Debaran Aneh

2227 Words
"Ibu Sela berangkat kerja dulu ya," pamit Sela pada ibunya. Rina yang sedang terbaring tidak berdaya di ranjang merasa merepotkan putri semata wayangnya. "Nak," panggil ibunya sangat lirih sekali, Sela kembali duduk dan mendekati ibunya. Menatap sayang pada ibunya. "Kalau kamu capek, istirahat aja, kamu jangan sampai sakit," kata ibunya merasa iba pada putrinya ini. Di mana sekarang adalah masa masanya remaja sedang asyik kuliah, putrinya sibuk untuk bekerja menafkahi dirinya. "Ibu, Sela enggak capek kok. Sela seneng bisa kerja buat berobat ibu, jadi ibu jangan bilang gitu ya," kata Sela melarang ibunya merasa merepotkan. "Nak, juallah rumah ini untuk biaya kuliahmu, ibu biar numpang sama bibi aja," kata Rina membuat Sela melotot tidak percaya. "Enggak akan, ini rumah peninggalan ayah satu satunya, meski hidup kita susah, Sela enggak akan jual rumah ini, Sela rela bu jika harus bekerja tiap hari," kata Sela kekeh akan pendiriannya. Tes Air mata Rina turun begitu saja, ibu macam apa dirinya ini, membiarkan anaknya menderita. "Sudah ya bu, Sela berangkat kerja dulu, ibu baik baik di rumah ya, nanti Sela akan tetangga sebelah untuk menjaga ibu," kata Sela setelah mencium pipi ibunya dan berlalu pergi. "Mas, maafkan aku, aku belum bisa membahagiakan putri kita," guman lirih Rina dalam hati sambil meneteskan air matanya. Sela berangkat bekerja menaiki sepeda yang dibelika ayahnya 5 tahun lalu. Sela bekerja di sebuah restoran besar,dia bekerja sebagai pengantar makanan, dengan modal menaiki sepeda usangnya ini. Jarak antara restoran dan rumah cukup jauh, karena itu Sela berangkat lebih pagi agar tidak terlambat. Tepat pukul 8 Sela sampai di restoran. Sela langsung bergegas menuju tempat ganti, lalu menuju dapur. "Sel lo udah dateng," kata Gabriela teman baik Sela di restoran selama bekerja. "Iya La, kamu dari tadi sampainya?" tanya Sela sambil menata box makanan untuk nanti siang. "Hah, hm iya dari tadi," kata Gabriela sedikit gagap. Satu persatu karyawan restoran mulai berdatangan. Setelah mereka bersih- bersih dan bersiap, mereka baru membuka restoran. Satu persatu, pelanggan mulai berdatangan. Restoran ini cukup terkenal dan juga sangat ramai. Jadi tidak heran jika baru saja dibuka sudah banyak pelanggan yang datang. "Sela," panggil Roni kepala dapur. Sela langsung datang dengan cepat. "Iya Chef, ada apa?" tanya Sela. "Tolong antarkan makan siang dengan box warna hitam ke perusahaan tuan Reynald, kamu tahu kan?" tanya Roni memastikan agar Sela tidak salah antar. "Siap tahu Chef," kata Sela lalu bergegas untuk mengantarkan makanan ke perusahaan Reynald dengan menaiki sepeda. ●●● Bara mengendarai mobilnya dengan sangat santai. Hari ini moodnya begitu bagus, bisa mengungkap kebusukan Walles. Bara menatap kaca spion, mobil para bodyguardnya masih setia mengikutinya hingga Brakkkkkkk Bara terkejut dan membanting stir ke kiri. Untungnya Bara pengendara yang handal. Bara melepaskan sealt beatnya dan turun untuk melihat korban yang dia tabrak. Bara berlari menghampiri pengendara sepeda yang sudah terduduk di aspal sambil meringis menatap lututnya. "Aduh gimana sih pak, naik mobil yang bener bisa enggak sih," Bara yang jongkok disamping cewek itu mengernyit kala dia dipanggil Pak. "Pak?" tanya Bara pada cewek yang sedang terduduk di aspal ini. Sela mendongak menatap seseorang yang menabraknya. Sela sedikit terkejut ketika melihat Bara, ya tuhan orang di depannya ini nyata atau enggak. Cit Cit Cit Cit Cit Cit Cit Ketujuh mobil bodyguard Bara berhenti mendadak kala mobil tuannya oleng ke kiri. Semua bergegas turun untuk memastikan jika tuannya baik baik saja. "Tuan apa anda terluka?" "Apa anda baik baik saja," "Apa ada yang tergores tubuh indah anda?" Bara mengangkat tangannya, mereka terdiam lalu menatap Sela. Sela mendongak menatap begitu banyaknya bodyguard yang mengelilinginya dengan berbaju hitam. "Bapak bapak ini gimana sih, saya yang terluka kenapa dia yang ditanya," dumel Sela kesal karena tidak ada yang menanyakan keadaannya. "Maaf nona keselamatan tuan kami yang utama," kata salah satu bodyguard menjelaskan pada Sela. Bara hanya diam menatap wajah cantik Sela yang terkena paparan sinar matahari. "Emang dia siapa, anaknya Barack Obama?" semua orang melongo mendengar ucapan Sela yang terlihat begitu polos. Bara hendak angkat bicara namun, ponsel Sela berbunyi.  Drtttt Drttt Ponsel Sela berbunyi, itu telepon dari kepala dapur. Sela mengeluarkan ponsel jadulnya, bahkan beberapa bodyguard, Rendy dan juga Bara dibuat melongo oleh Sela. Di zaman yang canggih ini, Sela masih menggunakannya, Bara seakan beruntung bisa melihat ponsel jadul ini. "Halo," sapa Sela pelan karena takut akan amukan Roni. "Selaaaa," teriak Roni membuat Sela menjauhkan ponselnya dari telinga. "Kenapa kamu bisa terlambat mengantarkan makan siang tuan Reynald," kata Roni dengan nada sangat tinggi. "Maaf Pak, saya mengalami masalah kecil di jalan," kata Sela tanpa memberitahukan kejadian sebenarnya. Bara menatap kagum akan wajah cantik juga perkataan sopan Sela. Beberapa saat dirinya seakan dibuat terkesima oleh Sela. "Kembalilah, tuan Reynald tidak lagi menginginkan makan siangnya, sebagai ganti ruginya, gaji kamu saya potong 1 minggu," kata Roni lalu mematikan teleponnya. "Tapi pak," kata Sela ketika Roni mematikan ponselnya. Sela menatap nanar kotak makan yang kini tergeletak di aspal. "Kamu benar- benar enggak tahu, siapa saya?" tanya Bara memastikan sekali lagi pada Sela. "Apa itu penting?" tanya balik Sela pada Bara. Semua seakan menganga melihat sikap Sela yang berani dan begitu polos. "Nona, dia adalah seorang miliader yang terkenal di Kanada,apa anda tidak tahu?" jelas Rendy pada Sela. Sela menatap datar kearah Rendy lalu menatap Bara sekilas. "Apa kamu tidak punya TV di rumah?" tanya Bara karena merasa heran dengan cewek yang dia temui ini. Bagaimana bisa Aldebaran seorang yang terkenal di berbagai negara dia bisa tidak tahu itu. "Jika tidak ada, apa anda akan membelikannya?" ketus Sela merasa kesal pada laki laki di depannya ini. Sela meniup pelan lukanya, lututnya sedikit mengeluarkan darah. "Bahkan mereka selalu mengandalkan uang tanpa tahu sikap minta maaf," gumam Sela lirih namun masih bisa didengar oleh Bara. "Saya minta maaf," ucap Bara dengan sangat tulus. "Hah," kaget semua bodyguardnya dan Rendy dengan sangat kompak dan serentak layaknya paduan suara. Bara mendongak menatap tajam ke arah Rendy dan para bodyguardnya. Seorang Aldebaran yang terkenal dingin dan cuek, arogan dan sombong, dan mahal akan permintaan maaf pada seseorang. Kini tanpa diminta dan dipaksa, dia mengucapkan kata yang seakan begitu keramat baginya. Sela hanya diam tanpa merespon permintaan maaf Bara. Bara mengulurkan tangannya di hadapan Sela, Sela menatap datar uluran tangan Bara. "Perkenalkan saya Aldebaran Bradsiton Arganta" kata Bara memperkenalkan dirinya pada Sela. Tit Tit Tit Banyak mobil yang mengantri di belakang mobil mereka, karena mobil para bodyguard yang menutupi jalan. "Bos sekarang bukan waktunya acara perkenalan, kita pulang aja, jalanan macet karena mobil kita," adu salah satu bodyguard untuk menghentikan perkenalan Bara dengan Sela. Sela melihat beberapa mobil yang macet karena mobil orang orang di depannya ini. Sela juga tidak kunjung menyambut uluran tangan Bara. "Bos jalanan sudah begitu macet, ayo kita pergi," bujuk Rendy yang berjongkok di samping Bara. Bara masih menatap Sela yang hanya diam tanpa membalas uluran tangan Bara. "Nona, setidaknya balaslah uluran tangan bos kami, agar dia mau pulang," kata bodyguard bertubuh gempal memohon pada Sela. "Bisa- bisa jalanan akan macet sepanjang 10 km, buat nunggu nona membalas uluran tangan bos kami," mereka terus membujuk Sela agar mau membalas uluran tangan Bara. Sela menghembuskan napasnya pelan, lalu menyambut uluran tangan Bara. Deg. Bara tidak pernah merasakan debaran dan desiran yang mampu membuat hatinya seakan berdetak abnormal. Sela melepaskan tangannya tanpa menyebutkan namanya. Dengan lutut yang sakit dan begitu perih, Sela berdiri dengan perlahan. Bara merasa khawatir dengan keadaan Sela. "Naiklah ke mobil saya, akan saya antar," kata Bara sebagai permohonan maafnya. "Tidak perlu, kaki saya bukan patah cuma terluka, masih bisa untuk mengayuh sepeda," ucapan Sela membuat para bodyguard Memberikan isyarat pada Sela dengan menggelengkan kepala, agar Sela tidak menolak tawaran Bara. "Ini ada uang sebagai ganti rugi dan permohonan maaf saya," kata Bara sambil menuliskan nominal pada cek. "Tidak perlu, saya masih mampu untuk membayar ganti ruginya," kata Sela sambil mendirikan sepedanya. "Setidaknya terimalah, agar kelak saat kita bertemu kamu tidak akan menuntut saya," kata Bara sambil menahan senyumnya sekuat mungkin melihat wajah galak Sela. "Saya bukan cewek matre jadi simpan saja uang anda," kata Sela sebelum pergi sambil menuntun sepedanya dengan kotak makan di tangannya. Bara dan Rendy juga bodyguard hanya bisa menatap kepergian Sela begitu saja. Bagaimana bisa Sela menolak tawaran dan bantuan Bara dengan cuma- cuma. Bahkan di luar sana banyak para wanita yang mengantri untuk bisa dekat dengan Bara ataupun mendapatkan uang dari Bara. Tapi Sela? Sifat itu tidak ada pada Sela, dia bukan cewek yang gila akan uang atau buta akan cinta. Sederhana dan apa adanya. Mandiri dan juga bertanggung jawab. Itulah wanita yang menjadi idaman setiap laki laki. "Tuan apa barusan dia menolak tawaran yang anda berikan?" tanya salah satu bodyguardnya. Karena merasa seakan heran dengan sikap Sela, menolak berlian yang sudah di depan mata. "Itu namanya, dia idaman, punya harga diri," kata Bara lalu pergi menuju mobilnya karena banyaknya mobil yang sudah macet hanya untuk menunggunya. "Oh jadi gitu, kalau kita nolak waktu di gaji bos, itu berarti kita idaman dan punya harga diri dong," kata salah satu bodyguard yang masih sangat muda. "Itu bukan idaman dan punya harga diri namanya," kata Rendy ikut menanggapi ucapan bodyguard muda itu. "Terus apa dong tuan?" tanyanya pada Rendy. "Bego sama oon namanya," kata Rendy kesal lalu pergi menuju mobilnya mengikuti Bara pergi. "Apa gue salah ngomong?" gumam bodyguard muda itu bertanya pada dirinya sendiri. ●●● Bara sedang berada di lantai atas di ruang tengah. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.50, tapi Bara belum juga tidur. Padahal rutinitas setiap harinya, Bara tidur tepat pukul 21.00 dan bangun pukul 05.00 Bara tidak bisa tidur, Bara masih memikirkan wanita yang dia temui di jalan tadi. Pikiran Bara seakan terpenuhi oleh wajah wanita cantik itu. Bara memainkan remote kontrol yang mengatur langit- langit ruang tengah yang bisa berganti berbagai tema. Bagaimana bisa ada orang yang tidak mengenal dirinya. Bahkan belahan dunia, bukan lagi belahan dunia, tapi luar angkasa pun mengenalnya, tapi cewek itu. Bara kembali mengganti tema langit ruang tengahnya. "Ini tidak bisa dibiarkan," kata Bara lalu melempar remote kontrol ke sembarang arah. Bara menaiki lift untuk turun ke lantai dua. Bara menyalakan lampu ruang tengah yang berada di lantai dua dengan remote kontrol. Bara menekan tombol alarm yang ia pasang ketika ada masalah darurat. Tanpa menunggu lama, para bodyguard dengan baju tidur mereka keluar berbondong bondong dengan mata setengah terpejam. Begitu pun Rendy dengan piyama doraemonnya keluar dengan mata setengah terpejam. "Tuan apa ada pencuri?" "Apa anda baik- baik saja?" "Apa anda terluka?" Bara mengangkat tangannya membuat mereka terdiam dan menatap Bara. "Ekhm, saya ingin meminta bantuan pada kalian," kata Bara bersikap salah tingkah dan kikuk. Mereka menatap Bara heran, memang apa ada masalah dengan bosnya. "Duduklah," perintah Bara pada mereka semua. Bara membuka laptopnya, mencari sesuatu. Setelah lama menunggu, Bara memperlihatkan layar laptopnya. "Tolong bantu pilihkan foto saya yang terbaik," kata Bara sambil menghadapkan laptopnya di hadapan para bodyguardnya. Ya Tuhan. Bara menekan tombol alarm dan berhasil membangunkan semua orang hanya untuk membantu dia memilihkan foto. Kalau saja dia bukan Miliader, mereka bersumpah akan menenggelamkan Bara di sungai sss. "Tuan apa tidak bisa kita milihnya besok pagi?" tanya Rendy bersikap sabar dengan sikap Bara. "Apa saya pernah menunda saat akan menggaji kalian?" mereka diam tak lagi menjawab. "Pilihlah, yang menurut kalian paling sempurna," kata Bara sambil menyombongkan dirinya. Rendy berlagak seakan mau muntah mendengar ucapan Bara. Salah satu dari mereka menscroll beberapa data yang menyimpan foto- foto Bara. Hampir 30 menit mereka hanya menscroll sekitar 1000 foto- foto Bara. "Bagaimana, apa kalian sudah menemukan yang saya minta?" tanya Bara dengan mata setengah terpejam menunggu mereka memilih fotonya. "Bos, mau anda pakai baju apapun anda terlihat sempurna," kata salah satu bodyguardnya. Bara tampak menahan senyumnya, kala bodyguardnya memuji kesempurnaannya. "Baiklah, kalian lakukan voting untuk pemilihan foto saya," perintah Bara membuat Rendy dan para Bidyguard kaget. "Hah, voting," kaget mereka serempak dan begitu kompak. "Bos, coba anda lihat, sekarang sudah jam 1 dini hari, apa tidak sebaiknya besok pagi aja kita voting tentang fotonya," mereka mencoba membujuk Bara. "Silahkan kemasi barang barang kalian," kata Bara dengan santainya. Seketika mereka semua serentak berdiri dan mencari kertas dan bolpoin. Rendy mengambil alih laptopnya lalu para bodyguard baris begitu panjang. Satu persatu mereka maju sambil memilih foto Bara di laptop yang Rendy pegang. Hampir 10 menit mereka telah selesai melakukan voting dan kembali duduk di sofa sambil menahan kantuk. "Bos ini foto yang banyak mereka pilih," kata Rendy memperlihatkan foto Bara. Bara melihat fotonya, dia menahan senyumnya. Ternyata para bodyguardnya memiliki selera yang bagus. "Baiklah, sekarang tolong buatkan artikel tentang saya dengan sangat detail, sedetail mungkin," perintah Bara pada Rendy. "Sekarang bos?" tanya Rendy sambil menatap tidak percaya pada Bara. Bara hanya menatap Rendy tanpa menjawabnya. Tanpa satu kata lagi, Rendy yang ngerti akan maksud Bara langsung duduk di sofa dan mengerjakannya. Bara menatap beberapa bodyguardnya, mereka telah tertidur dengan posisi duduk. Bara tersenyum samar, begitu beruntungnya Bara memiliki mereka semua. Setelah menunggu beberapa menit, Rendy menyodorkan laptopnya di hadapan Bara. "Ini bos, artikel yang anda minta sudah siap," kata Rendy dengan suara serak dan mata yang memerah karena mengantuk. Setelah selesai membaca artikel yang telah Rendy buat, Bara menahan senyumnya. "Baiklah, kamu kirim ke semua media," perintah Bara namun, tidak ada jawaban dari Bara. Bara melihat ke samping, teernyata Rendy sudah terlelap dengan pulas. Bara tersenyum melihat mereka yang sedang tertidur dengan sangat pulas. Kasihan, hanya karena ulah Bara yang sangat merepotkan jadi harus membangunkan mereka semua saat sedang istirahat. "Maafkan saya," kata Bara sambil menatap satu persatu mereka yang tertidur pulas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD