Belajar

1154 Words
"Tidak apa-apa aku dijauhkan dari ciptaan-Nya, asalkan aku tidak kehilangan Pencipta karena ciptaan-Nya. " -Wiliyah Jumiati- *** Lana dan Risa memang sedang sibuk di sekolah karena mengurus berbagai syarat untuk masuk ke perguruan tinggi pilihan mereka. Dari nilai raport dan data-data pribadi dipersiapkan agar bisa mendaftar. Lana tidak pernah mengeluh karena kalo dia mengeluh tentu saja ribuan pesaingnya di luar sana pasti sedang berjuang lebih keras. Dia senang bisa dapat terus belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Nuga berjalan dengan beberapa buku di tangannya, selalu saja membuat orang-orang memperhatikannya. Siapa yang tidak kenal Nuga? Kakak kelasnya yang pintar, ganteng, lucu dan selalu ramah kepada semua orang. "Lana! " teriak Nuga yang berlari untuk mengejar perempuan manis dengan kerudung menutupi d**a itu. "Iya Kak Nuga, " balas Lana yang disampingnya Risa memperhatikan. "Gue mau ajakin lo lomba di kampus gue, " balasnya tersenyum. Memang Nuga setahun di atas dia, sekarang sedang sibuk kuliah dan memang sebagai aktivis kampus dia sering sekali menjadi panitia penyelanggara di Kampus UI, sekarang kebetulan dia sedang ada tugas dan bisa pulang ke kota Bengkulu. "Maaf Kak, tapi gue lagi banyak banget ngurus surat buat masuk kuliah, jadi bingung gimana mau ikut lomba Kak, " jelas Lana jadi tidak enak hati. "Wah iya, semangat Lan, jangan lupa kalo udah kuliah semakin rajin salat, soalnya masalah hidup lebih kompleks di sana, " balas Nuga dengan sangat ramah. "Yang berat itu Kak menurut Lana melupakan kenangan, " timpal Risa yang dari tadi sudah ingin menanggapi. "Kenangan kan memang untuk dikenang Lan tapi juga dijadikan pelajaran, jangan mau jatuh ke lubang yang sama, lo bukan keledai. " "Dia lagi memperbaiki salat Kak. " Lana langsung menyenggol Risa untuk tidak mengumbar ibadah ke orang lain karena tidak baik, cukup dia dan sang Pencipta saja yang maha tahu. "Nah bagus itu Lan, kalo lo semakin memperbaiki salat maka Allah bakal memperbaiki hidup lo, semakin lo menjaga salat pastinya juga Allah menjaga kehidupan kita. " "Wah, apa dalilnya Kak? " tanya Lana penasaran. "Surat Taha ayat 32." Lana memang sedang banyak belajar dia tidak mau terlalu terbawa arus kehidupan seperti kemarin, bertemu dengan kekasih yang tidak pernah ia jumpai karena menulis. "Lo beneran enggak pacaran Lan? " tanya Nuga yang penasaran. Lana kelihatan bingung menjawabnya. "Kak, gue pamit dulu ya soalnya mau cepet ngurusnya. " "Iya Lan, hubungin gue juga kalo mau minta restu sama ayah lo, " balas Nuga tertawa renyah. "Restu buat lomba ya Kak? " "Bukan, restu menghalalkan lo menjadi istri gue, kan menikah itu pahala. " "Masya Allah, nah gitu Kak kalo sayang sama seseorang itu dinikahi bukan dipacari, " ungkap Risa yang memang mendukung jika orang lain berbuat baik, katanya jika kita mengingatkan pada kebaikan tentu saja banyak hal baik juga yang akan dinikmati serta dilimpahkan kepada kita, ibarat kena getahnya juga. Lana memilih untuk melanjutkan perjalanannya menuju ruang TU karena dia ingin mengambil berkas serta mengurus piagam perlombaan yang sering ia ikuti. Sejak kepergiannya, mulai saat itu Lana percaya jika yang tulus datang menghadap orang tuanya bukan malah mengajak berkomitmen dan berpacaran. "Lo mau ngapain Lan? " tanya Risa yang melihat sahabatnya itu mulai menulis di kertas. "Ini gue lagi merangkai kata biar bisa buat heboh ruang TU. " "Gue ambil mic dulu di kantor. " Mulailah aksi Risa dan Lana yang akan membuat guru menjadi heboh. Lana memang orang yang lucu dan terkenal mudah sekali beradaptasi dengan lingkungan baru, mana sekarang dia sedang berusaha menjadi sosok yang baik dengan syariat islam. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang terhormat ibu guru dan bapak guru tercinta Dalam terik mentari yang membakar kulit Ketika alunan sayup angin terdengar menghampiri gendang telinga Ibu dan Bapak ini Lana cantik dan manis izin masuk, " ucap Lana menggunakan Mic. Langsung saja para guru merasa heboh dengan kelakuan Lana, ada-ada saja yang si ajaib itu lakukan untuk bisa. "Lana, kamu ngapain? " tanya Bu Darmi heran. "Latihan buat jadi perwakilan kampus buat orasi nanti Bu, " balas Lana tertawa tipis. "Ada-ada saja kamu ini. " "Bu, karena RA Kartini membuat saya berani untuk menegakkan emansipasi perempuan Bu." "Tapi Lan, itu kenapa kaos kaki kamu gambar kartun Dora? " "Biar saya berpetualang Bu, menembus bingkai jaring-jaring pembatas cakrawala. " "Emang beda kalo anak puitis ini. " "Ini piagam kamu sama Risa udah ibu pisahkan dan susun, " balas Bu Darmi memberikan berkas kepada keduanya. *** Jujur saja Lana sedang berproses untuk menjadi lebih baik, namun ingat ketika dulu bagaimana dirinya benar-benar menyukai seorang pilot. Lana rela mengesampingkan urusan ibadah dengan memberikan kabar dan terlalu bahagia atas ribuan kata manis yang sering di tulis Davin dalam layar kaca. Terbuai dengan semua rayuan yang berujung sakit hati. Benar kata teman-temannya Lana, memang kekasih halunya pernah mencintai melalu ketikan dan suara yang selalu Lana rindukan dalam layar kaca. *Kala itu Lana terbuai bagaimana Davin selalu memuji dirinya, kata Davin tulisan Lana bagus. Kelas terbaik untuk Lana, ternyata typing bisa membuat nyaman hingga tidak sadar semua itu hanya kamuflase dari semua rasa sakit* "Lan, hari ini kita nonton aja yuk sambil lihat mall udah lama enggak main fun city, " ajak Risa yang semangat, sehabis pulang sekolah dan mengurus segala persyaratan akhirnya mereka berdua pergi menggunakan motor, memang mengelilingi Bengkulu dengan motor adalah hal yang menyenangkan. Rindu juga festival Tabut yang diadakan setiap tahun sekali, sering membuat Lana pura-pura sakit agar bisa pulang cepat dan melihat pameran, banyak sekali jualan yang murah dan selalu saja menghabiskan uang Lana. "Ayo Sa, nanti jangan lupa ke Gramedia ada beberapa buku yang mau gue beli, " balas Lana semangat juga. Kadang memang butuh jeda untuk menepi dari kepadatan yang sering sekali membuat lelah, hingga harus memperbarui suasana hati dengan menghibur diri begini. Masih dengan seragam sekolah dilapisi sweater rajut yang sangat suka Lana pakai. "Lan, sebenarnya kenapa sih bisa jatuh cinta sama orang yang belum pernah lo liat? " "Makhluk Gaib dong Sa kalo belum pernah gue lihat. " "Ah lo mah, gue tuh serius. " "Maksud lo virtual?" "Nah iya Lan, sebenarnya apa sih yang buat lo waktu itu yakin sama dia? " "Mungkin karena waktu itu dia selalu buat gue nyaman dan ngerasa ternyata dia orangnya," ungkap Lana dengan memperhatikan orang-orang di sekeliling mereka. Risa mengagguk mengerti, dia tidak punya hak menghakimi rasa suka orang lain, tentu saja Lana tau yang terbaik untuk dirinya. Belum lagi ketika dia ada masalah dengan ayahnya sendiri--Ali maka orang yang pertama kali peka adalah Davin, terlepas dari rasa sakit yang dia torehkan sebenarnya Davin merupakan pendengar yang sangat baik ketika bercerita. "Gue mau main aja deh Sa, kita karoke juga ya nanti. " "Siap Lan. " Memang ada karoke di dalam tempat main itu, tetapi lagunya merupakan lagu jadul dengan memasukkan koin saja dan nomor lagu sudah dapat didengarkan. "Lan, gue harus menang, masa kalah sama anak lainnya, padahal kan gue udah berjuang dengan sangat keras, " ungkap Risa semangat. Lana mengiyakan dan terus-terusan memberikan semangat kepada sahabatnya yang sedang mengikuti perlombaan basket dengan seorang anak kecil yang lucu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD