3. Bertemu Dengannya

1015 Words
Huntington Beach adalah kota yang terletak di tepi  pantai di wilayah Orange, California Selatan. Mia sedang berada di sana untuk mengintai seseorang yang sudah membawa lari seorang gadis. Gadis itu adalah anak dari salah satu mafia yang ada di Amerika. Mia melihat jika gadis itu terlihat seperti baik-baik saja di sana. Hanya saja seseorang terus mengawasinya  agar tidak melarikan diri. Sementara Mia kini sedang mendekati mereka dengan terang-terangan. Dan hal itu membuat semua orang berjas hitam di sana mulai mengarahkan senjata pada Mia. “Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Mia. “Kau sendiri sedang apa? Cepat pergi dari sini, atau kami akan melubangi seluruh tubuhmu,” ujar salah satu pria di sana. “Hei, kau!” panggil Mia. “A-aku?” jawab gadis yang sedang berdiri dengan tangan terikat. “Ya, siapa namamu?” tanya Mia memastikan. “Aku … aku Lexie Eloise Camorra,” jawab gadis itu. “Baiklah … cukup diam di sana, dan jika aku mengatakan lari, kau harus segera lari dari sana,” jelas Mia. Lexie menganggukkan kepalanya dengan cepat, tetapi saat itu juga seorang pria melepaskan tembakan ke arah Mia. DOR DOR DOR Mia menghindar dari tembakan yang mengarah padanya. ia berlari semakin mendekati posisi Lexie. Hingga akhirnya ada lima pria yang menjadi tameng agar Mia tidak bisa semakin mendekati Lexie. “Kalian menyusahkan saja!” ucap Mia dengan melemparkan sebuah gas airmata. “Sialan! Siapa sebenarnya wanita gila itu.” Mia tidak peduli dengan gerutuan pria di sekitarnya. Ia kini mulai mengeluarkan senjata yang bersembunyi di balik pakaiannya. Dengan lincah Mia beraksi menghindar lalu melepaskan tembakan yang berakhir menghilangkan nyawa pria-pria itu. Dor Dor Dor “Si-siapa kau?” tanya seorang pria sebelum nyawanya berakhir. “Kau tidak perlu tahu.” Mia kini berada di hadapan Lexie, dengan cepat ia melepaskan ikatan pada tangan gadis itu. Lalu Mia menyuruh Lexie berlari menuju motor yang ia parkir di area trotoar. Ponsel Mia berdering tepat setelah ia selesai menyelamatkan Lexie. “Di mana anak itu?” tanya seseorang dari seberang. “Kau pikir aku bodoh? Suruh orang tuanya sendiri yang menjemput anak ini.” Tut Mia membawa Lexie ke dalam rumahnya yang ada di San Fransisco. Selama perjalanan, tidak ada yang mengikuti mereka, dan Mia menganggap semua misi itu adalah sebuah permainan. Sampai di rumahnya, Mia menyuruh Lexie masuk ke dalam kamarnya. Akhirnya Mia mengajukan pertanyaan pada Lexie mengenai apa yang terjadi padanya. “Kau! Apa yang terjadi?” tanya Mia. “Entahlah … seseorang menculik aku dan membawaku ke sana. Mereka mengatakan aka nada yang mengirim bayaran atas diriku,” jelas gadis itu. “Aku tahu sedikit tentang Camorra.  Apa kau salah satu anak dari keturunan mereka?” “Mommyku Samara … dia adalah cucu dari pemimpin Camorra,” jelas Lexie. “Aku yakin di dalam tubuhmu pasti ada sebuah alat pelacak. Karena itu kau terlihat begitu tenang, apa keahlianmu?” tanya Mia. “Kau sangat pintar, Nona. Aku hanya sedang bermain-main dengan mereka. Karena aku bosan di dalam mansion milik ayahku.” “Siapa yang akan menjemputmu?” tanya Mia. “Aku hanya tinggal mengaktifkan lokasi, dan mereka akan segera menemukan aku, Nona.” “Baiklah, kau bisa menghubungi mereka setelah keluar dari rumah ini.” “Di mana kau akan membiarkan aku mengaktifkan lokasi ini?” “Aku akan membawamu ke Los Angeles, di sana kau bisa mengaktifkannya.” Setelah menjelaskan hal itu pada Lexie, Mia menyuruh gadis itu untuk beristirahat sejenak. Sementara dirinya kini menghubungi Elena. “Ele, apa aku bisa ketempatmu?” tanya Mia. “Ada apa?” tanya Elena. “Aku akan mengantarkan seseorang, dan aku ingin bertemu denganmu.” “Baiklah, kita bertemu di apartemen,” ujar Elena. “Sampai jumpa, Ele.” Setelah sambungan telepon itu terputus, Mia kini duduk di sofa yang ada di kamarnya. Dengan mengawasi gadis yang kini terlelap di atas ranjang miliknya. *** Mia mengambil penerbangan pertama menuju Los Angeles. Dengan waktu perjalanan satu jam lebih tiga puluh menit, Mia bersama Lexie tiba di kota itu. Mereka berjalan keluar dari bandara, dan Mia menyuruh Lexie mengaktifkan lokasi itu. “Baiklah, kau bisa mengaktifkannya sekarang,” ujar Mia. Lexie mengangguk, lalu ia menekan tengkuk lehernya sekilas. Benar saja, tidak membutuhkan waktu lama, dua cyborg sudah berada di hadapan mereka. Mia menelan ludahnya kasar saat melihat dua cyborg itu. “Nona, terima kasih,” ucap Lexie. “Jaga dirimu baik-baik.” Lexie naik ke gendongan cyborg itu, lalu mereka pergi tanpa terlihat oleh siapapun di sana. Setelah itu, Mia pergi menuju ke apartemen miliknya yang terletak tidak jauh dari bandara. Mia menggunakan kendaraan umum untuk sampai di sana, karena ia tidak ingin terlalu mencolok, Mia mengenakan pakaian santai layaknya wanita biasa. Mia mengeluarkan kunci untuk membuka pintu apartemen itu, akan tetapi … seseorang sudah terlebih dahulu sampai di sana. Mia membuka pintu itu perlahan, dan melihat Elena memeluknya secara spontan. “Kenapa kau sangat lama?” tanya Elena. “Aku menggunakan penerbangan umum.” “Apa? Kau memiliki pesawat pribadi, tetapi kenapa kau menggunakan penerbangan umum?” gerutu Elena. “Cukup, aku lelah. Sekarang kau harus menceritakan apa yang sudah membuatmu di hukum? “Hanya sebuah kesalahan kecil.” Mia mulai mengantuk karena ia belum tidur saat menjaga Lexie. Pada saat Elena bercerita dan menjelaskan perkara yang sudah ia lakukan, Mia justru terlelap di alam mimpinya. “Dasar menyebalkan! Kenapa ia bisa tertidur di saat aku sedang bercerita?” gerutu Elena. Saat itu juga, Elena ikut berbaring di samping Mia. Mereka memilih beristirahat sejenak. Karena saat bangun nanti, mereka pasti akan menghadapi masalah lain.  Hingga keesokan harinya, keduanya terbangun dengan kaki Mia yang berada di wajah Elena. Sadar jika kaki sahabatnya sudah tidak sopan dengan berada di atas wajah cantiknya. Elena berteriak, hingga membuat Mia terkejut. "MIA!" "Kau sangat berisik, Ele! Aku masih mengantuk!" jawab Mia. "Cepat benahi caramu tidur!" "Sudahlah, ini adalah tidur ternyaman yang pernah aku lakukan," jawab Mia sekali lagi. Kesal dengan temannya, Elena beranjak dari tempat tidur lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan wajah dan menggosok giginya. Sedangkan Mia, masih terlelap di atas ranjang dan menunggu Elena melakukan hal konyol setelah ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD