benar-benar merasa terkejut dengan kalimat itu. “Sepertinya kau sudah tahu alasannya, saat lahir bayi kita hampir saja tiada namun beruntunglah Tuhan masih memberikan keajaiban untuk nya!” Jelas Davis, “Dan saat Marvel mencoba memeriksanya, ada Flek berupa cairan yang bersarang di paru-parunya. Katanya itu semua karena tertelannya air ketuban!” Jelas Davis kembali. Hati Naira bak tersayat pisau tajam, ia merasa sakit hati saat mendengar penjelasan dari suaminya. Ia menatap wajah anaknya itu, lalu air mata nya menetes. “Sayang, Mama sangat ingin sekali pulang bersama dengan mu. Menggendong mu dan mengecup kening mu di malam hari nanti, merasakan betapa repotnya di bangunkan malam oleh tangisan mu!” Ucap Naira sendu, “Sayang, maafkan Mama! Maafkan Mama ya!” Tambahnya. Tangisannya terisak, “Benar apa kata ibu dulu, patah hati terbesar seorang ibu adalah di saat melihat anaknya sakit! Maafkan Mama sayang!” “Sabarlah sayang! Dengarkan aku, semua demi kebaikan anak kita! Semua akan baik-baik saja!” Tutur Davis seraya mencoba menenangkan Naira. “Apa dia akan baik-baik saja?” Tanya Naira. “Dia akan baik-baik saja sayang, Percayalah pada Tuhan!” Jawab Andini, “Kamu harus lebih kuat dan berpikiran positif!” Ucap Andini kembali. Reva pun mendekat dan mencoba memberikan pelukan untuk anaknya, “Dengar, seorang ibu harus benar-benar mempersiapkan semuanya! Kau pasti kuat dan kau pasti mampu melalui ini semua, Ibu dan semua sangat percaya kepadamu!” Ujar Reva. Dave pun kembali memberikan kekuatan kepada menantunya itu, “Sayang, Kesayangan Papa... kamu hebat! Kamu terbaik dan Papa sangat mengagumi sosok mu, Cucu Papa akan baik-baik saja! Mengapa? Karena dia lahir dari sosok ibu seperti mu! Percayalah dia akan baik-baik saja!” Sembari mengusap wajah Naira, Dave mencoba membuat Naira lebih tenang dan benar Naira terlihat lebih ikhlas dan tenang saat mendengar ungkapan hati dari mertuanya itu. “Papa, Davis dan Naira belum memberikan nama untuknya!” Ucap Davis. “Ya sudah biar Papa ..” Sahutan Dave tersela oleh tepukan Andini dan Andini segera mencoba menyela, “Devano Aksa Surya!” Ucap Andini sembari menatap ke sekeliling mereka. “Iya, Mama pernah memberikan nama itu!” “Tapi kalau Ibu besan sama Ayah besan setuju!” Ucap Andini sembari tersenyum, “Dan Papa juga!” Tambahnya kembali. “Kalau kami sih terserah Mama besan saja!” Sahut Reva begitupun dengan anggukan Redi di sampingnya. “Ya sudah, Devano Aksa Surya ya!” Ucap Davis sembari menatap wajah semua orang tuanya, “Gimana sayang?” Tanya nya kepada Naira, Naira menjawab dengan anggukan dan diselipi senyuman yang sangat manis. “Ya sudah Devano Aksa Surya, Artinya puisi Alam yang selalu berpikir jernih sejernih cahaya di pagi hari“ Ucap Andini. Satu jam kemudian, Suster Mirna pun datang kembali. Mirna berniat untuk membawa anak dari Davis dan Naira. saat Naira akan memberikannya, Bayi yang diberi nama Devano itu terlihat terbangun dan mengedip-ngedipkan matanya. Naira mengecup keningnya, ia begitu sangat bangga saat menatap wajah bayi itu. “Suster Mirna, kalau nanti anak ku di rawat? Bisakah aku tetap melihatnya?” Tanya Naira. “Tentu saja Naira, aku akan menjaganya. Percayalah padaku!” Ucap Mirna. Naira tersenyum dan segera memberikan nya pada Mirna, lalu Mirna memasukan bayi tersebut kedalam kotak bayi yang sudah ia bawa sebelumnya. Mata Naira tak dapat menutupi kesedihannya, la membendung air mata tersebut dan seperti biasa Davis memberikan sebuah pelukan kepada Naira. Naira yang sangat bersikap manja itu menangis di dalam dekapan suaminya, Davis mengerti akan kesedihan Naira. Bagaimanapun seorang ibu yang selama 9 bulan mengandung lalu melahirkan, tak akan mampu berpisah dengan anaknya dan Davis sangat mengerti dengan keadaan ini. “Sabar ya sayang! Devano akan baik-baik saja! Percayalah pada ku,” ucapnya sembari memberikan pelukan yang sangat erat kembali. “Aku selalu percaya padamu Davis, temani aku terus ya! Temani aku di saat-saat seperti ini!” “Aku akan selalu menemani mu sayang! Kau hidupku, bahkan jiwa kita sudah menyatu dan tidak akan ada yang pernah bisa memisahkan jiwa kita kecuali Tuhan!” Ucap Davis sembari mengecup kening Naira. Dave, Andini dan semuanya sangat tersentuh melihat kisah cinta mereka. Bak sepasang Romeo dan Juliet, cinta Davis dan Naira tidak akan pernah berkurang! Hingga mati dan mungkin sampai dikehidupan yang lainnya, harapan serta tujuan yang sama yang membuat mereka semakin saling mencintai. “Aku tidak akan pernah meninggalkan mu! Sekali lagi aku katakan, kau adalah hidupku Naira! Sekalipun aku mati, kau mati tak ada yang harus menggantikan posisi satu sama lain.” Hati Naira merasa bahagia, ia benar-benar merasa mendapatkan cinta sejati karena Davis memang memberikan cinta yang sangat besar untuknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD