Bab-27

1108 Words
Elina duduk di tepi meja kerja Jesslyn, mengunyah permen sambil menatap temannya itu yang sedang mengetik dengan wajah seriusnya. Setelah obrolan tadi, Jesslyn langsung diam. Entah memikirkan hal lain atau mungkin memang fokus dengan pekerjaannya. Tapi terlihat jelas dari guratan wajahnya jika wanita itu hanya pura-pura saja. Elina mencondongkan badan, dan berbisik nakal. “Jess, gue punya ide.” Jesslyn mendengus. “Mba dari tadi loh Lo bilang ada ide tapi gak bicara. Gue udah tau ide lo pasti buruk banget.” Elina memutar bola matanya malas. “Lo kan belum denger ide gue apaan. Masa iya udah bilang begitu, ide gue itu bagus berlian intan malahan.” “Ide lo biasanya udah kayak resep gagal masak mie instan, Mba El. Apa lagi sekarang?” dengus Jesslyn dan membuat Elina menyeringai lebar. “Lo tahu kan Tian itu sekarang jatuhnya posesif banget sama lo? Nah, gimana kalau Lo balik mainin dia? Bikin dia salah tingkah.” Kemarin ide menggoda sekarang ide mainin dia. Mungkin memang benar tidak ada ide yang pas sekali di otak Elina, sehingga dia harus berpikir seperti itu. Bukannya apa tapi Elina bergidik ngeri jika harus menggoda Christian kembali. Yang ada bukannya ilfeel Christian malah senang, ini belum terjadi membayangkan saja membuat Jesslyn mual. Jesslyn mengangkat alis. “Mainin gimana maksud lo? Gue suruh dia push-up di ruang rapat?” jawabnya dengan nada bercanda. Elina tertawa, lalu menepuk bahu Jesslyn dengan gemas. “Bukan bego! Godain dia. Pakai dress manis, ketawa-ketawa dikit, bikin dia ngerasa lo dekat tapi sebenernya sengaja biar dia ilfeel karena ‘Jesslyn judes’ tiba-tiba berubah centil. Percaya deh, dia bakal kebingungan.” Jesslyn menatap Elina dengan tatapan are you serious? lalu mendesah berat. Mungkin dia lupa siapa Christian dan perlu diperjelas kembali. Jika Christian dan juga Noah adalah sebelas dua belas memiliki sifat yang sama. Jadi ide gila itu tidak mungkin mempan untuk Christian kalau Elina lupa. “Gue ini Jesslyn Greta, bukan sales parfum di mall. Gue godain cowok? Yang ada dia langsung panggil ambulans. ” cetus Jesslyn. “Justru itu serunya. Bayangin aja, lo tatap dia lama-lama sambil senyum manis… terus tiba-tiba lo bilang, ‘Tian, dasi lo miring. Boleh gue betulin?’—gue yakin besoknya dia langsung rapat sambil pakai syal biar nggak digodain lagi.” Jesslyn menutup wajah dengan telapak tangan, setengah malu setengah kesal. “Mba El… sumpah ya, Lo sama aja bikin gue masuk kandang dinosaurus. Gue udah bilang berapa kali sih kalau Tian tipe orang begitu, kalau gue godain dia yang ada gue yang rugi. Orang dia dikit-dikit nyosor ke gue, ya kali kalau gue pakai dress mini lek begitu bisa dikurung dalam kamar satu Minggu. Keluar-keluar gue udah berbadan dua. Ingat yaaa cita-cita Tian itu apa kalau di Deket gue? Elina tertawa terbahak, meskipun dia tahu tapi tidak ada salahnya jika Jesslyn mencoba. Dia kan belum tau, atau mungkin setelah Jesslyn mencoba bisa saja Christian berubah pikiran dan benar-benar menjauh darinya. “Gak ada salahnya Lo coba dulu Jess, biar gue yang nyiapin dress pendek, lo tinggal eksekusi. Anggep aja balas dendam karena dia bikin lo kesel kemarin!” Jesslyn hanya mendengus keras, tapi pipinya memerah tanpa ia sadari. Di kepalanya, ia sempat membayangkan ekspresi Christian kalau benar-benar digoda olehnya. Sudah pasti kesenangan, tidak ada raut sedih atau jijik dari pria itu sedikitpun. *** Jesslyn keluar dari ruangannya dengan santai, lalu menatap kantor ini yang sudah mulai sepi. Satu persatu orang sudah pergi, dan mungkin menyisakan beberapa orang yang lembur karena ada kerjaan dadakan. Wanita itu mengambil tas selempangnya dan mencari kunci mobilnya. Dia lupa menaruhnya dimana, atau mungkin tadi dia pergi ke kantor tanpa membawa mobil? Kembali ke ruangannya untuk mencari kunci mobilnya, tapi Jesslyn malah menemukan Christian berdiri tak jauh dari tempatnya. Kadang Jesslyn itu heran kenapa sih dia ada di kantor ini sepanjang hari. Padahal dia sudah memiliki perusahaan sendiri, kenapa hampir setiap hari Christian berada di tempat ini dan memberikan Jesslyn pekerjaan. Sudah jelas pekerjaan yang dia berikan tidak ada satu pun yang terikat dengan Jesslyn. “Hai Nona manis.” Sapa Christian tersenyum. Jesslyn awalnya hanya diam saja. Tapi ide Elina kembali terlintas di pikirannya untuk menggoda Christian yang sudah membuatnya kesal kemarin. Tapi lagi-lagi Jesslyn memikirkan efek sampingnya. Iya jika dia selamat hari ini jika tidak? Sudah pasti Christian akan membungkus dirinya dan membawanya pulang. “Gue nggak mau debat sama Lo.” Ucap Jesslyn awalan, dengan tarikan nafas yang berat. Christian tersenyum kecil. “Ya makanya jangan bikin ulah Mulu. Siapa yang suruh pergi ke rumah Mommy sama Sabian? Wajar ya kalau gue cemburu, Lo itu cuma punya gue. Kalau perlu gue umumin deh seluruh kantor kalau Jesslyn Gretta cuma punya Christian Abinaya Miller seorang.” Memutar bola matanya malas untung saja kantor ini sepi, jika ada satu atau dua orang yang mendengar pun juga akan mendapatkan masalah. Jesslyn tidak mau namanya kembali mencuat karena ulah Christian. Dilihat-lihat sasi Christian terlihat miring. Wanita itu mendekat, dia mengikuti ucapan Elina yang mendekati pria itu dan merapikan dasinya. Jika diingat Christian itu tidak bisa memakai dasi dengan benar, dan dulu ketika pria itu kembali dia sering melihat Christian menggulung dasi itu di tangannya dan meminta Jesslyn yang memakainya. Dan sekarang siapa yang masangin dasi pria itu? “Dasi lo miring, siapa yang pasang? Selama berantem gue nggak pernah pasangin dasi lo.” Ucap Jesslyn spontan. Melihat hal itu Christian pun tersenyum. Dia mengikis jarak diantara mereka, melingkarkan tangannya dipinggang Jesslyn dan sedikit mengusap. Wanita itu begitu fokus pada dasi Christian, sedangkan pria itu hanya terlalu fokus pada mimik wajah Jesslyn tangan nampak serius dan terlihat cantik. Kepalanya menunduk dan sedikit berbisik. “Jadi … mau pasangin dasi gue lagi gak setiap hari, Ai?” Tubuh Jesslyn menegang, seru nafas yang menyentuh telinganya membuat tubuhnya merinding. Dia menghentikan tangannya yang nyaris sempurna membenarkan dadi Christian. Wanita itu menoleh perlahan, disaat itu juga Christian dengan lancangnya mengecup bibir Jesslyn. Anggap saja itu sebagai hukuman untuk Jesslyn yang terus mengajaknya ribut sampai Christian pusing. Jesslyn tidak menolak, tidak juga berontak. Dia seolah menikmati apa yang Christian lakukan barusan. Bahkan ketika pria itu mulai melumat bibirnya yang ada Jesslyn malah melingkarkan kedua tangannya di tengkuk leher pria itu. Menahannya dan memperdalam ciuman mereka, seolah tidak ada space untuk mereka bernafas. Ciuman itu turun pada leher Christian, Jesslyn dengan sengaja menciptakan karya merah di leher pria itu yang cukup ketara. Dia tersenyum kecil, mengusapnya lembut dengan nafas yang terengah. Apa yang barusan dia lakukan? Bagaimana jika Hanna tahu jika ada cupang di leher Christian? Apakah wanita itu akan marah? Atau mungkin dia akan melihat cctv kantor ini untuk mengetahui siapa yang berani menyentuh calon suaminya? Membayangkan saja sudah membuat Jesslyn ingin menangis. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD