Bab-28

1099 Words
Pagi itu pantry kantor ramai dengan aroma kopi dan roti panggang. Elina sudah datang lebih dulu, wajahnya berbinar penuh rahasia. Rhea sibuk menyiapkan teh tarik, Noah baru masuk sambil menguap, dan Arzachel duduk di pojok sambil scroll HP. Suasana tenang itu langsung pecah ketika Elina bersiap membuka gosip panasnya. Dia menatap sekeliling tempat ini dan memastikan jika tidak semua orang harus tahu gosip ini. Gosip panas yang hanya mereka saja yang boleh tahu, selebihnya tidak. Karena Elina tidak akan membiarkan semua orang menggosipkan Jesslyn setelah ini. Elina menepuk meja, setengah berbisik tapi penuh bersemangat. “Kalian nggak bakal percaya apa yang gue lihat kemarin sore… di lobby kantor.” Semua orang menoleh heran, belum lagi Elina yang memasang wajah kalau lo gak mau denger Lo akan ketinggalan banyak berita dan hal itu mampu ngebuat lo nyesel seumur hidup. Rhea menoleh heran, “Apaan? lo liat apa? Setan dadakan? Atau make up diskon gede-gedean gitu? ” katanya, membuat Elina menggeleng cepat. Ini lebih dari setan dan diskon make up gede-gedean kalau Rhea ingin tahu. Noah mengangkat alis, penasaran. “Jangan bilang apa? Jangan-jangan ada drama kantor lagi?” biasanya begitu, suka banyak drama perselingkuhan atau mungkin sesama karyawan yang tengah jatuh cinta beda divisi. Beda aja sama mereka yang tiba-tiba jatuh cinta dengan pemilik perusahaan. Elina mendekat, suara semakin pelan tapi penuh arti, semakin pelan suaranya semakin hot beritanya. “Kemarin sore… lobby sepi. Gue kebetulan turun dan… gue liat Jesslyn sama Christian… CIUMAN.” Rhea sampai menjatuhkan sendok teh, Noah hampir tersedak kopi, dan Arzachel tersenyum tipis tapi matanya berbinar. Mereka menatap Elina dengan penuh meminta penjelasan. Apa maksudnya? Mereka ciuman di lobby kantor? Biasanya juga di rumah Elina atau mungkin di mobil yang menjadi tempat kesukaan Christian, dengan posisi Jesslyn yang ada diatas pangkuannya agar pria itu bisa memiliki akses penuh atas tubuh Jesslyn. “WHAT?! DI LOBBY?? Sendirian?!” Rhea berteriak dan sedikit histeris. Membuat beberapa orang di pantry menatap mereka heran.. Elina mengangguk, dia mendadak puas dengan gosip pagi ini. Padahal ini masih lobby kantor, bagaimana jika mereka tahu kalau Jesslyn dan Christian pernah bergulad di kamarnya sore itu? “Iya. Sepi banget, cuma gue yang kebetulan liat. Dan bukan ciuman basa-basi. Itu… intens banget.” jelas Elina. Dia masih ingat ketika Jesslyn sama sekali tidak berontak dan menolak dengan apa yang Christian lakukan. “Padahal ya gue cuma minta Jesslyn godain doang, bukan minta dia nyosor ke Tian.” Ujarnya Noah membuka mulutnya lebar, dia tidak percaya jika Christian secepat ini. Dia tahu pria itu menyukai Jesslyn sejak dulu, tapi Noah pikir setelah pertunangan itu Christian tidak akan ngejar Jesslyn lagi tapi yang terjadi … “Kalau dipikir ide lo salah El, tapi ada untungnya juga buat Tian. Seenggaknya dia nggak benar-benar kehilangan orang yang dia cintai. Gue pikir berhenti, taunya bikin jalan sendiri dia.” kata Noah tersenyum kecil. Arzachel yang diam saja pun tersenyum kecil, meletakkan ponselnya dan menatap Noah sejenak. “Gak ada kata menyerah kalau di kamus Tian. Dia beneran cinta sama Jess apapun kayaknya bakal dia lakukan buat itu perempuan. Lo masih ingat kan perkara sofa bed?” Dan ya, tidak hanya Noah saja tapi Elina dan juga Rhea masih ingat betul. Dimana Jesslyn yang tertipu karena beli sofa bed online yang mengakibatkan Christian turun tangan langsung. Pria itu membeli satu toko furniture untuk Jesslyn, agar apapun yang wanita itu inginkan bisa dia ambil di toko itu. “Gue masih ingat itu, alasannya karena gabut.” kekeh Rhea. “Dasarnya Jess susah dih prediksi jadinya ya begitu deh.” tambah Elina dan tertawa. Pantry kantor pecah dengan tawa cekikikan. Gosip itu jadi headline pagi bagi mereka, meski Jesslyn dan Christian sendiri belum tahu bahwa rahasia sore itu sudah menjadi bahan obrolan hangat di kantor. Setidaknya mereka tahu kalau tidak ada jalan untuk bersama, mereka bisa membuat jalannya sendiri. *** Mendengar berita jika Christian ngambek di ruang rapat, Jesslyn diminta untuk datang ke ruangan rapat. Dia melihat Christian yang duduk di samping pot bunga besar diujung ruangannya. Wanita itu mendesah, lalu menarik tangan pria itu dan mengajaknya keluar. Semua mata tertuju pada mereka sambil berbisik heboh, baru kali ini mereka melihat Christian seperti bocah kecil. Keluar ruangan rapat Jesslyn pun menatap Christian tajam. Seolah tatapan itu mampu berkata jangan mempermalukan Lo dan gue di kantor ini Tian! Menyilangkan tangannya, Jesslyn mendesah. “Mau Lo apa sih? Itu ruang rapat nggak cuma Lo doang loh.” kata Jesslyn dengan nada lembut. Christian merajuk, menunjukkan satu tangannya yang terluka pada wanita itu. Darah masih keluar dengan cukup deras. “Tangan gue luka.” Jesslyn tahu jika tangannya luka, tapi kalau ada luka otomatis ada penyebabnya kan? Kemarin waktu wajahnya babak belur juga dia tidak begitu, sampai sobek pun Christian tidak mengeluh sakit. Tapi ini … Meraih tangan wanita itu Jesslyn mengusapnya pelan. Tak sadar dia menyentuh sesuatu yang membuat jemarinya tergores. Pecahan kaca yang masih menancap di tangan Christian. Wanita itu meringis sehingga membuat Christian khawatir. Detik berikutnya wanita itu mengambil kotak obat di dalam ruangannya. Meminta Christian untuk duduk tenang, dia akan mengobatinya sebisa mungkin jika tidak lebih baik mereka pergi ke rumah sakit saja. “Lo berantem sama siapa sampai luka begini?” Tanya Jesslyn berusaha fokus pada luka Christian. Luka ini cukup dalam, dan darah terus dari tangan itu sehingga membuat Jesslyn tidak tega. Dia menarik tangan Christian lembut setelah membungkusnya dengan kain putih. Pecahan kaca ku juga belum Jesslyn ambil, takut jika darahnya semakin banyak keluar. “Kita mau kemana?” Tanya Christian heran. “Ke rumah sakit. Tangan Lo perlu penanganan khusus.” Langkah kaki Christian terhenti, genggaman tangan itu terlepas begitu saja dari tangan Jesslyn. Sehingga membuat wanita itu berhenti tanpa menoleh. “Gue nggak mau. Gue mau lo yang ngobatin.” Ucapan itu lolos begitu saja dari bibir Christian. Kalau saja Jesslyn tahu apa penyebab Christian seperti ini mungkin wanita itu akan membencinya. Jesslyn membalik badannya menatap Christian jengah. Dia sudah mirip seperti anak kecil yang harus dibujuk dulu baru mau. “Tian gue mohon jangan keras kepala. Sekarang ayo ke rumah sakit barang gue.” “Terus sampai sama lo akan ninggalin gue.” Demi Tuhan ini jauh lebih sulit ketimbang harus berdebat dengan pria itu. “Enggak!! Gue temenin Lo sampai selesai. Kalau perlu setiap hari gue yang ganti perban lo. Puas lo!!” Tersenyum kecil pria itu mengangguk, kembali menggenggam tangan Jesslyn dan pergi bersama. Apapun yang terjadi setelah ini Christian akan mempertahankan apa yang menjadi miliknya, menjadi haknya selama ini. Jess … gue harap setelah ini hati lo benar-benar terbuka untuk gue lagi. Dengan setelah apa yang gue lakuin ke elo. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD