"Biarkan dia pergi, relakan, mungkin memang jalannya berbeda, jangan memaksa kapal karam menetap jika sebenarnya dia masih ingin mencari pelabuhannya."
****
Nuga Perdana-- Kakak kelas Lana yang memang selalu membuat perempuan terpana akan pesonanya, hari ini saja masih sama banyak sekali yang mengantri untuk melihat Nuga, sudah sejak dulu setiap kali Nuga datang maka akan ramai, dunia ini sebenarnya hanya panggung sandiwara.
"Lan, sadar enggak sih kalo kita sering terlalu jauh sama Pencipta? " tanya Risa yang sedang duduk sambil memberhentikan minumnya.
Lana mengerutkan dahinya tanda terusik dengan pertanyaan dan penyataan dari Risa, "Iya Sa sadar, emang kenapa Sa? "
"Gue ngeliat Kak Nuga, kayanya dia itu juga termasuk tipu daya dunia, ketika mengharapkan lelaki tampan dan banyak digemari kaum hawa. "
"Iya bener Sa, kaya kita mengagungkan Ciptaan-Nya sementara kita suka melupkan sang Pencipta."
"Nah itu Lan, lo tau engga? Gue malam tadi tidur sambil ngerasain. "
"Ngerasain apa Sa? "
"Ngerasain kalo itu tidur TERAKHIR gue, coba deh Lan sesekali lo harus ngerasa gitu. Kita enggak pernah tau yang mana duluan datang sama kita, seperti ini janur kuning atau bendera kuning, surat undangan atau batu nisan, mobil pengantin atau mobil jenazah, dilamar kekasih atau dilamar malaikat maut, " balas Risa bergidik ngeri.
Langsung saja Lana terperanjat dan merenung, benar kata Risa kita tidak pernah tau yang mana duluan akan datang, selama ini hanya memikirkan dunia saja padahal jauh dari itu ada yang lebih harus dipikirkan yaitu akhirat.
"Sa, gue mau nangis," ungkap Lana yang sudah mengambil tisu, karena dia tahu selama ini bagaimana dia begitu mencintai Davin dan selalu saja memikirkan Davin, mengingatkan dia makan, minum, mengabari.
"Wah, lagi makan apa?" tanya Nuga yang datang ke meja mereka mengacaukan penyadaran diri dan perenungan keduanya.
"Makan nasi Kak, " jawab Lana yang masih fokus terhadap nasinya.
"Iya kali Lan makan kenangan, " balas Nuga lagi.
"Kenangan apa Kak, sekarang itu saatnya menata masa depan, lepasin aja yang mau lepas, jangan menahan yang mau pergi. Cukup dipahami kalo dulu pernah melukis kenangan bersama mereka, " jelas Lana panjang lebar.
"Lan, boleh enggak nih gue nyanyi buat lo? "
"Emang mau nyanyi apa Kak Nug? "
"Lo tunggu sini, gue mau pinjam pengeras suara di ruangan kepala sekolah. "
Lana yang masih sibuk dengan makanannya tidak menanggapi serius karena dia juga sedang menata hatinya untuk lebih bahagia.
"Mau ngapain tuh Kak Nug? " tanya Risa yang juga bingung terhadap apa yang akan dilakukan kakak kelasnya itu.
Tidak lama sudah ramai dilapangan seseorang laki-laki yang bernama Nug memakai Almamater UI sedang duduk di tengah lapangan kebetulan sedang ada tenda kecil untuk menutupinya. Ramai sekali yang melihat Nuga.
"Kak Nug, ngapain di sana? " teriak cewek-cewek yang heboh ketika Nug memakai gitar dan memegang Mic.
"Assalamualaikum semuanya, gue di sini mau mepersembahkan sebuah lagu buat seseorang yang spesial.
Yang namanya Lana, gue tahu mencintai seseorang di luar kaidah islam itu enggak boleh tapi izini gue buat terus mencintai lo sampai gue bisa jadi seseorang yang tepat untuk membahagiakan lo Lan. "
"Ya allah Kak Nug, idaman banget, " teriak orang dilapangan yang sangat ramai, termasuk guru yang melihat keberanian Nug.
Bukan ini yang Lana mau, hatinya masih hancur berantakkan, dia juga sedang berproses, dia bukan ingin seorang pacar tetapi hanya ingin seseorang yang datang menghadap ayahnya dan mengatakan jika dia memang siap untuk menikahi Lana.
"Perempuan itu ibarat duri
Bisa menjadi luka dalam malam
Memikirkannya saja sudah disebut Zina apalagi terus saja memikirkannya maka akan menjadi tabungan dosa nantinya, meskipun begitu tetaplah berupaya menjadi yang terbaik. Kita tahu bahwa itu salah bukan malah menghalalkan yang haram dan menjadikannya halal. "
"Wah Kak Lana beruntung banget, " ucap yang lainnya.
Padahal Lana sudah tidak mempedulikan lagi bagaimana laki-laki datang kepada dirinya sekarang yang dia pikirkan hanya bagaimana menjaga hati.
Dia sudah sering merasakan kekecewaan hingga lelah sendiri, memang sejak dulu banyak sekali yang menyukai Lana karena dia termasuk anak yang ramah dan mudah bergaul tetapi itu semua sebenarnya jebakan.
"Sa, gue mau kabur aja deh, takut nih kalo nanti malah baper yang ada pertahanan gue runtuh, " ungkap Lana serius, dia mau ke Bandara untuk menjemput mamanya yang baru saja pulang.
Entah dua hari berturut-turut kenapa bisa Nuga datang ke SMA mereka padahal harapan Lana dia memang tidak melibatkan perasaan ternyata masih ada juga yang kelihatannya baik melibatkan perasaan dalam dunia yang dia buat.
(Saat kuputuskan bertemu orang tuamu
Kuyakinkan diri kaulah yang terbaik
Dan saat kau memilih aku yang pantas untukmu
Hati ini berikrar 'tuk s'lalu menjagamu
Ku yakin kaulah jawaban di setiap pintaku
Walau ku belum tau namamu
Bisikkan di sujudku, di sepertiga malamku, untuk
Kehadiranmu sempurnakan imanku
Haa-aa
Saat kau memilih aku yang pantas untukmu
Hati ini berikrar 'tuk s'lalu menjagamu
Ku yakin kaulah jawaban di setiap pintaku
Walau ku belum tau namamu
Bisikkan di sujudku, di sepertiga malamku, untuk
Kehadiranmu sempurnakan imanku
Buang cerita lama
Rangkai cerita baru
Menua bersama
Ku yakin kaulah jawaban di setiap pintaku
Walau ku belum tau namamu, woo-woo
Bisikkan di sujudku, di sepertiga malamku, untuk
Kehadiranmu-
Ku yakin kaulah jawaban di setiap pintaku
Walau ku belum tau namamu
(Bisikkan di sujudku, di sepertiga malamku)
Sepertiga malamku (untuk)
Kehadiranmu sempurnakan imanku)
Ternyata lagu Rey Mbayang--Di sepertiga Malam menjadi pilihan Nuga.
Lana akui memang Nuga bisa membuat perempuan luluh, siapa yanh tidak baper jika dinyanyikan di tengah lapangan sambil membawakan dengan gitar lalu tersenyum ke arah kita.
Lana langsung saja berlari ke parkiran untuk mengambil motor dan pergi ke Bandara menjemput mamanya.
Memang kemarin mamanya itu datang ke acara nikahan anak temannya, lalu langsung pulang. Katanya tidak enak jika tidka datang apalagi sahabat dekatnya.
Lapangan SMA yang luas dan berbagai cerita tentu saja akan membuat Lana menjadi rindu dengan bagian dari sekolah ini. Saat itu dia masuk dan tidak pernah menyangka bisa menjadi salah satu siswa yang berprestasi di sini.
Percayalah ketika kita punya mimpi tentu saja tidak akan pernah ada kata sia-sia jika terud diupayakan.
Masih menyusuri jalanan Kota Bengkulu yang tidak terlalu padat seperti Jakarta, kota yang masih bisa dikategorikan asri, dengan berbagai pohon dan rumah penduduk, semakin banyak yang datang maupun pergi pasti sering kali terpikirkan jika Bengkulu punya banyak cerita yang menyenangkan.
Jalanan yang lurus saja menuju Bandara serta beberapa rumah dan pedagang di pinggir jalan membuat kota ini selalu dirindukan.
Jangan mencari yang terlalu sempurna karena sampai kapanpun tidak akan menemukan itu. Meskipun Bengkulu kota yang kecil tetapi selalu saja menawarkan banyak keunikan.
Ada makanan khas seperti kue tat yang selalu menjadi oleh-oleh untuk ke luar kota, beberapa lampu merah harus dilewati untuk sampai ke Bandara, jalur dua arah dengan jalan besar yang dibangun membuat lebih leluasa untuk berkendara.
Di motor sambil bernyanyi membuat Lana merasa sangat bebas dan menghilangkan sedikit beban hari ini. Entah apa kabar Nuga tadi jika tahu dia sudah tidak ada lagi.
Bandara mengingatkan Lana dengan seseorang yang sampai sekarang masih saja memberikan luka dalam hatinya.
Dulu Davin pernah bilang krpada Lana, kalo dia ingin menjadikan Lana ibu dari anak-anaknya tetapi semua itu hanya angan, tidak sadar Lana malah menabrak pembatas jalan hal itu membuat dia kaget.
"Astagfirullah," ucap Lana yang masih sangat cemas, itulah sering diuap jangan berkendara jika kita belum bisa fokus terhadap apa yang dikerjakan.
Akhirnya palang Gapura besar bertuliskan Bandara Fatmawati membuat Lana menghidupkan Sen kanannya lalu mencari tempat parkiran, dia melihat tidak terlalu ramai dan mencari mamanya yang katanya sebentar lagi akan sampai. Mengingat bandara selalu menorehkan luka dan kenangan.
Dia menunggu mamanya di pintu keluar keberangkatan sambil sesekali mengecek gawainya untuk melihat apakah ada pesan dari sang Mama.
Tidak lama dia melihat banyak pilot dan pramugari lewat hal itu masih mengingatkan dia dengan Davin, tidak ada satupun orang yang bisa menggantikan bagaimana perasaan Lana kepada Tuan pilotnya itu.
Entah kenapa padahal tidak pernah bertemu tetapi jatuh cintanya secara nyata hal itu membuat Lana pusing sendiri padahal tidak baik menyukai sesuatu seperti itu.
Dia juga tidak pernah tahu bagaimana waktu dapat melahap abis apa yang kita inginkan.
Dan beberapa saat setelah menunggu akhirnya pemberitahuan bahwa pesawat yang membawa mamanya sudah mendarat.
Lana dengan semangat menunggu di pintu kelur dan melihat mamanya yang sedang mencari koper.
Akhirnya sang Mama keluar dan memeluk puteri kecilnya yang sekarang sudah beranjak dewasa.
"Ma, ini Lana mau joget rasanya saking seneng nungguin Mama pulang. "
Lana langsung saja joget lucu dan menggemaskan yang membuat orang-orang tertawa melihatnya dengan seragam sekolah yang masih melekat.
Menurut Lana tidak perlu malu, harus punya percaya diri yang tinggi karena semuanya itu proses.
"Lan, kamu ngapain? " tanya mamanya bingung melihat kelakuan sang anak yang ajaib.
Tidak kalah isengnya Lana membawa sebuah karton bertuliskan *Sedang Menunggu Mama Devi cantik* hal itu tentu saja menjadi perhatian setiap orang yang berlalu lalang.
"Dek, kehilangan mamanya ya? " tanya seorang bapak-bapak karena memang melihat Lana yang betubuh mungil mengenakan seragam sekolah tentu saja orang-orang tidak akan menyangka bahwa anak kecil itu adalah seorang anak SMA yang akan masuk perguruan tinggi.
"Iya Pak, bapak mau angkat Lana jadi seorang anak, Lana bisa makan, bisa minum, alhamdulillah sekarang juga sudah bisa tidur sendiri tanpa ditemanin Mama, " balas Lana panjang lebar.
"Hahah iya Nak, saya mencari menantu, kalu kamu mau bisa diatur. "
"Wah boleh Pak, saya cari yang ngajakin taaruf, terus khitbah abis itu menikah dengan ikatan yang sah, " papar Lana semangat.
Devi yang melihat tingkah Lana mulai keluar dari peredaran, segera mengajak anaknya itu untuk pulang.
"Maaf ya Pak, ini anak saya, dia memang suka becanda," ucap Mama Devi tidak enak hati.
"Tidak apa-apa Bu, anaknya lucu. "
Lana tertawa girang saat ada yang memujinya di depan sang mama. Mereka akhirnya pulang dengan Lana membawa koper itu.