EPISODE || Menyembuhkan Luka

2203 Words
EPISODE : 3 ______________________________________________________________________________________________             Noah pulang dengan rasa sakit yang melukai hatinya. Tidak tahu rasa iba yang dia punya tiba-tiba hilang.  Tidak lagi mau mendengarkan teriakan dan paksaan Kylie agar dia masih tinggal di apartemen perempuan itu.             “Semuanya sudah berakhir.” Noah bergumam di sepanjang jalan menuju mobilnya.             “Aku tidak akan mudah dibodohi lagi!” suaranya tertahan.             “Aku tidak akan pernah mau mendengarmu, Kylie!” Noah masuk ke dalam mobil dengan membanting pintu mobil.             Memangnya, apa yang harus Noah dengar? Dia sudah melihat semuanya dengan jelas dan mendengar jawaban pria itu dengan saksama. Pengakuan Kylie bisa saja hanya sebuah pembelaan belaka.             Noah benar-benar tidak menyangka Kylie melakukan itu. Pekerjaan yang jelas-jelas menjijikan. Dan satu hal yang membuat Noah tidak habis pikir adalah Kylie tega membohonginya. Kylie tega melakukan itu, Kylie tega mengkhianatinya. Di saat Noah benar-benar menginginkan Kylie sebagai satu-satunya.             Sayang sekali, Noah tidak bisa benar-benar marah pada kekasihnya. Itu karena dia masih punya rasa sayang di hatinya. Tidak, rasa itu tidak lenyap begitu saja. Bahkan Noah tidak tahu, dia membutuhkan waktu berapa lama untuk pulih.             Noah memilih tidak pulang malam ini. Kepalanya seakan ingin meledak. Omelan orang tuanya nanti akan memperparah keadaan. Dan Noah tidak mau melakukan sesuatu yang nanti akan ia sesali. Dia mengabaikan pikiran tentang orang tuanya yang pasti sedang mencarinya.             Sekarang, yang Noah butuhkan hanyalah ketenangan dan seseorang yang bisa menemaninya mengobati rasa sakit ini.             Di dalam mobil, Noah mencoba menghubungi Elan. Tetapi sepertinya pria itu sedang sibuk dan Noah berakhir sendirian karena hanya Elan sahabat yang dia punya.              Seperti biasa, Noah mengobati lukanya sendiri.             ________________________________________________________________________________________             Dua hari Noah bagai menghilang dari bumi. Tidak ada satupun orang sejak dia pergi yang mengetahui keberadannya. Hingga Noah memutuskan memanggil dua orang yang selalu menjadi orang pertama yang tahu tentang Noah. Mereka adalah Samantha dan Elan. Kesendirian membuat Noah takut akan terjadi hal-hal yang membahayakan dirinya sendiri.             “Mungkin kalian bosan denganku. Maksudku, aku selalu memanggil kalian di saat aku terluka,” ucap Noah ketika dia membuka lebar pintu rumahnya untuk menyambut kedatangan Elan dan Smantha.             “Sayang sekali itu tidak bisa dibenarkan,” sahut Elan yang langsung masuk sembari merangkul Samantha.             “Bukankah sebaliknya? Kau yang selalu ada untuk kami, Noah. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana dulu kau mengenalkan Elan padaku dan bagaimana kau selalu membantuku dalam memahami bisnis.”             Mendengar itu Noah tersenyum. Mereka bertiga masuk lebih dalam ke rumah megah tersebut. Rumah milik Noah atas hasil kerja kerasnya sendiri. Dia tidak pulang, tidak bekerja juga tidak menemui orang tuanya. Malam di mana hatinya hancur adalah malam di mana dia tersesat dengan  dirinya sendiri.             Kegelapan menyerang jiwanya, membawa Noah ke dalam keterpurukan yang luar biasa. Siapa sangka, perempuan cantik seperti Kylie mampu melukai perasannya hingga sakit seperti ini?             Malam itu hingga sekarang, Noah mengabaikan semua panggilan telepon dari siapapun termasuk ayahnya. Dan Noah dengan sengaja mematikan ponselnya karena getarnya pun menganggu jika terus berbunyi.             Noah punya banyak rumah dan sekarang dia sedang berada di salah satu rumah miliknya. Tentu saja, tujuannya adalah mencari ketentraman yang sudah lama hilang di dalam kehidupannya. Walaupun tidak sepenuhnya menyembuhkan Noah dari rasa sakit. Hanya saja, ada perasaan tenang yang ia dapatkan ketika menyendiri. Karena jika Noah pulang ke rumah orang tuanya, dia sangsi mereka akan memahami keadaannya.             Atau mungkin hal paling buruk akan terjadi. Mengingat malam itu dia pergi begitu saja setelah mengacaukan makan malam. Besar kemungkinan, Ellards murka padanya. Malam ini, bisa saja pria itu masih mengumpulkan kemarahannya dan menuntaskannya ketika Noah kembali. Mereka sama sekali tidak pernah memahaminya.             Selama 25 tahun, itu sama sekali belum pernah terjadi pada Noah. Jangankan memahami Noah, mengasihani pun tidak. Belum lagi, dua hari lalu Noah mengacaukan acara makan malam dengan keluarga Zelia yang entah bagaimana kabar perempuan itu sekarang.             Noah sendirian malam itu. Malam di mana Kylie menghianatinya. Noah berdiam diri dalam kegelapan di rumahnya. Menikmati malam yang hening. Mungkin terdengar kekanak-kanakan tetapi Noah menangus di kamarnya dan memukuli, melempar dan bahkan menendang apapun yang ada di seitarnya,   PYARR!!   Noah menendang botol wine yang ada di lantai.   “SIALAN!!”   SRAAK!!!   Menarik kasar sprei di atas ranjang dan membuangnya ke sembarang arah.   “Aku berusaha memahamimu Kylie. Tetapi kau justru memberiku luka! Apakah itu sepadan dengan apa yang kuberikan padamu?!”   PYAR!!  Lalu melempar kasar vas bunga  ke lantai hingga tak berbentuk lagi.             Kamar utama itu berantakan. Kaca dari botol wine dan gelas bertebaran di lantai, kertas-kertas dan tumpahan wine memenuhi lantai. Lantai putih itu tampak sangat kotor. Sangat berantakan. Sama seperti hati dan pikirannya yang sangat berantakan.             Noah tidak menyangka, dua hari kehilangan Kylie tidak membuatnya baik-baik saja. Padahal sangat nyata terlihat bahwa Kylie lah yang menghancurkan hubungan mereka, meskipun tidak secara langsung perempuan itu mengatakan perpisahan.             Di tengah emosi yang menggebu, Noah menghela napas pasrah berulang kali. Dia sempat punya pikiran bodoh, mengakhiri hidupnya dengan pecahan kaca. Namun, dia justru berakhir menangis dan pergelangan tangannya tergores. Untung, lukanya tidak terlalu dalam. Dan satu jam setelahnya, Noah mengobati lukanya sendiri.             Satu jam dia termenung lagi di dalam kamarnya.  Mengingat perkenalan awal mereka di salah satu hotel. Saat itu pertemuan mereka seperti di film-film romantis klasik.             DUG             “Eh!” Karena Noah terburu-buru, dia tidak sengaja menabrak seseorang.             “Semoga saja tidak menabrak orang yang menyebalkan,” gumam Noah.             Noah berjongkok di salah satu lorong hotel unuk membantu perempuan yang kini semua berkas yang dia bawa berserakan di lantai. Satu persatu Noah memungutinya, salah satu berkas yang dia ambil adalah sebuah foto perempuan itu. Kemudian, Noah mengambil lembar-lembar foto  lainya yang berserakan di bawah.             “Maaf, aku tidak seng … sengaja.” Noah terpaku pada perempuan tinggi di hadapannya. Tidak. Memang tidak seperti paras Scarlett Johansson rupa perempuan itu. Sungguh hebat sekali dapat memikat Noah dalam sekejap mata. Parasnya cantik, rambutnya panjang dan  Noah tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Terlihat seperti model, namun Noah belum bisa memastikannya jika belum tahu secara pasti.             Perempuan itu tersenyum, seolah tidak mempermasalahkan apa yang baru saja terjadi. “Terima kasih sudah membantu.”             Sampai lupa untuk menjawab karena Noah terpaku pada pandangan di depannya. Noah tersentak. Ketika perempuan itu hendak pergi dengan sengaja Noah melingkaran jemarinya tepat di pergelangan tangan perempuan itu yang pas di tangannya.             “Tunggu sebentar,” ucap Noah cepat.             Perempuan itu memang berhenti, dan Noah melupakan sesuatu yakni tatapan mata perempuan itu yang mengarah pada tangan Noah. Menyadari sesuatu, Noah lantas menurunkan tangannya. Kemudian meminta maaf dengan suara pelan.             “Apa ada sesuatu yang penting?” Perempuan itu bertanya. Tampak buru-buru.             Noah bimbang, takut mengganggu waktunya.  Namun, pada akhirnya dia mengulurkan tangannya. “Noah Ellards.” Senyum pria itu mengembang. Tidak ada salahnya menambah daftar teman, ‘kan? Walaupun untuk sementara ini perempuan dengan kemeja warna cream dan rok hitam itu lebih ingin Noah jadikan sebagai kekasih.             Terdengar kekehan pelan dari mulut perempuan tersebut. Tidak menyangka jika pria di hadapannya ini akan mengulurkan tangan. “Kylie,” jawabnya. “Senang bertemu denganmu, Noah. Maaf tetapi aku sedang ada urusan. Jadi, mungkin jika kita bertemu lagi, kita bisa memesan secangkir kopi.”             Noah tersentak. “Ah, iya-iya. Silakan. Maaf sudah menganggu waktumu.” Lalu, Noah mempersilakan Kylie pergi dengan foto-foto di dekapan tangannya. Namun anehnya Kylie justru meninggalkan debaran jantung yang amat dahsyat untuk Noah.             Dan Noah berakhir senyum-senyum sendiri hari itu. Berharap dia akan bertemu dengan Kylie sesegera mungkin. Sampai hampir 7 kali dalam 7 hari Noah mendatangi hotel tersebut. Sempat kecewa karena tidak menjumpai Kylie lagi. Saat sudah akan menyerah, hal tidak disangka-sangka datang. Mereka justru bertemu di salah satu toko kue. Dan mulai dari situlah mereka berkenalan lebih intens.             Kenangan itu mengeraskan rahang Noah. Kembali memacu jantung dan mengalirkan adrenali ke seluruh tubuhnya. Noah menatap tajam apapun yang ada di sekitarnya.             Dua hari berlalu, tidak ada ajudan ayahnya yang datang mencarinya. Ponselnya sengaja mati karena Noah ingin menghindar dari siapapun.             Setelah keterpurukan itu, Noah mencoba sesuatu yang berbeda. Menyendiri terus-menerus mungkin hanya akan membuatnya semakin sakit dan mengingat kepedihan itu terus menerus sementara jahatnya adalah kehidupan terus berjalan.             Elan dan Samantha adalah dua orang yang selalu ada jika Noah membutuhkan mereka. Berpesta kecil, menghabiskan beberapa botol wine dan musik yang berdentum itu sudah cukup untuk membuat suasana sedikit ramai.             Rasa sakit membuat Noah bersikap seperti anak remaja. Dia mengadakan pesta larut malam di rumahnya hanya dengan Smantha dan Elan. Mengabaikan status mereka  sebagai seorang pebisnis sukses yang berkharisma. Tubuh mereka melenggak-lenggok mengikuti irama musik yang berdentum keras. Sembari menggenggam satu botol wine, mereka sesekali menengguknya.             Di sinilah Noah, Elan dan Samantha sekarang. Mereka menghabiskan malam dengan berpesta.             “Berselingkuh dari pria kaya raya sepertimu sepertinya adalah pilihan paling bodoh dalam hidup,” komentar Elan terhadap pilihan Kylie. Pria itu sesekali berjoget mengikuti alunan musik. “Aku tidak mengira Kylie sebodoh itu.”             “Dia akan menyesalinya nanti,” sahut Samantha, meneguk wine sesekali. “Aku akan memberinya nasihat.” Noah hanya mendengarkan mereka dan terus memejamkan matanya sambil melenggak-lenggok mengikuti alunan musik.             “Ck, ck, ck! Sungguh kasihan Kylie. Dia sudah salah menghianati orang sepertimu Noah!” Elan menjatuhkan dirinya di salah satu sofa panjang. Lelah berdiri. “Lihatlah, rumah ini sangat megah. Dan siapapun pasti akan tergiur melihatnya.” Ruangan itu sudah sama berantakannya dengan kamar Noah. Elan setengah teler, masih menengguk wine sesekali.             Ini adalah kali pertama Elan dan Samantha datang ke rumah ini. Sebelumnya tidak ada satupun yang tahu bahwa Noah sudah sejak lama memiliki rumah ini. Ayah dan ibunya pun juga tidak tahu, bahkan Kylie pun tidak. Padahal, nantinya rumah ini akan menjadi kado pernikahan untuk perempuan itu.             Semua konsep rumah pun atas kesukaan Kylie. Noah pernah menanyakan rumah seperi apa yang Kylie inginkan dan tanpa Kylie ketahui Noah ingin mewujudkan itu.             “Kurasa begitu ….” Tetapi Noah tidak yakin sepenuhnya. Dia merasa ada penyesalan sudah meninggalkan Kylie. Andai saja, dia sedikit menurunkan egonya kemarin. Mungkin hubungan mereka masih baik-baik saja. Mungkin, rumah ini kelak bisa ia tinggali bersama perempuan itu.             “Kau ingin melupakannya?”             Noah menjawab pertanyaan Samantha dengan gelengan tak yakin.             “Kurasa, berlibur adalah usulan yang tepat.”             “Berlibur?” Elan ikut menyahuti. Samantha bergumam. “Daripada di rumah, kau hanya akan pusing dengan pekerjaan dan omelan Ayahmu. Atau mungkin mengadakan pesta yang lebih besar? Mengundang teman-teman kita semasa SMA. Sekaligus kau bisa mencari pengganti Kylie.”             “Kurasa, usulan Smantha itu tidak terlalu buruk. Karena melupakan Kylie sepertinya sedikit memakan waktu.”             Noah menoleh ke Elan. “Aku belum bisa memikirkan itu, maaf. Tetapi saran mengenai pesta, itu cukup bagus.” Punggung Noah bersandar di sofa. “Sayangnya, aku belum bisa memastikan kapan kita akan melakukan pesta itu.”             Elan mengangguk paham. Hati Noah masih berduka.             “Naik kapal pesiar sepertinya juga bagus.” Samantha duduk di sebelah Elan dengan satu tangan menyandar di pundak pria itu. “Melihat air laut, merasakan semilir angin.” Samantha memejamkan matanya seolah sedang merasakan semilir angin menerpanya. “Ah … rasanya seperti liburan yang mengasyikan ….” Perempuan satu ini memang suka dengan alam apalagi laut dan pantai.             Tidak buruk saran kedua sahabatnya. Yang buruk adalah jadwal Noah. Apakah dia bisa kabur dari semua tanggung jawab yang ayahnya berikan? Noah terdiam cukup lama, membiarkan musik berdentum, Elan dan Samantha berbagi ciuman ringan. Seolah di ruangan itu hanya ada mereka saja..             “Lalu, kemana tujuan kita berlibur?”             Elan dan Samantha menghentikan ciuman mereka. Kompak menoleh ke Noah dengan senyum senang.             “Sepertinya bagus jika kita berlibur ke luar negeri? Setidaknya, kau bisa mencari gadis luar negeri dan mengencaninya. Lagi pula, kau sering pergi ke luar negeri kan? Jika kau punya kekasih beda negara, setidaknya jika berkencan orang tuamu tidak akan tahu. Kau bisa bebas berpergian dengannya kemanapun. Ayahmu juga akan mengira kau sedang mengerjakan bisnis.”             Elan menggeleng. “Kurasa itu akan membutuhkan waktu yang lama. Kita bisa berlibur setidaknya 3 hari atau mungkin satu minggu paling lama.”             “Sayang, itu sebentar sekali.” Samantha mengomentari masukan Elan.             “Kita tidak mengambil cuti, Sayang. Kita hanya berlibur. Bisa-bisa Ellards marah jika kita sampai meminta satu, dua bulan hanya untuk liburan.”             Samantha melirik Elan kesal. Semua komentarnya selalu dielak.             “Kita bisa memikirkan itu nanti. Tapi aku sudah punya niat untuk liburan dengan kalian.” Noah menarik cepat sudut bibirnya dan berlalu dari ruangan itu entah kemana dia akan pergi. Samantha dan Elan hanya memerhatikan tanpa berniat bertanya.             “Sayang, kau sering bertemu dengan Kylie, ‘kan? Maksudku, apakah selama ini dia pernah mengatakan bahwa dia bekerja sebagai wanita bayaran?”             Samantha sedang mengingat semua pembicarannya dengan Kylie akhir-akhir ini. mereka cukup dekat, semenjak Noah menjalin hubungan dengan Kylie. Mereka sering belanja bersama, juga sering pergi ke tempat kecantikan bersama.             “Sepertinya tidak. Tapi … aku ingat bahwa dia mengatakan sedang sibuk akhir-akhir ini. dia punya pekerjaan lain selain sebagai model.”             “Oh ya?”             Samantha mengangguk. “Noah sahabat kita. Kurasa, dia tidak mungkin berbohong tentang apa yang Kylie lakukan. Dia juga melihatnya secara langsung, ‘kan?”                         “Benar juga. Untuk saat ini, kita harus menghiburnya. Di sangat membutuhkan seseorang di sampingnya.”             Terkadang, seseorang yang sedang berduka memang membutuhkan waktu untuk menyendiri. Terkadang juga, ada saatnya orang tersebut membutuhkan orang lain untuk memeluknya. Samantha dan Elan akan selalu ada di samping Noah, sebagai salah satu orang yang akan menghiburnya. _______________________________________________________________________ ______________________ Sampai jumpa di episode 4
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD