Menata

1173 Words
"Setelah hancur berantakkan, sekarang saatnya berbenah diri dari orang-orang, lingkungan dan semua yang membuat patah. Jika ciptaa-Nya mampu membuat kecewa maka hanya Pencipta yang tidak akan mengecewakan. Biarkan jauh dari makhluk ciptaan-Nya asalkan bukan sang Pencipta yang menjauh. " -Lana- *** Devi yang sedang memasak di dapur dikejutkan dengan suara yang sangat kencanh di luar rumah. "Lan, kamu ngapain?!" teriak Devi yang mendengar suara sangat kencang dari luar karena memang hanya mereka berdua yang ada di rumah sekarang. Mbak Wati sedang belanja ke pasar dengan Pak Mamad jadi selain Lana tidak akan ada yang membuat keributan di rumah pikir Devi. Tidak ada suara jawaban dari luar, karena penasaran Devi mematikan kompor yang sedang menggoreng ikan lalu menghampiri suara ribut-ribut di luar. Ketika dilihat, benar saja hal-hal ajaib sedang Lana persiapkan. Karena akhir-akhir ini dia sedang patah hati maka Lana berinisiatif memasang speaker di halaman depan rumahnya dengan ceramah-ceramah yang memang dapat menguggah hati apalagi tentang pacaran. "Lana! Kamu ngapain? " teriak sang mama panik sendiri melihat Lana yang masih santai menggunakan piyamanya. "Ini Ma, lagi persiapan buat menyadarkan orang pacaran, dari pada nanti diakhirat Lana juga ditanya kenapa sesama muslim enggak saling mengingatkan lebih baik kan pake speaker biar sama-sama diingatkan, kalo pacaran itu enggak boleh, " jelas Lana dengan sangat polos. Memang niat yang disampaikan Lana baik, namun sebagai seorang ibu. Devi juga cukup panik karena beberapa orang kadang tidak suka jika urusan dicampuri. Seruan ceramah dari tik-tok beragam dan hal itu membuat Lana menjadi ingin memperbaiki diri, meski belum bisa menjadi orang baik setidaknya dia tidak mengecewakan sang Pencipta. Wajar saja hatinya dipatahkan karena Allah cemburu jika di dalam hati seorang hambanya ada nama seorang lelaki yang bukan mahramnya. "Tapi Lan, orang-orang bakal tersinggung kalo kaya gini, " balas Devi panik. Kebetulan Ali sedang ada perjalanan dinas keluar kota jadinya tidak tahu jika Lana sedang membuat ulah di rumah. "Tapi Ma, enggak bakal kedengaran juga, soalnya halaman rumah sama rumah tetangga kan jauh, ini tu buat penyadaran diri Lana sendiri, biar enggak terlalu bodoh sama ucapan laki-laki. " Mendengar itu membuat Devi sebagai seorang ibu menjadi sedih, kadang memang apa yang sudah ditetapkan Allah sering kali diacuhkan. Tahu kan bagaimana larangan berpacaran itu dalam islam? Iya Al-isra 32. Nah kalo ibaratnya pacar kalian pintar mengaji berarti bacaan ngajinya belum sampai ke ayat tersebut. "Lana, hari ini kan minggu, kamu lebih baik istirahat, jangan sampai sakit. " Memang sekarang dia sudah menginjak bangku kelas 12 SMA, dengan kesibukkan menulis yang juga tidak kalah padatnya. Perlombaan cipta puisi, cipta cerpen dan membuat novel dia lakukan. Kisah cintanya dengan seorang pilot yang tidak pernah ia temui membuat Lana percaya jika semua laki-laki sama saja. "Iya Ma, lagian kamu mentang udah selesai ujian jadi malas gini. " "Bukan malas Ma, kan lagi nunggu hasil pengumuman kuliah Sastra Indonesia di UGM. Semoga aja kali ini jalan takdir Lana bagus. " "Aamiin, Mama masak lagi ya. Kamu kalo mau denger ceramah mendingan di kamar aja, biar lebih menggugah hati. " Lana tertawa mendengar ucapan mamanya itu, sebenarnya dia juga tidak serius untuk melakukan itu, karena memang tugas kita sesama muslim mengingatkan tapi alangkah lebih baiknya mengingatkan dari mata ke mata dan dari hati ke relung kalbu bukan dengan memakai toa. Dia ingin membersihka speakernya yang sudah berdebu, sambil nanti rencananya mau menulis lagi untuk novel karyanya. Kegemaran Lana dengan dunka aksara juga yang membuat dia kerap kali menulis quotes galau seperti anak indie, dia memang penggemar lagu-lagu Amingdala, Pamungkas, Fiersa Besari dan penyanyi sejenis itu yang lainnya. Risa bilang nanti dia mau mengajak Lana untuk makan Pizza yang besar, lumayan untuk membunuh kegalauan. Lana memang sedang tidak ingin terlibat dengan permasalahan hati, sebab dia hanya takut. Tepatnya trauma sampai hari ini Lana percaya ucapan laki-laki tidak ada yang bisa dipercaya. Mungkin ini yang dinamakan fase mati rasa terhadap semua yang pernah ia terima, untuk saat ini dia tidak ingin mencari laki-laki yang jauh dari Allah tetapi dia ingin mencari seorang lelaki yang mampu membimbingnya ke Surga bukan mengiringinya menuju neraka. *** Leptop kesayangan yang selalu menemani ia menulis serta imajinasi dalam kepalanya yang hari ini menyeruak sangat padat. "Lan, lo mau minum apa? " tanya Risa yang melihat sahabatnya sejak menuangkan imajinasi dengan lancar di balik benda lipar berlayar lebar itu. "Teh gelas, " jawab Lana dengan kencang. Hal itu malah membuat Risa yang sedang menulis menu tertawa sangat kencang, lagian Lana ada-ada saja tingkah lakunya. Bisa-bisanga dia malah bilang mau teh gelas sementara di sini mana ada minuman seperti itu. "Gue lempar pake sepatu nih, jangan ngajak bercanda pagi-pagi gini Lan, " tawa Risa pecah akibat ulah Lana. Lana yang tidak sadar tadi menyebutkan apa malah ikut tertawa. "Abisnya gue lagi fokus nulis ada bagian teh gelasnya jadi refleklah nyebut itu. " "Makanya kalo lagi galau itu jangan juga sampe mesan menu jadi salah. " "Hahahh, ini artinga fase gue lagi stress akut. Lagian lo mah bilang kalo misalnya mau pesan makanan Sa, " omel Lana balik sambil tertawa. Memang cewek itu selalu benar, lihat saja Lana tidak mau disalahkan padahal dia yang tidak fokus. "Gue samain aja deh Sa, sama lo, coba deh baca puisi baru ini. Ini bikinnya pake hati," ucap Lana tertawa, kalo sedih dia suka mengungkapan dan menuangkannya di dalam tulisan. Makanya sering sekali dia lihat sebuah quotes, jangan menyakiti hati penulis karena kamu akan kekal dalam karyanya. "Gue kasih menu dulu, aru langsung baca puisi keren lo, " balas Risa semangat sambil berjalan ke arah kasir. Memang Risa sangat mendukung hobi serta keterampilan yang dimiliki oleh sahabatnya itu karena dia tahu jika manusia punya banyak sisi yang tidka terlihat. Lana memang manusia penikmat sajak-sajak puitis dan dia sedang berusaha memperbaiki diri. Lana memang sudah berhijab tetapi pakaiannya belum syar'i dengan gamis panjang dia masih memakai celana tetapi sedang berusaha untuk lebih memperbaiki diri. Setelah selesai memesan Risa kembali lagi dan melihat Lana masih berkutut dengan novel baru yang akan dia ciptakan. "Coba lihat puisinya. " Risa mengambil leptop Lana yang sudah diserahkan dengan sahabatnya itu. Satu bait pertama sudah mampu membuat Risa bertanya dan penasaran. "Karam yang terbenam? Dia sudah karam mencari penerang Dia kembali pada tuntunan. Melepas kapal yang sudah karam Sekarang saatnya membenah diri Melepaskan sajak dan berproses pada kesalahan Sudah saatnya mencari sang Pencipta Meminta untuk terus didekatkan pada-Nya. Berhenti mengejar makhluk Karena kapal sudah karam Batu menembus permukaan Dan janji untuk menjadi kapas yang tak melihat noda lagi. " "Lan, ini bagus banget, tapi gue enggak paham artinya," balas Risa menangis karena saking tidak tahu artinya. "Itu artinya ketika kita memilih mencintai dalam ikatan yang belum sah maka sudah saatnya berhenti, ibarat kapal yang belum menemukan dermaga sekarang dia diambang kematian sudah saatnya melepaskan dan berbenah diri. " "Lo sekarang mau bikin cerita romance spritual? " "Iya Sa, biar nanti kalo diminta pertanggung jawaban di akhirat atas tulisan yang gue buat jadi mudah jawabnya. " Risa mengaggukan paham, kalo bisa terlahir kembali biarkan matikan rasa Lana saja terhadap suka kepada seseorang yang bukan mahram, karena inginnya Lana dia bisa mencintai dalam doa dan ikatan pernikahan yang sah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD