Bab-06

1103 Words
Jesslyn menarik nafasnya panjang, hari ini cukup melelahkan. Dalam bayangan wanita itu sesampainya di rumah dia akan merendam diri di bathtub dengan aroma rose, bahkan Jesslyn juga membayangkan malam ini dia akan tutur dengan nyaman sepanjang malam. Atau mungkin menonton film Drakor kesukannya hingga pagi menjelang. Peduli setan jika paginya dia harus pergi ke kantor dengan keadaan yang berantakan. Sayangnya, bayangan tinggal bayangan. Harapan tinggal harapan. Sesampainya di rumah Jesslyn dikejutkan dengan aroma masakan dari arah dapur. Ruangan yang bersih dan wangi, aroma ini aroma rose. Aroma kesukaan Jesslyn sejak dulu. Dan siapa yang sudah berani masuk ke rumahnya sekarang? Mengingat ibunya harus pulang ke Jogja saat mendapat kabar nenek jatuh sakit. Buru-buru pergi ke dapur dan melihat siapa yang memasak, langkah kaki Jesslyn terhenti ketika melihat punggung pria yang begitu dia kenal. Mau apa dia kesini? Dan bagaimana caranya dia masuk ke rumah ini? “Christian … .” panggil Jesslyn lirih. Pria itu menoleh, tersenyum lebar sambil memamerkan masakannya yang sudah jadi. Dia meminta Jesslyn untuk membersihkan lebih dulu, dia susah memasak banyak menu yang dimana pria itu tahu jika wanita itu pulang dalam keadaan lelah. “Mandi dulu ya, habis ini kita makan malam bersama.” ucap Christian. Jesslyn menggeleng. “Lo ngapain disini? Dan … gimana cara Lo masuk ke rumah gue, Tian?” “Ai gue akan jawab nanti setelah lo habis mandi.” Hanya begitu saja Jesslyn menurut, dia masuk ke kamarnya dan membersihkan diri. Dia ingin tahu apa yang terjadi dan bagaimana bisa dia masuk ke rumahnya. Jelas kuncinya Jesslyn yang bawa, dan wanita itu yakin dia tidak memberikan kunci rumahnya pada Christian meskipun dia dulu sering menjemputnya untuk pergi ke kantor bersama. Dengan kaos oblong berwarna hitam, legging hitam Jesslyn dengan cepat menghampiri Christian di dapur. Pria itu benar-benar menyelesaikan masalahnya dengan cepat. Menatapnya dengan rapi dan juga ada aroma rose. Makan malam ini begitu romantis jika di film, dan sekarang Jesslyn mengalaminya. Dulu, wanita itu pernah bilang pada Christian jika dia ingin makan malam romantis selama hidupnya. Ada banyak taburan kelopak mawar diatas meja, lilin menyala dengan aroma rose, ditambah lagi dengan makanan kesukaan Jesslyn yaitu spaghetti dan juga steak setengah datang. Dan malam ini pria itu mewujudkan apa yang Jesslyn inginkan. Semua yang dia harapkan dulu terwujud dengan orang yang dulu pernah dia inginkan dalam hidupnya. Memalingkan wajahnya dan hendak pergi, Christian menarik tangan Jesslyn untuk duduk di kursi yang sudah disediakan. Dan wanita itu baru sadar jika pria itu masih menggunakan kemeja kantornya, sedangkan dirinya hanya menggunakan kaos. Ibaratnya seperti bos yang sedang makan malam dengan babunya. “Jelasin.” ucap Jesslyn. “Apanya?” “Tian lo tau gue bukan orang yang ngomong harus mengulang dua kali.” Disini Christian mengangguk, dia tahu betul bagaimana Jesslyn. Dia bukan orang yang suka mengulang ucapannya, tapi disini perlu Christian jelaskan jika dia sudah berjanji pada ibu Jesslyn untuk merawat wanita itu. Ibu Jesslyn memberikan satu kunci rumah ini pada Christian jika ibunya lebih lega, lebih percaya jika pria itu yang merawatnya. Makanya bagaimana bisa Christian masuk ke rumah ini, itu juga berkat ibu Jesslyn sendiri bukan yang lain. Disini Jesslyn hanya diam saja, sepercaya itu ya ternyata ibunya pada Christian, sampai-sampai dia pergi saja harus ada orang yang menjaga Jesslyn sampai aman. Tanpa ibunya sadari orang yang diminta menjaganya adalah orang yang menyakitinya lebih dalam dari sebelumnya. Dia berhasil melepas gelang itu tapi dia tidak berhasil melepas bayangan pria itu dalam hidupnya. Untuk sekarang Jesslyn tidak memiliki banyak waktu dan tenaga untuk bertengkar dengan Christian. Semakin dia menolak, semakin dia meminta pria itu untuk pergi dalam hidupnya. Dia akan semakin nekat untuk terus mendekati Jesslyn. “Kita makan, gue udah laper banget.” ucap Jesslyn, ketika Christian membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu. *** Sekolah mengumumkan jika kelas delapan wajib untuk mengikuti camping dalam tiga hari dua malam. Jika bisa memilih dia hanya ingin tidur seharian di rumah bermain ponsel atau melakukan hal yang lebih bermanfaat dari camping. Tapi yang terjadi, kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh warga kelas delapan. Entah peraturan dari mana tapi Jesslyn sangat tidak suka hal itu. Membawa ransel besar, wanita itu berangkat ke sekolah menaiki sebuah bus besar menuju hutan dimana dia melakukan camping. Jesslyn menatap banyak anak termasuk Christian yang hanya tersenyum menatap Jesslyn. Sejujurnya hal begini yang membuat Jesslyn malas, tapi entah karena apa bisa-bisanya Christian tersenyum sumringah disana. Apa mungkin dia merencanakan sesuatu untuk Jesslyn yang akan membuat wanita itu ketakutan dan menangis? Atau mungkin berteriak kencang di tengah hutan? JIka sampai hal itu terjadi, Jesslyn tak akan memaafkan Christian sedikitpun. Semua anak mendirikan tenda masing-masing, begitu juga dengan Christian yang dengan sigap membantu tenda Jesslyn. Pria itu tampak bersemangat sekali dan membuat Jesslyn merinding. “Abi lo kayaknya seneng banget diminta camping.” ucap Jesslyn penasaran. Christian menoleh dan tersenyum. “Lo kan tau gue suka jelajah.” “Oh ya … tapi kan ini hutan bukan gunung.” Terkekeh kecil, Christian pun mengusap kepala Jesslyn dengan lembut. “Lo pikir gunung nggak ada hutannya kah? Disana malah lebih ngeri dan lebih parah dari hutan ini, Ai.” Jesslyn bergidik ngeri, dia pun mengangguk kecil dan membantu Christian untuk menyelesaikan mendirikan tenda wanita itu. Lalu, merebahkan dirinya di dalam tenda dan menatap langit-langit tenda dengan kesal. Rasanya engap, Jesslyn harus tidur berdampingan dengan banyak orang. Di tenda ini tidak hanya Jesslyn saja tapi juga dengan beberapa anak yang mungkin tidak akan bisa membuat Jesslyn tidur dengan nyenyak. “Abi … ,” Jesslyn menoleh, menatap Christian yang juga tiduran di sampingnya. “Gimana kalau gue nggak bisa tidur?” Merubah posisi tidurnya dengan satu tangan yang menyangga kepalanya dan juga badan yang dibuat miring, Christian pun mengusap pipi wanita itu dengan lembut. “Tenda gue nggak jauh dari lo, kalau lo nggak bisa tidur lo tinggal ke tenda gue panggil nama gue. Gue akan temenin lo sampai lo tidur.” “Tapi gue nggak bisa tidur kalau nggak meluk guling.” Jesslyn sedikit merengek, dia pun menatap Christian dengan mata yang hampir menangis. Dia susah tidur jika tidak ada guling, dan Jesslyn bukan orang yang bisa tidur di sembarang tempat. Christian tahu hal itu, dia tahu betul bagaimana Jesslyn selama ini. Itu sebabnya dia mendirikan tenda tak jauh dari tenda Jesslyn, karena dia hal itu akan terjadi pada dirinya dan juga Jesslyn. “Gue akan temenin lo, gue akan peluk lo, dan gue akan pastiin lo akan aman dan baik-baik saja selama ada gue. Apapun yang lo lakuin gue mohon sama lo selalu ngelibatin gue.” Jesslyn menatap Christian heran. “Kenapa begitu?” “Karena lo adalah satu-satunya tujuan gue untuk bertahan.” ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD