EPISODE|| Kebohongannya

3432 Words
EPISODE 2 ______________________________________________________________________________________________             Sayangnya, Noah juga dibekali rasa tidak tegaan. Sehingga ketika kakinya sudah melewai sepuluh meter membelakangi perempuan bergaun hitam yang semula meneriaki namanya, Noah bebalik dan bergegas lari untuk dapat berdiri di hadapan perempuan itu lagi. Aneh sekali, tiba-tiba perasaan iba menerkam hatinya.                 Noah menghela napas keras, menatap lekat perempuan di hadapannya yang kini sudah meneteskan air mata.             “Kylie, maaf aku mungkin terdengar sangat jahat. Aku tidak bermaksud melukai hatimu serta tidak bermaksud membuat permusuhan denganmu. Aku ingin hubungan kita baik-baik saja. Kau bisa menganggapku sebagai teman atau Kakak laki-lakimu, jika kau mau,” ucap Noah tulus, tidak lupa mengulas senyum manis. Semoga saja perempuan di hadapannya ini menerima permintaan maaf Noah agar Zelia juga tidak perlu melapor.             “Untuk ini kau berlari menghampiriku? Kupikir kau akan berubah pikiran.” Senyum Zelia tampak setengah hati.             Noah sekali lagi menghela napas, namun kali ini lebih pelan. Kakinya melangkah ke depan satu kali, sehingga jarak mereka terhapuskan cukup banyak. Noah meraih telapak tangan perempuan itu. Ada sentakan kecil bersamaan dirasakan oleh Noah. Zelia pasti tidak menyangka Noah melakukan ini padanya.             Manik mata mereka saling tatap. Mau tidak mau Noah harus melakukan ini agar hati  Zelia luluh. Kasihan jika perempuan ini terus berharap padanya yang sama sekali tidak mengharapkan apapun darinya.             “Zelia, aku menyukaimu sebagai seorang anak dari Rovando. Sekeras apapun kau mencoba mengubah perasaanku, aku tidak bisa memastikan hasilnya. Aku tidak ingin mengatakan bahwa aku tidak mencintaimu. Tetapi, untuk saat ini, kumohon … mengertilah. Berhenti meminta perjodohan ini dan berhenti meminta pada orang tuamu. Kau pasti bisa melakukannya, bukan? Kau juga pasti tidak ingin hubungan dua keluarga ini hancur karena kita, bukan? Jadi, tolong pikirkan sekali lagi.”             Noah harap, satu paragraf kata yang diucapkannya itu mampu membuka pintu hati Zelia. Mampu mengubah keinginan wanita ini.             Sebelum benar-benar pergi dari koridor, Noah memberi ciuman kecil di pipi Kylie. Itu adalah sogokan agar Zelia tidak membocorkan semuanya pada kedua orang tuanya. Meskipun Noah tidak yakin perempuan itu bisa menjaga rahasia atau justru menjadikan itu sebagai alat.             Jarak dari rumah orang tua Noah dan apartemen Kylie itu tidak begitu jauh. Hanya membutuhkan 45 menit, Noah sudah tiba di lingkungan apartemen super mewah itu. Yang mana milik Kylie ada di salah satu ruangan dari ratusan apartemen yang ada. Sebenarnya, itu apartemen milik Noah. Melihat Kylie hidup di apartemen sederhana yang kecil dan tidak layak untuknya. Noah memaksa perempuan itu untuk pindah. Kejadian itu sekitar 5 bulan sejak mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.             Walaupun Noah terkenal cuek tetapi sebenarnya dia peduli. Hanya saja, dia tidak punya banyak waktu untuk bertemu dengan Kylie setiap hari. Noah juga ingin seperti pria lainnya, mengantarkan kekasihnya ke tempat kerja dan menjemput juga. Sayang sekali, Noah hanya bisa memberikan mobil untuk Kylie.             Tentu saja tanpa sepengetahuan siapapun termasuk Ellards dan Aselin. Bayangkan jika mereka tahu?             Sejauh ini hanya ada dua orang yang tahu soal itu. Samantha dan Elan. Samantha adalah teman dekat Kylie. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Mereka kenal semenjak Noah menjalin hubungan dengan Kylie. Sementara Elan mengenal Kylie karena kekasihnya berteman dengan perempuan itu.             Noah merapikan jas yang ia kenakan. Setelah itu, bergegas menuju ke lantai 12 di mana Kylie tinggal. Tidak banyak orang di sekitar sini, lobi pun tampak lengang.             Tidak butuh waktu lama, pintu lift terbuka. Bergegaslah Noah menuju unit kekasihnya dengan langKah cepat alias setengah berlari. Napasnya kembali terengah, keringat membanjiri dahinya.             Sungguh, Noah melakukan ini hanya agar Kylie tidak kecewa. Betapa Noah mencintai perempuan itu.             Setelah berpacu dengan waktu dan tenaga, akhirnya Noah sampai di depan unit Kylie. Merasa lega karena akhirnya tiba tepat waktu dan secara tidak langsung dia sudah berhasil kabur dari jamuan makan malam sialan itu.             Pasti orang rumah sedang mencarinya. Noah sengaja mematikan ponselnya.             Tidak ada perasaan menyesal setelah menolak mentah-mentah Zelia. Walaupun tetap ada sedikit rasa bersalah di hatinya. Hei, Noah tetaplah manusia! Dia hanya mengungkapkan gagasannya bahwa dia menolak perjodohan itu dan secara terang-terangan menolak Zelia, sih. Semoga saja Noah tidak mendapat karma, kelak. Semoga saja, sampai kapanpun dia tidak akan mencintai atau bahkan menyukai Zelia.             Bukankah akan sangat memalukan jika Noah harus memohon pada Zelia jika suatu saat dia justru menyukai perempuan itu?             Tidak! Semoga itu tidak akan terjadi. Noah tidak ingin menjilat air ludahnya sendiri.             “Kylie, aku sudah tiba. Tolong bukakan pintunya!” Noah membuka jas karena terasa sedikit gerah. “Kylie, kau di dalam, ‘kan?” Suara Noah itu cukup keras harusnya bisa membuat orang di dalam unit keluar atau setidaknya menyahut.             Sebenarnya, Noah tahu kata sandi pintu apartemen Kylie. Hanya saja, dia merasa tidak sopan jika masuk tanpa izin karena apartemen ini sudah menjadi hak milik Kylie.             Cukup lama Noah menunggu, dia kembali memakai jas karena sudah tidak merasa gerah. Sesekali Noah menggerutu. Tidak begitu lama, Kylie membukakan pintu untuknya. Awalnya rasa kesal Noah hilang digantikan senyuman. Sayangnya tidak lama senyum itu luntur. Ekspresinnya berubah kebingungan.             “A—ada apa denganmu, Kylie?” Mata Noah menelurusi tubuh Kylie dari atas hingga bawah.             Perempuan itu justru terkekeh. “Apa maksudmu, Noah?”                         Bagaimana Noah tidak keheranan? Dia tahu jelas bagaiaman Kylie sebenarnya. Dia tidak mungkin sengaja memakai pakaian tidur ketika dia sudah tahu bahwa Noah akan datang, Noah tidak akan keheranan jika Kylie memakai piama. Masalahnya, dia memakai gaun tidur bewarna merah muda. Terlihat tipis dan ukurannya pun tidak panjang, menampakan paha dan kaki jenjangnya.             “Kau tampak berbeda,” ucap Noah jujur. Dia sebenarnya merasa kurang nyaman dengan penampilan Kylie.            Sampai-sampai Noah kesusahan menelan air liurnya karena pandangan di depan sangat menggiurkan. Noah ini seorang pria sejati. Dia merasakan sesuatu yang aneh ketika melihat pemandangan seperti ini.             “Kau sudah akan tidur jam segini? Atau kau lupa bahwa aku akan datang?”             Kylie terkekeh. “Kau pasti merasa tidak nyaman? Tenanglah, aku belum akan tidur. Aku memakai ini karena semua pakaian rumahku kotor. Satu minggu aku tidak mencucinya. Kau tahu bahwa akhir-akhir ini aku sibuk, bukan?”             Noah mengangguk terpatah.             Entahlah, mungkin pria di luar sana mengatainya bodoh sudah menyianyiakan perempuan se seksi Kylie. Tetapi, memang kenyatannya Noah bahkan belum pernah melakukan hal semacam itu bersama Kylie. Mereka hanya berciuman, berbagi pelukan dan berpegangan tangan.             “Aku ingin menjagamu,” kata Noah kala itu ketika mereka hampir saja terperangkap di malam yang dingin dan memikat mereka untuk melakukan hal itu.             “Apakah aku yang terlalu berharap kau datang lebih lama atau memang kenyatannya kau datang lebih cepat?” tanya Kylie, sampai lupa menyuruh Noah untuk masuk.             Kepala Noah tersentak. Suara Kylie menyadarkannya dari pikirannya yang entah berkelana kemana.             “Aku datang tepat waktu. Urusan pekerjaan mudah ditangani kali ini,” ucap Noah, mengusap tengkuknya. Dia juga langsung masuk ke dalam apartemen walaupun Kylie belum menyuruhnya. Setidaknya perempuan itu sudah membukakan pintu untuknya yang mana berarti Kylie sudah mempersilakannya untuk masuk, ‘kan?             “Benarkah? Syukurlah jika seperti itu. Aku kerap mencemaskanmu. Kau terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai lupa bahwa tubuhmu butuh beristirahat.”             Noah tersenyum. “Terima kasih sudah mencemaskanku.” Noah duduk di sofa panjang.             “Tidak menduga jika kau datang karena kupikir kau akan mengingkarinya lagi.” Sura Kylie terdengar santai, seolah tidak kesal atas apa yang sering Noah lakukan padanya.             Meski begitu, Noah tetap saja merasa bersalah. Kylie memang tidak pernah protes secara langsung, melalui sindiran yang terdengar santai pun sudah cukup membuat Noah sakit hati. Bukan karena perkataan itu melainkan kecewa pada diri sendiri. Mengapa sulit sekali membuat Kylie senang? Padahal dia punya segalanya untuk menyenangkan perempuan ini.             “Maafkan aku. Sebisa mungkin, aku akan menjadi pria yang tepat waktu untukmu,” jawabnya. Noah bersungguh-sungguh.             “Ba—bagus. Itu lebih baik.” Kylie tersenyum singkat.             Ada hal aneh yang Noah lihat dari gerak-gerik Kylie. Perempuan itu buru-buru berdiri di hadapan Noah. Seolah menghalanginya dari sesuatu yang Noah tidak tahu apa. Terlebih lagi ketika Noah tidak sengaja melirik ke arah kamar.             Atau …. Mungkinkah Kylie takut jika Noah melakukan sesuatu yang tidak-tidak? Dari gelagat dan ekspresi wajahnya sepertinya benar.             “Kylie aku sangat haus!” Dengan cepat Noah berdiri. Dia tidka mau mmebuat keheningan yang nantinya akan semakin membuat Kylie merasa tidak nyaman.             Namun anehnya, ketika Noah mengatakan itu Kylie tampak terkejut. Tubuhnya memberikan respon yang aneh. Namun, Noah mengabaikan itu dan bergegas ke dapur. Dia sudah biasa berkelana di apartemen Kylie.              “Kau tahu? Aku tidak pandai berlari dan mengatur napas tetapi untukmu, aku  setengah berlari agar sampai ke sini. Aku tidak mau membuatmu menunggu dan berakhir mendapatimu marah padaku,” terangnya sembari mengambil minuman kaleng dari lemari pendingin.             Namun hal aneh terjadi lagi. Yaitu ketika Kylie tiba-tiba menghalangi langkahnya tepat satu langkah ketika Noah hendak kembali ke sofa. Tentu saja, dia menatap Kylie aneh.             “Ada apa?” Noah menaikan satu alisnya.             “Kurasa kau butuh istirahat. Kita duduk di sini saja.” Kylie menuntun Noah untuk duduk di kursi.             “Kylie, apakah kau yakin? Aku ini tamu dan tidak seharunya kan kau mengajakku duduk di dapur, kan? Lagi pula, soda lebih baik dari pada kursi kayu ini, hehe,” canda Noah.             “Ya, aku yakin,” jawab perempuan itu.             Noah menuruti perintah Kylie meskipun setengah bingung. Dia duduk tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun pada perempuan itu. Tidak lama kemudian, Kylie kembali membawa satu botol minum dingin untuk dirinya sendiri.             “Omong-omong, pekerjaan apa yang kau urus malam-malam begini?” Kylie ikut duduk di kursi kayu.             Pertanyaan itu membuat Noah gelagapan. Dia tidak akan mengatakan kebenarannya bahwa ada pertemuan makan malam bersama keluarga Zelia. Kylie tidak tahu soal itu.             “Pekerjaan seperti biasanya.” Noah mengangkat bahunya. Meletakan botol kaleng tersebut ke atas meja. “Hanya makan malam bersama rekan kerja Ayah.”             “Hem, Kylie ….”             “Ya? Ada apa denganmu? Kau terlihat gugup dan gelisah.” Inilah yang Noah suka dari Kylie. Dia cukup perhatian dan mengerti keadaan Noah. Serta tatapan yang hangat semakin membuat Noah nyaman.             Pakaian yang Kylie kenakan memang tidak terlalu buruk. Sayangnya, mata Noah tidak bisa diam saja. Keduanya selalu berusaha curi-curi pandang. Noah merasa malu sendiri.             Tetapi, membiarkannya juga cukup menyiksa Noah.             “Sepertinya … kau harus mengganti pakaianmu. Aku merasa sedikit canggung melihatmu seperti ini, hehe.” Noah mengusap tengkuknya. “Maaf mengaturmu.”             “Astaga, maaf! Mengapa kau tidak mengatakannya sejak tadi? Baiklah, aku akan menggantinya. Tunggu sebentar, ya. Dan jangan kemana-mana,” peringat Kylie tampak serius.             Apa maksud dari ‘jangan kemana-mana?’             Namun, ketika Kylie berdiri, Noah juga ikut berdiri.             “Kau mau kemana?” tanya Kylie terdengar sangat panik.             “Menemanimu mencari pakaian. Cukup aneh mendengarmu menanyakan itu Kylie. Bukankah aku sudah biasa ikut menemanimu mencari pakaian lalu setelahnya menunggumu berganti pakaian di kamar mandi?”             Kylie tidak menjawab. Bola matanya melirik ke kanan dan kiri. Noah menatap bingung pada perempuan di hadapannya. Ekspresi Kylie sangat tidak biasa.             “Ada apa Kylie?” desak Noah. dia mulai menaruh rasa curiga.             Peremp uan itu menggeleng terpatah. “Ti—tidak, hanya saja, hum … biar aku saja. Kau bisa menungguku di sini.” Kylie melebarkan senyumnya. “Kau bilang lelah setelah berlari, bukan?”             Noah terkekeh ringan. “Astaga Kylie, tenang saja aku tidak akan melihatmu berganti pakaian aku juga sudah baik-baik saja. Biarkan aku memilih pakaian yang akan kau kenakan, ya? Agar aku tidak perlu merasa canggung menatap kekasihku.” Ditepuknya pundak Kylie untuk menyakinkan. “Lagi pula, aku sudah biasa melakukan ini, bukan? Dan kau tidak pernah keberatan.”             Noah berjalan lebih dulu.             Tanpa sepengetahuan Noah, di belakangnya Kylie menggigit ujung jari kukunya. Was-was dan merasa ketakutan. Jika Noah sampai tahu, maka habislah dia.             “Tidak Noah! Biar aku saja. Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kau adalah tamuku? Mana mungkin aku melakukan itu pada tamuku, bukan? Silakan nikmati wkatumu.”             Kening Noah berkerut sangat dalam. Mereka saling tatap dan Noah mencoba menyelami pekatnya netra itu untuk mencari sesuatu yang tampak perempuan itu sembunyikan.             “Kau bisa menunggu di sofa.” Kylie merentangkan tangannya tepat di hadapan Noah yang dua langkah lagi berada tepat di pintu kamar perempuan itu. Anehnya, Noah merasa wajah Kylie tampak pucat.             Dia merasa sejak tadi ada yang aneh pada kekasihnya. Kylie seperti melarangnya masuk. Mulai dari masuk ke dapur hingga ke dalam kamarnya. Padahal apa yang dilakukan Noah ini bukan sesuatu yang aneh. Belum lagi, keanehan itu diperjelas dengan pakaian yang Kylie kenakan. Sejak awal pun sangat terlihat jelas ada sesuatu yang aneh.             “Ada apa denganmu?”selidik Noah tampa sadar.             “Apa maksudmu?” Kylie tersenyum, tidak mengambarkan bahwa dia memang sedang menyembunyikan sesuatu.             “Lalu, mengapa melarangku untuk masuk? Bukankah aku sudah biasa masuk ke kamarmu? Kita sudah biasa menonton televisi di dalam, aku sudah biasa memilih pakaian untukmu. Sebenarnya ada apa?” selidik Noah, dia memberi tatapan menilai dari ujung kaki Kylie sampai ke ujung kepalanya.             Kylie terkekeh pelan. Noah tahu, perempuan itu mencoba mengalihkan suasana ini. “Apa yang kau katakan, Noah? Aku tidak menyembunyikan apa-apa!” Kedua alis Noah sempat bertautan. Namun setelahnya, Noah menyunggingkang satu sudut bibirnya.             Noah menyadari sesuatu sementara Kylie melupakan sesuatu.             “Huh, kau sudah tertangkap basah, Kylie ….”             Kening Kylie mengerut. “A—apa maksudmu, Noah?” Wajahnya menegang.             “Apa maksudmu itu bukan pertanyaan yang tepat melainkan mengapa kau bisa tahu adalah kalimat yang tepat.” Sudut bibir Noah terangkat lagi.             “Menyingkirlah!” Sedikit kasar Noah menyentak perempuan yang sejak tadi menghalangi langkahnya. Dia lantas menendang dengan kasar pintu kamar Kylie.             BRAK!!!             Pintu itu terbuka lebar.             Dan benar, ada sesuatu yang sedang perempuan itu sembunyikan.             Noah lagi-lagi menyungingkan senyumnya dengan kedua telapak tangan yang mengepal sangat kuat. Kedua matanya menatap lurus seseorang di depan sana.             Noah marah.             “Noah, Noah! Aku bisa menjelaskan semuanya. Sungguh, kau hanya salah paham. Dia pamanku---”             Dengan cepat Noah menyingkirkan Kylie di hadapannya. Noah mendekati pria yang masih berpakaian lengkap, duduk di tepi ranjang dengan ekspresi terkejut juga gelisah. Memang tidak ada yang mencurigakan, tidak terlihat mencurigakan sama sekali. Tetapi kehadiran pria asing di kamar Kylie inilah hal yang sangat mencurigakan dan sangat tidak masuk akal untuk ukuran Kylie yang katanya tidak punya teman laki-laki selain fotografer yang kerap memotretnya dan beberapa teman model lainnya.             “Aku yang bertanya atau kau katakan siapa dirimu?”  tanya Noah pada pria itu. Noah masih berusaha sabar dan menahan emosinya. Selain dia belum tahu siapa pria di hadapannya yang kini sudah berdiri. Noah juga belum ingin membuat keributan.             “Aku bukan siapa---”             “Noah, Noah! Dia hanya rekan kerjaku. Sungguh!” Kylie berusaha menarik Noah menjauh dari pria itu.             Sayangnya, Noah semakin maju.             “Kau bilang dia adalah pamanmu!  Lalu, setelah itu kau mengatakan bahwa dia adalah rekan kerjamu. Apakah selama ini kau selalu berbohong padaku?”             “Noah aku---”             “Jawab Iya atau Tidak, Kylie! Hanya itu yang ingin kudengar!” bentak Noah, mulai emosi.             “Tenanglah dulu … aku bisa menjelaskan semuanya.” Kylie meminta dengan panik             SRAK!             Noah menyentak tangan Kylie yang telingkar di lengannya. Noah menghadap pria itu lagi.     “Cepat katakan, siapa kau sebenarnya atau setelah ini kau tidak akan pulang dengan keadaan utuh?!” Noah mengancam dengan keseriusan. “Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku.”             “A—aku ….”             “CEPAT KATAKAN!”             Dua orang selain Noah tersentak kaget. Kylie was-was, Noah berada di level emosi yang membahaykan.             Ancaman Noah  tidak hanya membuat pria brewokan itu ketakutan tetapi juga Kylie. Dia terus berusaha menarik Noah menjauh tetapi Noah selalu mendekati pria itu.              “Aku tidak akan pergi sebelum aku tahu kebenarannya, sebelum aku tahu apa yang pria ini inginkan darimu dan apa yang kau dapatkan darinya. Atau aku akan pergi, tetapi kau … jangan harap akan baik-baik saja setelah melangkahkan kaki dari sini.” Noah menunjuk pria itu dengan Kylie yang terus berusaha menarik Noah.             Pria itu ketakutan dan merasa dalam bahaya.  Wajahnya berkeringat, menelain air liur susah payah.             “Katakan atau—"             “Baiklah, baiklah! Aku hanya pria yang menyewa jasanya. Tetapi tenanglah, dia belum kusentuh sama sekali. Kita belum melakukannya.” Pria itu gemetar ketakutan. Dari segi badan saja, pria itu sudah kalah besar dari Noah.             Melakukannya?             Astaga ….             Noah tertawa dalam hati. Menertawai dirinya sendiri yang tampak bodoh.             Jantung Noah bagai berhenti saat itu juga, tetapi anehnya dia tersenyum lalu terkekeh samar. Noah merasa kecewa dan sakit hati. Perempuan yang selama ini ia jaga dan hormati ternyata bertingkah tidak lain seperti perempuan murahan.             “Bagaimana bisa kau menjual dirimu saat setiap hari aku bahkan memberimu 400 dollar?” Noah hanya mampu menunduk sembari mengepalkan jemarinya. Suaranya pun terdengar pelan.             Tidak ada jawaban dari Kylie.             “Kemana uang itu Kylie?!” bentak Noah, menegakan kepalanya, menatap tajam perempuan itu. Dan apakah hanya pria ini yang menidurimu, huh?!”             “Noah ….” Kylie menatap Noah tidak percaya.             Noah terus menyentak tangannya ketika Kylie terus berusaha menjelaskan semuanya. Entah menjelaskan atau dia hanya bersembunyi dari wajah yang tampak ingin menangis itu. Dari rasa simpati dan empati yang coba ia dapatkan dari Noah.             “Mau kemana kau?! Aku belum selesai denganmu!” Noah menarik kerah baju pria itu dan menyudutkannya ke tembok dengan wajah yang memerah padam. Noah memang diam, tidak mengamuk tetapi hatinya terbakar.             “A—aku sungguh tidak tahu apa-apa. Perempuan itu adalah wanita bayaran di salah satu kelab malam. Aku bertemu dengannya kemarin dan menyewanya dari temanku. Aku tidak tahu apa-apa.” Pria itu mengangkat tangannya ke udara, menggeleng ketakutan.             Rahang Noah semakin mengeras ketika dia tahu kebenaran bahwa Kylie adalah wanita bayaran di salah satu kelab malam. Semakin kencang pegangannya di kerah baju pria itu. Bunyi gemelutuk dari gigi Noah pun tidak dipungkiri lagi. Dia ingin melampiasakan kemarahannya dengan memukul apapun, tetapi Noah tidak ingin melukai tangannya.             “Berapa yang kau keluarkan untuk memakainya, huh?!”             “Noah!” bentak Kylie. Dia mencoba melepaskan tangan dari pria itu tetapi Kylie tidak bisa melakukan apa-apa.             “Ti—tiga ratus dollar!” Pria itu kesulitan menjawab karena Noah semakin mendorongnya ke tembok.             Ketika Noah melirik Kylie, perempuan itu menunduk, meremas rambutnya dan terdengar isakan.             “Kau melakukan pekerjaan kotor itu hanya untuk tiga ratus dollar, huh?” Noah sudah melepaskan pria itu yang bergegas pergi dari sana. Noah menatap Kylie dengan penuh kekecewaan. “Aku berusaha mati-matian untuk menjaga kehormatanmu, Kylie. Aku … aku bahkan---” Jemari Noah menyibak rambutnya. Dia sungguh kecewa, terkejut dan tidak tahu harus bagaimana. Hampir menangis, tetapi dia hanya ingin terlihat kuat di depan Kylie.             “Kau tidak tahu berapa banyak biaya----”             “Ssstttt … aku tidak akan mau mendengar penjelasanmu itu. Omong kosong apa yang akan kau katakan? Kau kesulitan memenuhi finansialmu dan melakukan hal seperti itu, sungguh? Apakah dunia sudah kehabisan pekerjaan yang mulia? Bahkan ketika kau hanya mendapat dua puluh dollar itu lebih baik daripada 300 dollar yang kau dapatkan itu, Kylie!!”             Kylie terkejut ketika Noah membentaknya. Perempuan itu hanya bisa terduduk di tepi ranjang sambil menunduk dan terisak.             “Bahkan kau bisa meminta pekerjaan dariku. Sayangnya kau memang menyukai itu. Huh!” Noah menghadap ke arah lain. Gejolak amarah membara di dalam dirinya.             “Maafkan aku …,” lirih Kylie dengan isak yang masih terdengar.             Beberapa detik yang terdengar hanyalah tangisan Kylie dan napas memburu Noah.             “Aku bukan tidak bisa menerimamu lagi, Kylie. Aku hanya tidak suka dengan apa yang kau lakukan dan bagaimana kau berbohong padaku selama ini. Kupikir, 2 tahun kita ini hanya kau isi dengan semua kebohongan.”             Yang terdengar hanyalah isakan Kylie memenuhi ruangan. 1“Kau tidak pernah menghargaiku. Menyianyiakan perasaanku yang tulus ini.”             “Kau tidak paham, Noah ….” Kylie masih terisak.             Tidak paham? Apakah selama ini Noah tidak pernah memahami Kylie? Astaga, kemana saja perempuan itu ketika Noah bahkan berusaha ada untuk Kylie di masa-masa sulitnya.             “Maaf, aku tidak bisa melanjutkan ini!” Noah sudah merasa muak dengan semuanya.             Noah melangkah pergi. Kylie berlari mengejarnya.             “Noah, kumohon … aku akan berhenti.” Kylie menghalangi langkahnya. Tetapi Noah terus melangkah dengan tergesa. Dia sudah muak melihat wajah Kylie. Dia sudah muak dengan semua kebohongan dan kisah percintaannya yang tidak pernah baik-baik saja.             “ Noah kumohon … aku tidak akan melakukan pekerjaan itu lagi.” Kylie terus berteriak sembari terisak.             Sekeras apapun Kylie mengatakan dia akan berhenti, tidak akan membuat Noah luluh. Sesuatu yang hancur akan sangat sulit untuk membuatnya utuh. Dan begitupun Kylie sudah menghancurkan perasaannya.             Malam ini, semua terasa memuakan. Orang tuanya, dan orang yang selama ini mewarnai hidupnya ternyata juga menghancurkan kebahagiaan dan semua keceriaan di hidupnya. Noah merasa, semua yang dia punya tidak bisa menyelamatkannya dari rasa sakit dan kekecewaan. Tidak sama sekali.             Noah menangis menuju mobilnya. Hal bodoh yang seharusnya tidak perlu dia lakukan. Sayangnya, perasaan Noah sangat tulus balasan pengkhianatan serta kebohongan adalah rasa sakit yang sangat dalam.  ______________________________________________________________________________________________ Sampai jumpa di Episode 3 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD